[Keceplosan🌿]#Part-7

200 10 0
                                    


Setelah wanita yang diyakini Abil adalah Kayyisa itu duduk di hadapannya, suasana menjadi canggung. Mereka hanya saling melirik, entah kemana perginya kalimat-kalimat yang sudah Abil susun untuk berbicara dengan wanita bercadar itu. Sedangkan sang wanita hanya diam dan menunduk tak menatap Abil sedikitpun.

Tiba-tiba mulut Abil yang tadinya ingin memulai obrolan terhenti ketika mendengar suara adzan mengalun indah dari masjid dekat restoran. Oh Abil lupa bahwa kedatangannya ke sini hanya untuk membeli makanan, namun seketika ia enggan beranjak dari bangkunya ketika melihat sosok yang sama dengan adik kelasnya.

Adzan selesai dikumandangkan, keduanya sama-sama membaca do'a. Setelahnya suasana kembali hening.

"Sudah adzan, sebaiknya kita segera berbuka dulu. Habis itu kita bicara lagi setelah sholat maghrib." Ucap Abil memecahkan hening.

"Kamu mau pesan apa?" Tanya Abil seraya memanggil pelayan.

"Sa ... saya bisa ambil sendiri kok nanti." Jawab wanita itu gugup.

"Ck! Gak usah formal gitu kali Dek. Panggilnya kayak waktu kamu jadi adik kelasku." Gerutu Abil membuat mata wanita itu membulat sempurna.

"Adik kelas?" Tanya wanita itu yang menurut Abil hanya pura-pura.

"Mau pesan apa?" Belum Abil menjawab, pelayan sudah datang dan dia adalah Mbak Intan.

"Eh Mbak Tan ternyata, pesan cinta ada gak?" Ledek Abil membuahkan satu pukulan di lengannya.

"Ngaco!"

"Haha, kali aja ada. Mau tak berikan ke orang terspesial." Jawab Abil tambah ngawur.

"Cihe-cihe siapa nih, apa dia orangnya?" Goda Intan dengan melirik chef baru itu dengan terkekeh.

"Mungkin Mbak." Bisik Abil yang masih terdengar oleh chef baru itu. Sontak pipi chef berniqab itu langsung memanas dan untungnya ada cadar yang menutupi pipi meronanya itu.

"Ahai bisa aja dah nih anaknya Mamah Aisyah, nah pesan apa Bil, Kay?" Tanya Mbak Intan siap mencatat pesanan keduanya.

"Dek, kamu mau pesan apa?" Tanya Abil kepada wanita yang ia ketahui adik kelasnya.

"Jus mangga aja Kak." Abil seketika tersenyum mendengar jawabannya, walaupun belum mengakui ia adalah adik kelasnya, tapi ketika ia memanggilnya Kak ia jadi semakin yakin bahwa dia adalah Kayyisa.

"Ya udah, Mbak pesan jus mangga sama es capucino ya." Ucap Abil kepada Intan.

"Ashiiap Bos." Jawab Intan kemudian berjalan hendak menuju tempat pembuat jus. Namun tiba-tiba Abil memanggilnya dan dengan terpaksa Intan berbalik badan.

"Apa lagi Bil? Gak usah ngajak perang neh!" Gerutunya.

"Heheh sorry, Abil cuma mau minta ijin, Kayyisanya Abil pinjem dulu ya Mbak." Ucapan spontan Abil membuat wanita itu membelalakan matanya mentap Abil.

'Aduh, kok baper ya.' Batin wanita bercadar itu dengan tangannya memilin-milin ujung hijabnya.

"Ouh. Oks." Jawab Intan dan langsung berjalan meninggalkan Abil.

Suasana menjadi hening. Sayangnya tidaka ada suara jangkrik yang melengkapi mereka berdua, lalu-lalang pengungjung resto yang lainpun nampak tak memecahkan keheningan diantara keduanya.

"Nih, punya kamu kan gantungannya? Kakak kembaliin, takut kamu rindu. Kasian rindu itu berat kamu gak akan kuat jadi biar aku saja." Ucap Abil sekenanya dengan kalimat menyamai tokoh utama di film 'Dilan'. Diam-diam wanita bercadar itu terkekeh.

Abil menyodorkan gantungan itu di mejanya. Sedangkan wanita itu hanya menatapnya tanpa menyentuh sedikitpun.

"Kenapa Kakak bisa yakin kalu ini punya saya?" Tanya wanita itu, sepertinya ingin menguji Abil.

Bidadari ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang