Chapten eleven

833 51 0
                                    

"Raya, nanti kita meeting lagi yaa. Tapi apa kamu masih kuat dengan keadaan kamu seperti ini? " tanya Reigna menghampiriku yang terbaring dengan selang yang menusuk pada tanganku.

"Iyaa Reig, Santai aja kali. Gua udah sembuh kok, besok gua juga udah boleh pulang kan? Jadi loe ga usah khawatir yaa" ujarku merasa baik meski sedikit lemas, Respon Reigna tanpa menggeleng kepala. Mungkin dia pikir aku tidak waras. Bagaimana tidak saat aku sakit seperti ini aku masih ingin berjuang untuknya.

Sudah lama sekali aku tidak menghubungi Tesya, aku sangat merindukan dia.Semua tentangnya selalu aku rindukan. Aku ingin sekali mendengar suaranya tapi aku mengurungkan niat itu karena takut dia tau keadaanku saat ini sedang buruk. Hampir lama aku terbaring sakit karena istirahatku tersita oleh waktu yang memang harus aku isi, sehingga aku  kekurangan cairan juga waktuku untuknya.

Tapi tidak lama lagi aku akan memberinya sebuah kejutan yang sebelumnya aku dan dia selalu membahas hal ini. Aku bisa saja tanpa harus bekerja keras seperti ini mendapatkan apa yang aku mau dengan percuma. Namun tidak bagiku jika sesuatu yang ku dapati itu mudah itu tidak pantas untuk Tesya. Apapun itu yang dia harapankan aku pasti mengikuti alur pandangannya.

Aku tidak menghubunginya bukan berarti aku tidak tau kabar dia seperti apa. Untung saja keberadaan Himeka tidak jauh dari rumah yang selalu aku tempati pada saat itu. Jadi aku sedikit lebih tenang karena Tesya tidak sendiri juga tidak kesepian. Tunggu Tesya, aku pasti datang dan memberimu kejutan besar.

Rindu itu nyeri, menahan tanpa adanya kamu disisiku.

*******

Saat aku mengingatnya aku hampir tidak sadar semalam aku merindukannya hingga aku terlelap. Dan hari ini adalah hari dimana aku boleh beranjak dari ruangan berbau obat juga dengan makanan makanan tanpa rasa.

" Si Rayi sayang banget yaa udah KKN malah males lanjut kuliahnya. Itu orang kenapa coba Ray?" Reigna terlihat sangat penasaran. Tapi rasanya itu tidak harus aku ceritakan pada Reigana. Kejadian itu membuatku semakin ketakutan jika harus dibahas.

Masih ingat Reigna? Dia sahabatku sejak dari dulu. Dan dia satu kelas dengan Tesya. Pernah melabrak Tesya gegara Aldino naksir Tesya? Hahaha dasar. Rasanya ingin tertawa lepas jika aku megingat itu. Tapi tidak lucu juga atas perlakuan Aldino dulu pada Tesya. Ahh sudahlah itu masa lalu, jadikan pelajaran saja.

"Gak tau gua juga Reig, tapi mungkin karena dia capek kali yaa. Emm terakhir sih dua minggu yang lalu sebelum dia minggat dia bilang udah bosen sama aturan aturan. " Jelasku sedikit berbohong. Karena bukan itu yang sebenarnya terjadi.

"Ray, buru VC si Tesya pasti dia udah kangen banget sama lu. " Reigna tampak membenahi bajuku. Tidak banyak tapi lumayan merepotkan.

Dengan segera mungkin aku mengambil ponselku, namun aksiku terhenti seketika "Ehh tunggu Ray, nanti aja deh pas dimobil nanti ketauan berabe lu. Sama nanti gua benerin muka lu biar ga terlalu pucet udah kaya mayat"

"Bego sih lu, untung aja gua belum beraksi. Gua ga mau dia khawatir liat keadaan gua Reig. Paham kan lu? " Aku beranjak begitupun dengan Reigna menuju mobil miliknya.

Mimpi apa aku semalam? Satu kata untuk siang ini, ketika matahari menusuk kulitku tanpa jeda. Namun naluri ini sejuk ketika senyummu hadir tanpa paksa.
Bayangmu saja sudah membuatku senang, Sya.

"Sini Ray, gua benahin dulu muka kusut lu"  Lebih tepatnya ungkapan Reigna untuk wajahku yang terlihat sangat pucat. Dan seharusnya aku masih harus dirawat kurang lebih satu minggu lagi. Tapi aku dengan sangat memohon pada dokter juga persetujuan Reigna jika aku boleh pulang aku akan lebih menjaga tubuhku. Lagi pula tidak tahan jika aku harus menahan rindu pada Tesya.

Open & Close(r)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang