[bonus chapter] - tentang koushien

113 28 17
                                    

a/n :

bukannya apdet malah pablis bonus ga jelas. itulah aq.

karena masih bingung bikin day-day selanjutnya, tiba-tiba aku malah kepikiran bikin chapter bonus yang nyeritain flashback waktu yamato belum mati, dan begitulah wkwkw

ya intinya ini settingnya di masa lalu ya gais. pas mereka masih kelas satu. settingnya yg sekarang kan kelas dua semua.

sebenernya chapter ini ga penting jadi ga dibaca juga gapapa (....) aku cuma pengen mendadak bikin yang galau-galau (?)

ya udah deh silakan dibaca kalo mau baca :(

.

.

"Kamu mau oleh-oleh apa?"

"Piala Koushien."

Kampret, batin Jun. Saat itu ia sedang menelepon Yamato, menanyakan oleh-oleh apa yang ia inginkan dari Jun yang tengah berlibur di Hokkaido. Masalahnya, satu : musim panas sudah lewat dan turnamen Koushien diadakan di musim panas. Dua : liburan di Hokkaido tidak ada hubungannya dengan Koushien.

Intinya, Yamato tidak nyambung.

"Emangnya Hokkaido terkenal sama replika piala Koushien, ya? Kok aku nggak tau." Pertanyaan Jun itu setengah bercanda, setengah serius bertanya. Siapa tahu ada alasan kenapa tiba-tiba Yamato meminta piala Koushien, piala turnamen baseball SMA se-Jepang yang diadakan di musim panas. Siapa tahu Hokkaido memang suka membuat piala KW.

"Ya nggak, lah. Hokkaido terkenal kudanya." Jawaban Yamato membuat Jun ingin membanting HP. Terus kenapa minta piala Koushien, coba.

"Terus ngapain minta piala Koushien?"

"Ya masa aku minta kuda."

"Sumpah, mending kamu minta kuda daripada piala Koushien," gerutu Jun dengan jujur. Dia lebih baik memikirkan cara mengirim kuda dari Hokkaido ke Kyoto daripada dituntut untuk membawa pulang piala Koushien. Selain tidak masuk akal, misal ia benar-benar sedang pergi untuk pertandingan alih-alih liburan, rasanya memenangkan Koushien adalah hal yang ... mustahil.

"Ryouchin minta apa emang?"

"Tau aja aku udah telepon Ryouchin duluan. Dia mah cuma bilang terserah."

"Aku tau kok nggak masuk daftar prioritasmu."

"Nggak usah cemburu sama Ryouchin, ya."

"Dih, padahal kamu yang nikung istriku."

"Aku nggak doyan Ryouchin."

Pada akhirnya, telepon menanyakan oleh-oleh tadi berakhir dengan perdebatan yang tidak berfaedah.

Meski demikian, Jun jadi pusing begitu menutup telepon. Piala Koushien. Seandainya bisa, musim panas kemarin dia sudah membawakan itu untuk sekolahnya. Tapi musim panas yang lalu ia hanya junior abal-abal yang main sebentar untuk menggantikan seniornya yang cedera. Senior-seniornya bahkan juga tidak bisa menembus pertandingan seleksi regional untuk Koushien.

Pokoknya, Koushien adalah mimpi yang terlalu jauh untuk digapai.

Saat Jun kembali ke sekolah, tentu saja ia tidak membawa piala Koushien, apalagi kuda Hokkaido. Dia hanya membawa oleh-oleh paling mainstream yang dibelinya di Bandara Chitose, coklat Shiroi Koibito. Jun membagi-bagikan itu pada teman-teman sekelasnya.

"Mana piala Koushien?"

Jun ingin menabok Yamato saat itu juga. "Kamu sendiri yang bilang Hokkaido bukan terkenal sama replika piala."

Spring to Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang