Nampak Abil tengah terduduk di meja makan dengan menidurkan kepalanya di meja makan yang lebar. Dia terlihat gelisah, entah apa yang sedang ia fikirkan. Terkadang posisinya terduduk tegak dan beberapa kali pula membungkukkan badannya kemudian kepalanya ditidurkan di meja makan dengan tumpuan ke dua tangannya, Abil melakukan aktivitas unfaedahnya itu secara berulang kali hingga membuat mamahnya yang tengah mengepel lantai bingung dengan tingkah anak lelakinya itu."Kak, kamu kenapa sih. Mamah liat-liat dari tadi kayak gelisah gitu?" Akhirnya pertanyaan itu meluncur dari mulut Aisyah ---umi Abil.
"Ciee, ternyata diem-diem Mamah perhatiin Abil ya." Bukan menjawab pertanyaan uminya malah Abil bercanda dengan nada menggoda.
"Cia-cie, cia-cie! Nasib jomblo, jadi gitu. Mamah yang kena gombalan kamu." Mamahnya menjawab dengan nada kesal yang dibuat-buat.
"Yaelah Mah, jomblo itu mulia Mamah. Lagian gak ada yang mau di gombalin lagi kan selain Mamah, ada sih si Irtia. Tapi ogah lah, galak banget kayak macan yang gak sengaja ke injak ekornya." Elak Abil dengan penjelasannya yang membuat Mamahnya terkekeh.
"Emang kamu pernah nginjek ekor macan?" Tanya Aisyah penasaran dengan penjelasan anaknya.
"Ya gak sih, tapi Abil pernahnya nginjek ekor kucing sampai-sampai Abil di cakar. Lah itu aja kucing kan Mah, apalagi Abil nginjek ekor macan? Bisa jadi martabak kali ya Abil." Sempurna sudah lawakan Abil membuat Aisyah tertawa ngakak hingga menutup mulutnya.
"Kakak, Kakak. Ngelawak aja." Ucap Aisyah kembali melanjutkan kegiatannya yang tengah mengepel lantai.
"Mah, Adek mana?" Tanya Abil.
"Lagi kerja kelompok di rumah temen."
"Ohh,"
"Tumben nyariin? Kenapa?"
"Gak papa sih, cuman pengen nanya aja." Sungguh Aisyah ingin sekali menumpahkan air yang ia gunakan untuk mengepel ke arah Abil.
"Mah, ka-" belum sempat menyelesaikan ucapannya, sang umi sudah memotongnya duluan.
"Kalau mau nanya yang faedah Kak!"
"Ish Umi, jangan su'udzon gitu dong. Ini serius Mah." Ucap Abil sedangkan uminya hanya diam, menunggi dia melanjutkan pertanyaannya.
"Mah, kalau Abil mimpi tiga kali berturut-turut sama terus. Apa itu ada maksudnya Ma?" Lanjut Abil menjelaskan pertanyaannya.
"Bisa jadi Kak. Memang Kakak mimpi apa?"
"Abil itu ketemu cewek tapi bercadar kayak di danau gitu Mah, dan Abil ngerasa pernah ketemu sama cewek itu tapi Abil gak tau. Terus dia nyeritain bahwa dulu waktu Abil pacaran sama Siska," jeda sejenak mengingat masa-masa putih abu-abunya dulu, "katanya dulu ada adik kelas yang sempet suka sama Abil tapi gak berani nyatain dan lebih memilih memendam rasa sukanya dan diam-diam juga selalu menyebut nama Abil di do'anya. Tapi Abil sendiri gak tau siapa adik kelas itu dan cewek bercadar itu." Aisyah mendengarkan anaknya yang menceritakan tentang mimpinya dengan serius.
"Bisa jadi mimpi itu pengingat dari Allah atau ada maksud lain. Tapi bisa jadi mimpi kamu itu cuman bunga tidur aja, ada kalanya mimpi itu datang dari Allah ada juga yang datang dari setan. Makanya kalau mau tidur biasakan wudhu, baca surat-surat pendek, ayat kursi dan do'a sebelum tidur. Dan kamu juga jangan terlalu memikirkan mimpi yang datang di tidur kamu, karena bisa jadi mimpi yang seharusnya dari Allah malah di jadikan setan sebagai senjata." Jelas Aisyah memberi nasihat.
"Hmmm, iya Mah." Abil nampak menganggukkan kepalanya, maksud dengan penjelasan uminya.
"Udah sholat ashar?" Tanya Aisyah mengingat 15 menit yang lalu, adzan ashar baru saja berkumandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Impian
Teen FictionEntah ini hanya sekedar obsesiku atau dia memang benar adanya. -Muhammad Abil Arsalan. Sosok wanita bercadar yang pernah Abil temui ditaman kota membuatnya penasaran dengannya. Belum lagi dengan wanita bercadar itu yang selalu menjadi bunga tidurnya...