[Maksa😑]#part-6

234 8 0
                                    


"Mah, beneran ini mau pada pergi?" Ucap Abil, terdengar dari nadanya ia sangat tak bersemangat.

Bagaimana mau semangat, sedangkan keluarganya akan pergi ke Yogyakarta untuk menjenguk neneknya yang sedang sakit dan Abil tidak diperbolehkan ikut dengan dalih sebentar lagi ia akan mengikuti Ujian dikampusnya.

"Ya iyalah Kak masa boongan." Bukan Mamahnya yang menjawab melainkan adik jahilnya.

"Apaan sih Dek! Kakak nanyanya sama Mamah bukan sama kamu." Gerutu Abil nampak sewot.

"Mamah gak jawab ya Adek dong yang jawab. Huh dasar penakut, di tinggal tiga hari aja udah kayak anak kecil. Wleee ... ," Irtia semakin gencar meledek Kakaknya yang tengah ngedumel.

"Diem!" Satu bantal sofa melayang ke arah Irtia yang tepat mengenai wajahnya.

"Kak Abil!!!!" Teriaknya membuat orang tuanya terkaget sedangkan Abil sudah ngacir keluar rumah dengan menutup kedua telinganya.

"Astaghfirullah, kalian ini ngagetin aja. Ada apa sih Dek?" Tanya Mamahnya heran akan kelakukan kedua putra-putrinya.

"Tuh Kak Abil. Masa muka adek dilemparin bantal!" Dengus Irtia mengadu.

"Orang dianya dulu Mah ngeledek, ya rasain aja. Wlee ..." Abil yang tak terima aduan Irtia langsung kembali masuk ke dalam rumah dengan meledek adiknya.

"Kak Abil udah jadi mahasiswa masih aja suka berantem sama adeknya emang nanti istrinya mau diajak berantem mulu?. Adek juga, udah tau Kakaknya lagi ngambek malah ngeledek. Ayo Kakak sama Adek saling minta maaf." Bujuk Aisyah dengan lembut. Ia tak mau memarahi anaknya dengan nada kasar atau membentak, ia takut salah ucap dan ucapannya diaminkan oleh para malaikat.

"Kak adek minta maaf." Ucap Irtia seraya mengulurkan tangannya, tanda sudah berdamai.

"Kakak juga minta maaf dek." Abil membalas uluran tangan adiknya.

Sedangkan Shidiq dan Aisyah hanya tersenyum senang, rupanya didikan mereka selama ini berhasil. Yakni salah satunya adalah saling meminta maaf dan meminta maaf.

"Nah gitu dong, baru anak Ayah. Ya udah yuk buruan berangkat nanti telat pesawatnya." Ucap Ayah dengan menggerek kopernya.

"Kak, nanti kalo mau makan buat buka kamu beli diluar aja ya. Soalnya tadi Mamah belum sempet masak, gak papa ya?" Ucap Aisyah sedangkan Abil hanya mengangguk dan tersenyum.

"Iya Mah, gak papa kok." Abilpun segera mengantar keluarganya menuju mobil yang akan mengantarkan ke bandara.

"Kita pergi dulu ya Kak. Kamu jaga diri baik-baik, inget! Sholat lima waktu jangan di tinggalin." Wejang sang Ayah.

"Iya Yah, Ayah sama Mamah juga Irtia hati-hati ya. Kakak tunggu oleh-olehnya." Jawabnya seraya tertawa menampilkan deretan giginya yang rapi.

"Iya Kak. Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumussalam."

'Oke, berarti gue beneran di tinggal di rumah. Sendirian lagi.' Batin Abil, dan segera ia masuk ke dalam rumah karena sekitar 30 menit lagi akan memasuki waktu maghrib.

"Eh gue beli makanan buat bukanya kapan ya? Nanti habis sholat terawih? Atau sekarang aja." Gumamnya seraya berfikir.

"Ah sekarang aja deh. Itung-itung sambil nunggu maghrib." Dengan cepat ia segera memakai jaket bertopinya dan menyambar kunci motor ninjanya.

Dengan memakai jaket bertopi dan celana jins Abil nampak coll dan keren. Membuat wanita manapun akan meleleh di buatnya.

Hanya sekitar 15 menit, motor ninjanya telah sampai diparkiran sebuah restoran yang bertuliskan 'Rumah Makan Bismillah' yang sudah menjadi langganannya.

Bidadari ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang