Chapter Nine

825 58 11
                                    

Tesya POV

Cuaca malam ini membuat suasana ruang hati menjadi sendu, udara yang dingin menerobos celah jendela berhasil menimpa wajahku. Terasa menyakitkan. Masih tidak percaya saat kejadian minggu lalu bersama Himeka.


Rasa rasa seperti orang bodoh yang tidak bisa kembali menuai pikiran jernih. Gila!
Kenapa bisa terjadi seperti itu ? Beribu ribu kata menyesal terlontar dalam hati namun tetap saja tidak merubah sedikitpun apa yang sudah aku berbuat. Tesya purinda! Kamu menyakiti seseorang dengan pelan namun pasti. Slow but sure I hurt her.

Hujan, sendiri dan menyesal. Biasa saat hujan seperti ini kak Raya selalu ada disampingku. Tidak adanya dia saat ini bukan berarti dia tidak peduli, aku paham dia sedang berjuang atas pendidikannya. Toh, nantinya untuk siapa juga kan jika dia sudah sukses kelak?  Karena setelah itu, kami sudah punua rencana akan hidup bersama.

Bukan hanya beribu penyesalan dalam diriku,  ada beribu ribu pesan dari Himeka dan ratusan panggilan yang sengaja aku abaikan. Dia sangat berharap aku memaafkannya dan dia tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi. Aku kasian padanya, but... I can't do it!  Aku sudah terlanjur marah dan lagi benci pada diri sendiri sudah mengkhianati kak Raya!

Tuhan.…. Tolong hujan saat ini jangan hadirkan petir dan guruh yang 'gede. Saat ini aku sedang sendiri ketakutan bersama penyesalan. Jangan semakin membuatku menangis. Namun tidak seperti apa yang ku mau petir dan guruh merajalela aku hanya mengandalkan bantal untuk menutupo telingaku. Berharap aku didekapan kak Raya.

Himeka tiba tiba hadir berbarengan dengan petir membuat suasana menjadi takut. Wajahnya berantakan dan tidak salah matanya sembab membuat matanya menjadi sipit.

"Caa, maaf kalo aku lancang masuk ke rumah ini. Aku mau kamu maafin aku yaa" Himeka menghampiriku dan memohon mengikuti badanku yang saat ini masih terbaring.

" Udah gue bilang, gue ga mau ketemu sama loe lagi,  Him!" jelasku mengubah posisi membelakanginya.

"Caa, kasih aku kesempatan buat nebus kesalahan aku Ca.  Aku mau lakuin apapun asal kamu maafin aku!" Kali ini Himeka berlutut mengikuti arahku.

"gue udah maafin, pergi loe sekarang!" Rasanya benci melihat wajah Himeka.

"bukan kaya gini yang aku mau,  Caa. Kamu ga ikhlas  kalo kaya gini!" kali ini Himeka duduk dipinggir kasir tepat disebelahku.

"YAA GUE HARUS APA SEKARANG?! "

"Bilang, apa yang harus aku lakuin biar kamu nerima aku lagi Caa? "

"Loe ga harus apa apa, gue udah maafin dan gue jiga sih yang bego mau maunya ngelakuin itu sama loe. Dan gue sekarang ngerasa jadi orang pengecut!  Pengkhiatan! " Aku terbangun dan menjekaskan keras pada Himeka tentang penyesalanku.

"Apa aku harus nyakitin diri sendiri baru kamu maafin aku?"

"lakuin aja!" jawabku malas, dia terlalu mendramatis keadaan.

Praaanggggggggggggg!!!!!! Dia memecahkan cermin genggam dan menggoreskannya dilengan. Ku pikir dia tidak akan melakukan itu.

Jelas kini aku terbangun dan fokus pada Himeka. Dasar Himeka gila!

"HIMMM! LOE APA APAAN SIH?! " Aku segera menghampirinya dan menutup lukanya dengan sapu tangan.

"Kan kamu yang nyuruh, Caa" Wajahnya menunduk fokus pada lukanya.

"Ya gila aja ga harus kaya gini, nyelakain diri sendiri tau ga?!" Jelasku pergi seraya mengambil bethadin dan perban.

"Aku rela lakuin apa aja, asal kamu bisa nerima aku lagi,  Caa.  Kamu harus tau, saat seseorang udah sayang seperti ini dia rela melakukan apa aja demi orang yang dicintainya" Jujur, aku tersentuh dengan ucapannya saat ini. Tapi kembali lagi, aku sudah punya kak Raya. Dan aku tau cinta dia juga besar terhadapku (kalo yang baca story di Why Do You Love Me?  Pasti tau gimana perjuangan dan suka-dua Raya mengejar Tesya).

"Him, kamu sama aku tuaan kamu. Tapi kenapa pikiran kamu ga bisa dewasa?  Kamu boleh berjuang buat seseorang tapi tolong jangan sampe nyelakin diri juga. Apa kamu paham?  Menjaga diri kamu aja ga mampu apalagi menjaga orang yang kamu sayang? " Jelasku memasang perban ditangannya, mendegar ceramahku Himeka tidak menunggu lama langsung memelukku erat dan tidak peduli luka ditangannya. Dia menangis keras namun tanpa suara,  aku bisa merakannya lewat pelukan yang dia berikan padaku saat ini.

Hatiku luluh dan merasa iba padanya, bukan sepenuhnya salah Himeka. Aku juga. Rasanya tidak pantas jika aku egois sepeti ini 'bukan? Namun, keadaan apapun aku dan dimanapun aku , dalam hati dan penglihatanku terlontar dirinya. Siapa lagi jika bukan kak Raya. Babe, forgive me please!

"Him, aku juga minta maaf udah egois kaya gini. Kamu tau aku sangat terpukul saat kejadian minggu lalu. Aku sayang sama dia , sangat sayang lebih dari yang dia tau! Dan kamu tidak tau seberapa besar hatinya berjuang untuk aku. Aku harap kamu ngerti,  Him!"  Aku melepaskan pelukannya, kami saat ini duduk berhadapan ditengan cuaca yang dingin.

"Aku paham kok, Caa. Aku aja yang terlalu melebihi egoku sendiri. Tapi kamu harus tau juga, tentang hati ini yang nyaman saat aku sama kamu. Aku emang bukan orang yang baik dan kutu buku seperti dia tapi sama aku juga punya hati. Tapi sayang, hati ini lari kepada orang yang hatinya udah terkunci!" Dia tersenyum terlihat sangat menyakitkan.

"Aku paham apa yang kamu rasain, tapi aku juga ga bisa bohong sama perasaan aku sendiri. Aku meghargai atas apa yang kamu kasih buat aku. Tapi tidak lebih dari seorang teman. Him?  Percaya sama aku, kamu bakal dapet orang yang jauh lebih baik daripada aku!"

"Hmm.. Aku ga bisa berkata apa apa lagi. Tapi maaf,   Caa.  Bahkan aku rela kalo emang aku bisa jadi yang kedua aku mau. Caa! " Himeka menunduk malu.

"No, aku bukan orang yang seperti itu. Aku bukan tipe orang yang mau berbagi! Him, kamu baik bahkan kamu juga terkenalkan di YouTube ? Kamu bisa kok dapetin apa yang kamu mau"

"Kecuali dapetin kamu. Caa!" Lagi lagi aku tau senyumnya tidak yang sebenarnya.

"Maaf Him, kalo kamu mau kita sebagai temen aku menerima dengan lapang dada tapi kalo lebih dari itu maaf, hati aku cuma buat kak Raya!" Jelasku mengusap pundaknya. Aku tersenyum tenang padanya.

"Makasih yaa,  Caa. Kamu udah mau nerima aku. Aku janji bakal jadi teman yang baik dan ga bakalan ngulangin kesalahan yang sama. Makasih atas pengertiannya" Sekali lagi Himeka memelukku.

"Iyaa, yaudah yaa urusan kita selesai. Anggap kejadian minggu lalu ga terjadi."

"Iyaa,  Caa. Sekali lagi maaf yaa udah bikin kamu repot apalagi cermin kamu pecah. Nanti aku ganti deh hehe."

"Ahh iyaa kan, mana itu cermin kesayangan pecah deh, hmmm"

Teruntuk Himeka...

Aku tau bagaimana sakitnya ketika cinta bertepuk sebelah tangan. Lebih jelasnya tidak terbalaskan. Dan seandainya posisi tidak bersama kak Raya atau aku masih sendiri,  aku akan menjadi orang yang beruntung bisa mendapatkan manusia sepertimu. Bukan anak yang suka belajar namun dia paham cara menyayangi seseorang. Namun, karena egomu terlalu tinggi hal yang tidak sesuai dengan dirimu terjadi.

Aku tidak bermaksud menyakitinya apalagi sampai membuat ragamu celaka. Tapi kamu juga harus paham jika menyangkut masalah hati apapun yang tidak sesuai dengan jalannya maka tidak bisa dipaksakan. Rasa sayang kak Raya dan bahkan rela menungguku kembali setelah apa yang membuatnya sangat rapuh,  tentunya bukan dengan waktu yang sebentar.

Jujur, aku menyayangimu namu tidak lebih dari seorang teman. Aku nyaman denganmu tanpa menimbulkan perasaan. Seberapa banyak pengorbananmu namun hati ini tertutup rapih untuknya.

























Kenapa sering uodate?  Karena mumpung kerja shift 3 dan mumpung ada ide sih wkwk maaf kalo pendek updatenya.

Ga bosen bosen sih minta kritik dan sarannya. Karena itu yang bikin semangat update hehe.

Happy reading it now and then you have to do vote ehh :v gadeng itu hak pembaca wkwk

❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤

Open & Close(r)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang