Demi memenuhi permintaan divisi arsip dari klub perpustakaan, Ryouta masih berada di ruang OSIS sore ini.
Klub perpustakaan meminta Ryouta untuk menyetorkan dokumen pemilihan ketua OSIS yang dilaksanakan dua minggu lalu. Sebenarnya itu adalah tugas sekretaris, tapi koordinator divisi arsip menyampaikannya langsung kepada Ryouta, dan kebetulan Ryouta sedang tidak ada kerjaan. Sekretaris OSIS malah sibuk mempersiapkan proposal perayaan ulang tahun sekolah. Jadi, kalau hanya urusan beres-beres dokumen yang menumpuk di loker ruang OSIS, Ryouta bisa sendiri.
Dari jendela ruang OSIS, Ryouta bisa melihat klub baseball berlatih. Katanya mereka ada pertandingan sebentar lagi. Ryouta tidak terlalu ingat pertandingan apa. Sepertinya, beberapa hari lalu Jun menceritakan itu, tapi Ryouta hanya setengah mendengarkan.
Tiba-tiba, Ryouta merasa bersalah. Dia berjanji dalam hati, setelah ini ia akan bertanya pada Jun soal pertandingannya, lalu mendengarkan celoteh Jun dengan seksama—
Ah. Entah kenapa, sekarang Ryouta jadi takut membuat rencana. Takut mengatakan habis ini saja, besok saja, kapan-kapan saja. Ia takut segala sesuatu yang ia tunda jadi tak pernah terlaksana dan menjadi penyesalan selamanya. Tapi mau bagaimana lagi, masa ia harus berlari ke lapangan baseball sekarang?
Ryouta mulai membuka loker. Yang berada di tumpukan paling atas adalah satu jilid laporan pertanggungjawaban. Ryouta ingat ini adalah salah satu rapat pertama yang ia pimpin, di mana Jun dan Kousaku sibuk menyemangati, bahkan mengantar Ryouta sampai ke ruang OSIS. Meski Ryouta berkata itu berlebihan, jujur saja saat itu Ryouta memang gugup sekali dan dukungan mereka berdua cukup berguna.
Begitu ia mengambil laporan pertanggungjawaban tadi, yang ada di bawahnya adalah formulir pendaftaran Ryouta sendiri.
Tiba-tiba saja, deretan klise-klise memori mulai berputar dalam benaknya. Formulir itu tidak ia isi dan cetak dengan tangannya sendiri. Kalau boleh jujur, malam sebelum Yamato ribut menyuruhnya mendaftar, Ryouta sudah iseng mengunduh formulirnya. Walaupun ujungnya Ryouta hanya terdiam memandangi formulir tersebut sebelum ia menekan tombol x. Esok harinya, siapa yang menyangka Yamato sudah siap dengan laptop dan formulir yang sudah diisi sebagian?
Kenangan Ryouta tidak sampai di situ saja. Saat pandangannya jatuh pada kolom visi dan misi, tiba-tiba saja genggaman tangan Yamato di pergelangan tangan Ryouta saat menariknya ke perpustakaan seakan masih tersisa di sana. Ryouta jadi teringat sudut berdebu di perpustakaan. Bagian penyimpanan arsip memang sangat jarang dikunjungi. Kalau Yamato tidak memaksanya, Ryouta juga tidak akan tahu bagian penyimpanan arsip di perpustakaan itu seperti apa.
Ah, sudahlah.
Ryouta segera menumpuk formulir pendaftarannya dengan formulir kandidat lain. Namun, yang ia temukan setelah itu adalah setumpuk kopian poster, yang mau tak mau membawa benaknya menyusuri memori lagi. Bukan Ryouta yang menyalin visi dan misinya dalam bentuk poster. Bukan Ryouta juga yang memutuskan tempat-tempat strategis untuk menempel poster.
Kalau dipikir-pikir, selama proses pemilihan ketua OSIS, yang dilakukan Ryouta hanya membuat visi dan misi, lalu maju saat acara debat. Selain itu, semuanya dibereskan oleh Yamato.
Aku belum sempat membalasnya.
Lagi-lagi, satu kalimat itu mengambang dalam benaknya. Tiba-tiba saja rasa sesak memenuhi dada Ryouta.
Kalau saja aku nggak hobi menunda-nunda.
Kalau saja hari itu aku cepat ngirim chat untuk bilang terima kasih.
Kalau saja aku sempat ngobrol lebih banyak di hari terakhirnya.
Kalau saja aku ....
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring to Your Smile
FanfictionNamaku Yumiki Yamato, dan seharusnya aku tidak ada. Yamato pergi meninggalkan dunia ini pada suatu malam. Napas terakhirnya terhembus di tengah-tengah keluarga yang menyayanginya, teman-teman yang telah merelakan, dan dirinya sendiri yang ingin terl...