fifteen

1.6K 79 48
                                    

Tesya POV

Hari bahagia bagi semua orang kecuali aku yang sedang berdiri di tengah tengah keramaian. Menangis dalam hati tanpa henti , hebatnya mataku bisa membendung semua ini. Meski gaun yang ku kenakan sangat cantik tapi ini seperti merenggut hidupku, aku merasa hidupku berakhir tanpanya.

Hanya penyesalan mengelilingi pikiranku, tersenyum terpaksa dan itu butuh tenaga. Berpura pura bahagia adalah ide buruk sepanjang hidupku. Pikirku dengan adanya aku menikah dengan pria yang telah dipilih oleh orang tuaku mungkin itu hukuman bagiku. Sebenarnya aku bisa saja menolak lamarannya, tapi jika aku tidak bergerak lebih cepat maka kak Raya akan semakin sakit. Mungkin, dengan cara ini dia akan sadar bahwa aku dengan mudahnya bisa membiarkannya sakit hati. Biarlah dia sakit hati sekali saja, jatuh sekali saja untuk kedepannya aku berjanji tidak lagi menyakitinya.

Tidak tahu lagi aku masih hidup atau tidak, sebenernya masih tidak percaya aku sudah menjadi seorang istri pria yang sedang berada disampingku saat ini.

"Sayang, kamu ngelamunin apa ?" Reza namanya, dia lelaki baik hati menurutku. Semoga dia bisa menjagaku. Tapi apa dia bisa bersikap seluluh kak Raya ?

"Gapapa kok, aku cuma kurang tidur aja kayanya. Ehh abis ini kita ada sesi foto keluarga yaa ?" Tanyaku untuk mengalihkan pembicaraan.

"Iyaa, nanti pas ganti baju kamu makan dulu yaa biar gak pusing" Reza pengusap pipiku dengan sangat halus, tersenyum bahagia menatap mataku yang kosong.

"Iyaa , nanti aku makan dulu." Entahlah rasa aku merasa tidak baik baik saja saat ini.

Memandang jauh di hadapku , aku melihat langkah yang berusaha tegar memperhatikanku dengan sangat dalam. Tentu aku terkejut dengan kehadiranya dipernikahanku padahal aku tidak ada niat untuk mengundangnya. Langkah itu semakin dekat dan membuatku semakin takut juga, takut hatiku akan merasa lebih kesakitan. Dia datang dengan mengenakan kemeja merah tidak terlalu mencolok dengan rambutnya yang diikat.

Dia datang bersama Reigna teman SMA ku pada saat itu. Ku lihat mereka bersalaman bersama orang tuaku terlebih dahulu. Tatapan mama dan papa juga terkejut mengingat mereka tau hubunganku dengan kak Raya pada zaman sekolah.

Kini dia ada dihadapanku, menatap lama dia tersenyum sangat manis melihat mataku mulai berlinang.

"Syaa, selamat yaa atas hari bahagianya. Aku selau berdoa semoga kamu memiliki hidup yang baik dan selalu dikelilingi orang orang yang sayang sama kamu. Maaf jika kado yang aku bawa tidak semewah biasanya." Kak Raya memberiku seikat bunga dan kotak lumayan.

Tidak ada kata yang bisa aku ucapkan, aku memeluknya tidak peduli siapa saja yang akan melihatku. Aku hanya takut jika aku tidak akan bisa memeluknya lagi bahkan untuk melihatnya saja mungkin sangat sulit. Karena aku sadar , pasti dia akan pergi jauh dari hidupku.

"Sya , udah yaa jangan nangis dihari bahagia kamu. Aku tau, kamu mengambil keputusan ini karena kamu takut terus menerus menyakitiku kan?" berbisik halus ditelingaku. Hebatnya kak Raya tau apa yang selalu aku pikirkan.

Mendengar ucapannya aku mengangguk dan semakin erat saja tanganku melingkar pada tubuhnya.

"Kamu salah menglahkah, rencanaku gagal karena acaramu hari ini. Padahal kamu tidak perlu takut. Aku akan selalu menerimaku. Kapanpun itu!"

Cukup kak Raya, jangan semakin membuat aku sangat menyesal seperti ini. Aku hanya tidak ingin menyakitimu lagi dan lagi. Kamu harus mendapatkan seseorang yang selalu mendukungmu, mengerti keadaanmu. Itu tidak ada dalam sifatku yang egois seperti ini.

"Maafin aku!" bahuku terasa basah, mungkin itu adalah air matanya.

"Reig, makasih yaa udah datang kesini jauh jauh" lanjutku setelah pelukan (terakhir) kami terlepas.Reigna hanya tersenyum mengangku.

Setelah ucapan singkat itu tidak ada lagi kata kata yang keluar dari kami. Rasaku saat ini menyesesal dan tidak ada kata lain lagi. Semakin langkahnya menjauh dariku dada ku semakin sakit hanya aroma parfumenya saja yang masih melekat disini.

"Kok kamu sama dia malah nangis ?" Tanya Reza terheran heran.

"Gpp kok, aku cuma terharu aja sahabat yang aku harapkan datang juga. Dia teman lama aku soalnya. Baik banget."

"Ca, jangan sedih lagi yaa. Kan udah ada Reza sekarang" Aku paham dari ucapan mamah, mama mungkin tau juga perasaanku saat ini.

"Iyaa mah"

"Ganti baju dulu yuk, sekarang kita sesi foto keluarga. Ayok sayang, sini mama bantu"

Sampai jumpa kembali kak Raya, semoga saat kita ditakdirkan bertemu kembali meski tidak bisa bersatu aku harap aku masih bisa melihat wajahmu.

Raya POV

Untuk Tesyaku, Gadisku..

Aku masih ingat hari pertama kita bertemu, begitu aku melihatmu, aku langsung tahu, bahwa orang ini akan menjadi orang yang memberi kebahgiaam dalam hidupku. Saat kita mulai berbicara, aku menemukan lebih banyak hal lagi yang menarik diriku untuk jatuh lebih dalam lagi dalam dirimu. Dan bagaimana kamu sangat baik hati, terutama padaku, tanpa menginginkan suatu balasan apapun.

Dan saat kita berbicara tentang mimpi kita, tentang semua tempat yang kita ingin kunjungi, dan semua hal yang ingin kita lakukan nanti. Dan saat aku sedang duduk disana, di sampingmu, dengan hati berdebar-debar, aku sudah tahu, bahwa aku ingin sekali kamu menjadi milikku. Pepatah mengatakan "Kalau aku adalah lautan, aku harap kau tenggelam di dalamnya." Tenggelam bersamaku.

Dan dengan sepenuh hati aku percaya, kalau kita memang diciptakan untuk bersama.Karena setiap kali aku melihatmu, aku tidak bisa menahan diri untuk tidak tertawa bahagia. Dan saat kita tidak bersama pun, kamu masih tetap menghantuiku dalam mimpi. Takdir selanjutnya tidak berpihak padaku kini. Aku kehilanganmu !

Sengaja aku memberimu figura 3D dan sepasang cincin yang sudah lama aku simpan baik-baik untukumu. Saat bunga itu layu tolong buatlah dia kering hingga kamu bisa menyimpanya bersama dua cincin ini didalam figura yang telah aku siapkan. Harus kamu ketahui bunga itu adalah aku, Tanpa kehadiranmu dalam hidupku jiwaku terasa mati dan terpaku. Mungkin dengan ini kamu akan benar benar mengetahui besarnya rasa sayangku terhadapmu.

Aku kira kamu tidak akan menikah secepat ini. Maaf atas kalimatku saat dipantai itu, aku tidak akan benar benar pergi dari hadapanmu. Anggaplah , aku kesal. Aku berencana akan membawamu pergi dan aku tidak perduli atas kesalahanmu. Tapi, semua sudah berlalu waktu sudah merenggut harapanku.

Kini yang aku punya hanyalah kenangan manis bersamamu. Akan ku simpan baik baik sayang. Jangan mencariku, aku akan selalu disampingmu. Selamat menempuh hidup barumu!

Raya Makaisar kekasihmu…

Author POV

Membaca surat dari Raya, Tesya menangis tanpa henti. Air matanya seakan enggan untuk berada didalamnya. Kini Tesya hanya akan dihantui oleh rasa penyesalannya yang telah menyia-nyiakan seseorang yang sangat tulus terhadapnya.

Entah untuk sementara waktu atau selamanya, keduakan akan menlanjutkan hidupnya masing masing dengan Raya yang kehilangan separuh hidupnya juga Tesya bersama penyesalannya.

Kesalah pahaman memang akan berakibat batal jika tidak dipikirkan baik baik. Kesalahpahaman akan merenggut jika dibarengi dengan ego tinggi.

Untuk kalian terima kasih sudah setia membaca entah karya apa ini, tidak ada bagus bagusnya hehe. Jika ada kesalahan kalimat atau komen komenku yang membuat kalian tidak merasa nyaman.

Udah yaa, author akhiri cerita Raya dan Tesya sudah SELESAI! ❤❤

Selamat bertemu di cerita berikutnya 😘



Open & Close(r)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang