Namaku Yumiki Yamato, dan seharusnya aku tidak ada.
Tenang, tenang. Aku tidak sedang depresi yang membuatku ingin bunuh diri sehingga meniadakan keberadaanku atau apa. Aku bahkan tidak pernah berpikir aku tidak pantas hidup.
Aku memang seharusnya tidak ada. Itu adalah kenyataan.
Karena aku sudah mati.
Kukira, urusanku sudah selesai. Begitu ada sosok putih bersinar misterius yang membawa jiwaku menembus atap rumah sakit, kukira aku sudah tidak perlu berurusan dengan dunia. Kukira aku bisa tidur-tiduran santai saja di padang cahaya sambil menunggu orang-orang yang kukenal menyusul. Pokoknya sudah tidak perlu repot lagi, deh.
Tunggu, bukannya aku sedang membuat kematian terdengar menyenangkan. Jadi kalian jangan coba-coba, ya. Hanya saja, kehidupanku di dunia sedikit melelahkan—iya, sedikit, karena kalau dipikir-pikir, sebenarnya banyak hal menyenangkan yang terjadi selama aku hidup. Aku punya keluarga yang baik. Rumahku selalu ramai karena aku anak ketiga dari tujuh bersaudara. Peringkatku di sekolah lumayan. Aku punya banyak teman, terutama dua yang paling dekat denganku, Jun si ketua klub baseball dan Ryouchin si ketua OSIS.
Hidupku lumayan menyenangkan, kalau tidak menghitung penyakit yang membuatku mati pada usia enam belas tahun.
Tapi, setelah melepaskan semua beban kehidupan (sekaligus kehidupanku itu sendiri juga) pada suatu malam, seorang wanita malah mendatangiku. Saat itu aku berada di perbatasan dunia manusia dengan dunia arwah (atau setidaknya itu yang wanita tadi katakan padaku). Wanita itu sangat menawan, wajahnya bercahaya secara harfiah, dan aku langsung menyimpulkan ia adalah malaikat. Tapi, malaikat apa lagi, coba. Malaikat yang mencabut nyawaku tidak seindah ini.
"Kalau kamu diberi kesempatan hidup sekali lagi, kamu mau?"
Aku hampir menolak, meski tawaran tadi terkesan sangat menggoda. Hei, aku yakin pasti banyak sekali arwah-arwah di luar sana yang akan melakukan apa saja untuk mendapatkan tawaran hidup sekali lagi. Kalau mereka tahu aku sempat ragu, aku pasti akan dihajar habis-habisan (memang arwah bisa saling menghajar?). Masalahnya, aku malas mengulang hidupku yang seperti siklus rumah, kehidupan sekolah yang dibatasi, rumah sakit. Aku berpikir kematianku pasti bukan hanya meringankan bebanku sendiri, tetapi juga beban keluarga dan teman-temanku.
Tapi, Sang Malaikat tadi seperti membaca pikiranku.
"Kamu akan hidup lagi dalam tubuh yang sehat."
"Aku sudah nggak punya penyesalan," jawabku kemudian. Tapi Sang Malaikat menggeleng. "Ini bukan tentangmu, Sayang. Kalau kamu menerima misi ini, kamu bisa hidup di bumi selama tujuh hari."
"Misi?"
"Menyelamatkan seseorang."
Dan begitulah. Entah bagaimana ceritanya, aku menyanggupi dan dunia di sekitarku pun berputar.
- to be continued
a/n :
hehehe.
gatau kenapa cerita MV with you with me malah jadi sejenis fantasy gini pas kujadiin ff. eh bukan fantasy deng, supernatural ya yang arwah-arwah. maap ya :(
aku gatau ini bakal sedih apa engga, tapi kayaknya engga soalnya tokoh utamanya nista. /heh
yaudah jangan lupa vote dan comment ya gais biar aku semangat nulisnya uwu
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring to Your Smile
FanfictionNamaku Yumiki Yamato, dan seharusnya aku tidak ada. Yamato pergi meninggalkan dunia ini pada suatu malam. Napas terakhirnya terhembus di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya, teman-teman yang telah merelakan, dan dirinya sendiri yang ingin terl...