[bonus chapter] tentang ketua osis

118 29 10
                                    

a/n :

halo aku kembali dengan bonus chapter hehe hehe hehe (....)

.

Ini adalah salah satu kejadian paling horror dalam hidup Ryouta.

Ryouta sedang mengerjakan proposal acara penerimaan murid baru di rumah sakit. Dua jam lalu, Yamato meneleponnya, berkata ia kesepian di rumah sakit dan kangen istri. Padahal baru pukul tujuh lebih lima belas di hari Minggu. Mata Ryouta belum sepenuhnya terbuka dan dia masih berguling-guling berbelit selimut. Tapi, meski awalnya Ryouta melontarkan omelan sepanjang jalur Yamanote, apa sih yang tidak kalau buat Yamato?

Kemudian, di saat Ryouta sudah menjinjing laptop untuk mengerjakan proposal di rumah sakit, Yamato malah terlelap.

Ryouta berusaha menahan diri untuk tidak menabok Yamato, lalu duduk di samping ranjang dan membuka dokumennya. Sebagai wakil sekretaris OSIS yang berdedikasi, Ryouta ingin membuat proposal yang berkualitas agar cepat ditanda tangani oleh kepala sekolah. Ia tidak mau membuang-buang waktu mumpung Yamato belum bangun. Pokoknya persiapan acara penerimaan murid baru harus selesai sebelum liburan semester berakhir.

Lalu, tiba-tiba ada tangan dingin meraih tangan Ryouta yang sibuk berkonsentrasi mengetik, diikuti dengan ucapan,"Daftar nominasi ketua OSIS, ya?"

Kontan, Ryouta terkejut dan refleks melempar laptopnya. Untung laptopnya hanya terguling menimpa kaki Yamato. Untung tidak terjatuh ke seberang kasur dan pecah berkeping-keping.

Sementara Yamato mengaduh sambil mengelus-elus kakinya yang malang, Ryouta mulai mengomel,"Ngapain, sih?! Bikin kaget aja! Mau bikin aku jantungan?"

"Nggak," jawab Yamato sambil masih meratapi kakinya. "Cukup aku aja, kamu nggak usah."

Seketika, Ryouta menyesali kata-katanya. Namun ia terlalu gengsi untuk meminta maaf. Mata Ryouta malah menangkap laptopnya yang sekarang tergeletak dalam keadaan mati, barangkali ulahnya tadi membuat tombol on/off-nya tak sengaja tertekan.

Sekarang Ryouta terbengong memandang laptop itu.

"Duh, tanggung jawab sama kakiku, Ryouchin," keluh Yamato. Ryouta masih melongo. ".... Proposalku belum ku-save."

"Hah?"

Ryouta memungut laptopnya dengan tegang, menekan tombol on, kemudian menunggu dengan was-was.

Tapi dugaannya benar.

Proposal yang sudah dipikirkan dan diketiknya dengan susah payah menghilang.

Begitulah salah satu kejadian paling horor dalam hidup seorang Nagano Ryouta, harus mengulang proposalnya yang sudah dikerjakannya dengan mati-matian sejak pagi.

"Beneran nggak ada?" tanya Yamato khawatir. "Ih, maafin aku. Nggak sengaja, sumpah. Nggak tau kalau kamu lagi bikin proposal."

"Iya, gapapa," Ryouta menjawab dengan masih setengah bengong. "Nanti aku bikin lagi. Liburan semester masih lama, kok." Yah, walaupun sekretarisnya minta proposal itu sudah dikirim lusa. Enak sekali dia menyuruh-nyuruh kouhai.

"Beneran nih, gapapa? Aku jadi nggak enak, nih. Aku bantuin, deh." Yamato bangkit, lalu duduk ikut memandangi layar yang sedang diketiki isi sampul oleh Ryouta. Ryouta meliriknya sinis. "Bantuin ngapain? Mending kamu diem."

Ucapan kasar tadi keluar dengan refleks dari mulut Ryouta, dan Ryouta menyesalinya sedetik kemudian karena Yamato benar-benar tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya mengamati Ryouta yang mengetik dalam hening. Baru saja Ryouta hendak mengutarakan penyesalannya berkata seperti itu, Yamato mendahului,"Tapi ... daftar ketua OSIS, ya?"

Spring to Your SmileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang