Karena selama di sekolah aku sibuk mengerjakan tugas kelompok, aku memutuskan untuk mengajak Kousaku bermain sepulang sekolah.
Seperti biasa, aku memboncenginya dengan sepedaku. Aku selalu ingin tertawa saat Kousaku memegangi bahuku erat-erat, padahal aku tidak pernah mengayuh sepeda dengan brutal jika bersama Kousaku. Tentu saja aku tahu diri. Tapi tetap saja Kousaku bertindak seperti anak kecil yang takut jatuh.
"Beli minuman dulu, yuk," ajakku setelah berhenti di sebuah lapangan yang memiliki mesin penjual otomatis. Seumur hidupku, aku belum pernah meminum minuman bersoda. Pernah, sih, tapi hanya mencicipi beberapa tetes yang cuma sampai di lidah. Itu pun karena aku sudah terlalu penasaran dengan rasanya, lalu berkonspirasi dengan Satoru. Aku bertekad untuk memuaskan diriku sendiri sekarang.
"Enaknya beli yang mana?" Aku mengedarkan pandanganku pada deretan kaleng soda di mesin penjual otomatis. Biasanya aku hanya membeli jus di sini.
Kousaku di sebelahku ikut-ikutan memindai minuman-minuman itu dengan bola mata. "Um, yang mana saja yang Yamato suka, deh."
"Minuman soda yang enak yang mana? Aku nggak pernah minum, nih."
"Eh? Hm, yang mana, ya?" Kousaku menggunakan telunjuknya untuk menyusuri berbagai macam merk yang tertutup kaca, lalu berhenti di depan kaleng minuman rasa blackberry. "Yang ini enak, kok."
Aku segera mengeluarkan uang dari dalam dompet, membayar untuk dua kaleng, lalu menyerahkan salah satunya pada Kousaku. Kousaku sempat menatapnya ragu sebelum menerima minuman itu dan berkata,"Nanti uangnya aku ganti, ya."
"Nggak usah. Aku pengen traktir kamu," tolakku sembari duduk di kursi panjang yang ada di sana. Kousaku memandangku dengan mata yang terlihat seperti ingin menangis. "Kamu orang pertama yang menraktirku selama aku SMA."
Aku tersenyum miris mendengar itu. Sayangnya, setelah ini kamu tidak akan memiliki memori pertama kali ditraktir, Kousaku. "Ya sudah, nikmati traktiran pertamamu," ucapku kemudian. Aku sempat mengira Kousaku tidak bisa membuka minuman kaleng tersebut. Ya maaf kalau aku terlanjur melihat Kousaku sebagai bayi yang tidak bisa apa-apa. Nyatanya dia bisa.
Ngomong-ngomong, soda ini enak sekali. Rasanya sia-sia sekali selama enam belas tahun hidupku aku baru sekali ini merasakannya. Terima kasih Tante Malaikat. Tidak apa-apa kan kalau aku melakukan hal-hal yang tidak bisa aku lakukan selama hidup, selain menjalankan misi?
Lagi pula, bukannya harusnya misiku sudah selesai? Lihat saja Kousaku, sekarang dia sudah tersenyum-senyum sendiri sambil meminum soda. Memangnya dia belum 'terselamatkan'?
"Eh, itu apa?" Tiba-tiba, ada hal yang menangkap atensi Kousaku. Saat aku mengikuti arah matanya, aku melihat kardus bertulisan 'ambil aku' tergeletak tak jauh dari kami. "Ah, hewan yang dibuang? Masih ada hal kayak gitu, ya?" tukasku. Kemudian aku mengikuti Kousaku yang bergegas menengok hewan malang apa yang dibuang di sana.
Ternyata seekor chihuahua.
Kousaku tampak senang sekaligus sedih saat mengangkat anjing itu. Mungkin dia senang karena menemukan hewan lucu yang bisa menjadi teman barunya, tetapi sedih menyadari nasib si chihuahua yang dibuang begitu saja. Dipandanginya si chihuahua dengan rasa sayang memenuhi mata. "Kalau aku boleh pelihara anjing, dia udah kubawa pulang. Tapi mama nggak suka pelihara hewan."
Aku mendesah kecewa. "Yah, aku juga nggak boleh. Anak aja udah banyak, mama nggak mau nambah peliharaan." Aku jadi merasa bersalah melihat si chihuahua yang mengerjap memandangku, seolah minta diadopsi. Padahal aku yakin saudara-saudaraku akan senang sekali kalau aku membawanya pulang.
"Gimana kalau kita rawat di sini aja? Nanti kita bawain makanan tiap hari," usulku. Wajah Kousaku langsung berubah ceria begitu mendengarnya. "Ide bagus! Kamu jangan ke mana-mana ya, biar bisa kita kasih makan tiap hari." Ia berbicara pada si chihuahua. Kalau aku sudah pergi dan ingatan Kousaku tentang tujuh hari ini terhapuskan, bagaimana nasib anjing ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring to Your Smile
FanfictionNamaku Yumiki Yamato, dan seharusnya aku tidak ada. Yamato pergi meninggalkan dunia ini pada suatu malam. Napas terakhirnya terhembus di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya, teman-teman yang telah merelakan, dan dirinya sendiri yang ingin terl...