[Si Jahil😝] #part-1

436 10 0
                                    


Kring!!! Kring!!! Kring!!!

Suara alarm dari sebuah ponsel yang berada didekat telinga seorang gadis dengan mata yang masih tertutup terdengar sangat memekakan telinganya. Membuat satu buah bantal melayang ke arah kakak jahilnya, alhasil ponsel sang kakakpun menjadi korbannya. Seketika layar ponsel sudah remuk akibat ulah adiknya.

Brakk!

Walaupun layar ponselnya sudah remuk berkeping-keping namun masih tetap bisa menyala, tapi sang kakak harus lebih bersabar ketika layar ponsel androidnya tak bisa merespon sentuhan jari-jarinya. Layar 'LCD' nya pecah, itu artinya dia mempunyai dua pilihan. Pertama, dibawa ke konter untuk mendapatkan pengobatan atau yang ke dua, dilem biru alias 'dilempar dan beli yang baru'.

"Rasain! Makanya gak usah jahil. Gak ada apa cara lain buat bangunin. Dasar! Shubuh-shubuh gini udah ngajak perang." Gerutu sang adik seraya berjalan memasuki kamar mandi yang berada dikamarnya.

"Bisa sampai gini ya hape gue. Ngenes banget." Gumamnya dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia tidak marah dengan adiknya, karena ya memang itu juga salahnya. Ngebangunin kok malah ngajak perang, bukannya baik-baik.

Mereka adalah sepasang kakak beradik yang jahilnya hampir setara. Muhammad Abil Arsalan, nama dari laki-laki jahil itu. Dia merupakan mahasiswa disalah satu universitas ternama dikotanya, memiliki tinggi badan sekitar 180 cm, badan yang tak terlalu kurus dan tak terlalu gendut pula, kulitnya putih, hidung mancung bak perosotan anak-anak TK, jahil namun tetap sholeh, in syaa Allah. Sedangkan sang adik bernama Irtia Naziha, umurnya 14 tahun beda 9 tahun dibawah kakaknya. Dia merupakan siswi yang masih duduk dikelas 8 MTs OTW ke kelas 9. Tubuhnya mungil, hidungnya mancung namun tak semancung kakaknya, kulitnya kuning langsat, jahilnya hampir setara dengan sang kakak dan itulah yang menjadikan rumah tangga Siti Aisyah dan Shidiq Arsalan menjadi lebih berwarna, dan in syaa Allah Irtia ini juga Shalihah.

"Kalian tiap hari berantem mulu, gak bosen apa?" Tanya sang mamah kepada kedua putra putrinya yang baru saja sampai di meja makan untuk sahur bersama.

"Gak berantem Mah, cuman ribut aja." Jawab Abil sekenanya.

"Sama aja kakak," Aisyah seketika menatap putranya.

"Tuh kak Abil duluan, masa iya bangunin adek pakek alarm keras banget terus dideketin ke telinga adek. Kan ngajak perang namanya, rasain tuh hapenya rusak!." Adu Irtia kepada kedua orang tuanya.

"Kak, udah di bilangin juga kalau mau bangunin adeknya tuh yang bener. Tuh nanti sakit telinga adek." Giliran sang ayah ikut nimbrung.

"Ya kali Yah mau bangunin adek yang kayak kebo ini pake cara di elus-elus kepalanya, atau ditepuk-tepuk pelan pipinya. Yang ada makin pules tidurnya, orang tadi aja lama banget Abil banguninnya." Sontak Irtia membelalakkan matanya ketika mendengar dirinya disamakan dengan kebo.

"Ya setidaknya pake cara yang lebih baik kakak, adek jadi kaget tadi. Terus mana ada kebo secantik adek? Jadi tolong jangan sama-samain adek sama kebo!" Sergah Irtia langsung dengan omelannya yang malah terdengar lucu. Ketiga orang diruangan itupun terkekeh geli.

"Udah jangan berantem mulu ah, buruan makan nanti keburu adzan shubuh. Buat kakak kalau bangunin adeknya jangan pake cara kayak gitu lagi bahaya juga buat telinga, dan buat adek biasakan tidurnya jangan malem-malem jadi kalo dibangunin gak susah." Ucap Shidiq final membuat kedua anaknya menunduk.

"Iya Yah." Jawab Abil dan Irtia kompak.

Dan selanjutnya ruang makan menjadi hening hanya terdengar denting sendok dan garpu yang saling bersahutan.

***

Selepas sholat shubuh, keluarga kecil ini memilih untuk bersama-sama tadarus di mushala rumah yang ukurannya agak lebar. Hingga matahari muncul diufuk Timur mereka menyudahi tadarusnya, memulai kembali aktivitas sehari-harinya. Itulah hal yang selalu keluarga kecil itu lakukan, semata-mata hanya mengharap ridha Allah, sungguh keluarga yang indah nan harmonis.

Allahumma bika ashbahna, wa bika amsaina, wa bika nahya wa bika namuts wa ilaikan nusyur.

Itulah salah satu do'a yang selalu keluarga itu panjatkan. Do'a diwaktu pagi. Tak lupa dengan basmalahpun mereka mengawali hari.

"Dek berangkat jam berapa?" Tanya Shidiq kepada putri kecilnya.

"Jam setengah delapan Yah." Jawab Irtia yang sudah siap dengan seragam biru putihnya. Walaupun masih setengah jam lagi tapi Irtia sudah siap dengan semua persiapan sekolahnya. Jadi ketika waktu sudah hampir menunjukkan jam masuk sekolahnya ia akan langsung berangkat saja.

"Ya sudah, nanti kamu berangkatnya sama Kak Abil aja." Ucapan sang ayahpun membuatnya langsung mengalihkan pandangannya dari sepatu yang tengah di ikatnya. Ingin protes dengan usulan ayahnya.

"Gak mau, Irtia mau berangkatnya sama Ayah aja." Protes Irtia.

"Adek, Ayah berangkat pagi nak. Ini aja udah mau langsung berangkat, emang mau kamu jam segini berangkat? Masih jam tujuh lho. Nanti yang ada sampai sana masih sepi kelasnya nanti kamu cuman sama pak satpam. Mau?" Jelas Shidiq kepada putrinya lembut.

"Heummm, ya udah lah Yah." Jawab Irtia pasrah. Kemudian sang ayah langsung beranjak untuk berangkat ke kantornya, di sana ayahnya menjabat sebagai CEO plus pemilik perusahaan.

Jam sudah meunjukkan pukul 07:15 tapi sang kakak belum juga terlihat batang hidungnya yang kata Shidiq akan mengantar Irtia berangkat sekolah. Irtia yang menunggu diruang tamupun dibuat kesal dengan kakaknya yang lama, akhirnya dia memutuskan untuk menuju kamar Abil. Sesampainya didepan kamar Abil, terdapat selembar kertas yang sengaja ditempel dipintu dan terlihat segores pena menempel dikertas ini.

'Gak ada matkul hari ini, jadi ini merupakan hari hibernasi bagi Abil ganteng. Mohon buat mamah, ayah sama si kebo Cantik (katanya) jangan ganggu dulu ya si Abil ganteng ini. Terimakasih sudah membaca, jangan marah.'

Mulut Irtia dibuat mengaga olehnya, sedari tadi kakaknya ditunggu untuk mengantarnya berangkat sekolah malah asik-asikan molor dikamarnya. Wajah Irtia berubah menjadi merah padam dan langsung saja mengetuk, eh ralat ---mendobrak--- pintu kamar kakaknya dengan keras mengingat kakaknya mudah terbangun karena pendengarannya rentan akan suara sepelan apapun.

Brak!! Brak!! Brak!!

"Kak Abil!! Bangun!!." Teriak Irtia diiringi suara gebrakan pintu kamar dengan memanggil Abil kesal.

Abil yang berada didalam kamarnyapun langsung terkejut bahkan hingga terjatuh dari kasur empuknya. Begitupun dengan mamahnya yang tengah merapikan pakaian dikamarnyapun ikut terkejut dengan teriakan anaknya dan buru-buru keluar kamar menyusul anaknya.

Seketika Abil langsung menepuk jidatnya ketika baru ingat kalau dirinya mendapat amanat dari ayahnya untuk mengantar adik cerewetnya. Buru-buru Abil membuka pintu kamarnya yang masih terdengar gebrakan dari sang adik.

Ketika baru saja membuka pintu kamarnya, tiba-tiba ...

Plak!

Wajah Abil terkena gebrakan dari tangan Irtia yang tak menyadari kakaknya membuka pintu.

"Aww ... adek sakit." Ucap Abil spontan.

"Eh, afwan kak." Balas Irtia nampak menahan tawanya, seketika emosinya meredam.

"Yuk buruan berangkat." Sadar dengan sikap adiknya yang suka ngomel akhirnya Abil langsung mengajaknya berangkat tanpa berbasa-basi, karena sehabis mengantar Irtia Abil berniat untuk melanjutkan hibernasinya. Dasar tukang molor!. Sang mamah yang baru melihat kejadian itu hanya menggelengkan kepalanya seraya tertawa pelan, lucu melihat tingkah ke dua anaknya.

###
TBC

Bidadari ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang