Chapter two

2.1K 117 67
                                    

Menurutku, hujan tidak pernah mengerti kondisi . Karena setiap hujan rinduku semakin menjadi , meski aku menangis sekencang-kencangnya dan ditutupi oleh gemercik hujan tetapi tetap saja aku selalu berusaha mengatur nafasku agar tidak terlalu sesak. Setiap  hujan jemarimu selalu menetap pada tubuhku hingga aku merasa tenang dan nyaman tentunya.
Aku selalu menangis jika membaca ulang surat darinya, di zaman seperti ini yang serba canggih dia mengirimkan sepucuk surat untukku. Berhasil membuatku merasa bersalah karena sudah membiarkan dia pergi dan memaksa hatinya agar tidak berpihak padaku (lagi).

Heyy… it's me. Masih ingatkah ?
Aku adalah orang yang dipaksa menghilangkan perasaan untuknya. Dimana aku selalu merasa hancur jika mengingat itu semua.
Semoga setelah ini aku mendapatkan kabar baik darinya. Dan dengan terpaksa aku jujur.… Tapi sebelumnya selamat atas pertunangan kalian. Rasa ini masih sama meski terbuang sia-sia tapi aku selalu menyimpannya. Aku berusaha membuang perasaanku terhadapnya , namun hal itulah yang membuatku semakin sakit semakin membuatku merasa aku adalah orang yang paling rapuh.
Dia yang aku maksud adalah kamu.

Salam rindu untuk (gadisku)
Tesya Purinda


Raya makaisar.

Tuhan , kali ini aku dengan bersungguh-sungguh aku sangat merindukan dia. Aku merindukan suaranya , wajahnya , canda tawanya, dan saat dia benar benar menjagaku dengan baik. Andai saja saat itu tidak ada kejadian yang membuat hubungan kami celaka, mungkin saat ini aku masih bisa bersama.

Dua tahun lebih dalam setiap waktuku dihantui rasa bersalah. Sherin ? Ahh iyaa dia dalang yang menjadi perusak hubungan aku dan kak Raya (yang belum baca why do you love me baca dulu biar paham hehe).

Hidup ini bagaikan hujan yang terbawa angin, dia tidak bisa berbuat apa apa selain angin yang mengatur arahnya. Tidak mempunyai pilihan lain hingga harus mengorbankan harapannya sendiri. Ketika tau , aku akan bahagia bersama kak Raya sampai kapanpun. Namun, itu hanya khayalanku semata mata akan menjadi sebuah harapan palsu.

Aku masih ingat, bagaimana dia selalu membuatmu nyaman dari suaranya yang membuat jantungku goncang. Lucu sekali, saat pertemuan pertama kita kak Raya jatuh dari motor dan aku menolongnya. Kak Raya ? :" Saat ini aku sedang menangis mengingatmu. Aku merasa aku adalah orang yang tidak punya hati. Aku telah melepaskan seseorang yang akan benar benar mencintaiku. Setiap aku mengungkapkan sesuatu tentangmu mataku berkontraksi dan sukses membuat tissue ku cepat habis hanya untuk mengusap air mataku yang terus mengalir.

Aku selalu tidur sendiri dan menangis seperti ini, lebih tepatnya aku selalu merindukanmu. Kak Raya.

******

"Sayang, mata kamu bengkak lagi? Kenapa ? Masih kepikiran yaa ?" Tanya mama, aku hanya fokus dengan sarapan yang ada didepan ku. Bukan, kalian salah. Mama tidak sedang membahas kak Raya. Ini soal pertunangan.

"Emmm, hehe iyaa ma. " Aku "Papa ga jadi pulang hari ini ?" Lanjutku sengaja melemparkan topik.

"Iya kayanya, tadi katanya ada rekan kerja papa yang minta perubahan konsep. Yaa terpaksa ga pulang lagi. " Mama menjawab dengan rasa rindunya pada papa.

"Emm gitu yaa , Ma. " Jawabku singkat dan lanjut mengunyah.

"Iyaa sayang, itu abisin tas makannya. Mama, mau beresin bunga dulu" Mama mengusap rambutku pelan seraya pergi meninggalkan ku sendiri.

Seperti ini lah hari hari ku , selalu membosankan. Seperti tidak ada yang aku harapkan untuk besok pagi. Kecuali, dia. Raya Makaisar. Hal yang paling aku rindukan adalah saat dia benar-benar menjagaku dengan baik. Tapi, aku malah melukainya ?

"Syaaaa, sayanggg… tolong angkat telfon mama. Bunyi kayanya. " Teriak mama dari halaman luar. Bunyi telfon yang bahkan dekat denganku sampai bisa teracuhkan. Karena apa ? You know lah.

Open & Close(r)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang