[Secangkir coklat☕]#part-9

190 10 0
                                    


Hari ini, adalah hari ketiga Abil ditinggal oleh keluarganya. Kini ia tengah duduk di sofa depan tv, ia tengah menonton berita pagi seraya menunggu jam pertama matkulnya yang akan dimulai pasa jam 08:00.

"Ya Allah, bosen!. Adek, Mamah, Ayah kapan kalian pulang sih?. Tega, Abil yang ganteng ini ditinggal sendirian," ocehnya dengan menyenderkan kepalanya disandaran sofanya.

Ia melirik sekilah jam yang berada dipergelangan tangannya. Terlihat masih pukul 07:00, artinya masih satu jam lagi matkulnya mulai dan itu membuatnya bosan.

Menit berjalan, namun posisi Abil masih saja tetap sama, tv pun masih ia biarkan menyala. Seterusnya, ia langsung bangkit menuju kamar mandi. Ia lupa belum melaksanakan sholat dhuha, ia berniat bertadarus lagi selepas sholat dhuha.

Pukul 07:45, Abil sudah nengkreng dimotor ninjanya dengan memakai helm fullfacenya, nampak mulutnya komat kamit merapalkan do'a, selanjutnya ia langsung melajukan motornya.

"Woi Bil! Baru berangkat loe?" Tiba-tiba saja Iqbal mengagetkan Abil yang baru saja turun dari motornya.

"Ya Allah nih anak. Salam napa Bal," ucap Abil mengingatkan.

Iqbal terlihat nyengir dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "hehehe, iya lupa maaf. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam. Belum masuk kan?" Tanya Abil sambil keduanya berjalan menuju kelas.

"Belum, kayaknya juga dosennya gak masuk," jawab Iqbal santai.

"Emang siapa dosennya? Gue juga lupa hari ini mata pelajaran hari." Tanya Abil dengan mendudukkan badannya di kursi, sedangkan Iqbal duduk di bangku samping kanan Abil.

"Bu Maira, gak tau juga kenapa dia gak ngajar," jawab Iqbal pelan, terlihat gurat sedih diwajahnya.

"Lah, tumben amat Bu Maira gak masuk," Abil nampak heran dengan dosen muda itu.

"Gue juga gak tau Bil, niatnya mah hari ini gue coba ngajak dia ta'aruf." JRENG! Ucapan Iqbal membuat Abil melongo, benar-benar lelaki idaman nih si Iqbal.

"Wahh, beneran loe?" Tanya Abil antusias.

"Iya, gue juga udah cerita sama orang tua gue. Dan alhamdulillah orang tua gue setuju sama niat gue," jawab Iqbal kembali membuat Abil kagum. Iqbal yang dikenalnya selalu tak bisa serius saja sekarang sudah mulai serius dengan wanita pujaannya, lalu dia kapan? Nunggu Kayyisa diambil orang lain?. Ah jangan sampai itu terjadi, bisa nangis tujuh hari tujuh malam si Abil.

"Husnudzon aja, barangkali Bu Maira lagi ada urusan lain," ucap Abil menenangkan Iqbal yang mulai terlihat kalut.

"Iya kali aja bener dia gak berangkat karena ada urusan lain."

Ketika tengah asik berbincang, tiba-tiba masuk seorang pria berumur 50 tahun-an dengan membawa selembar kertas. Dia adalah Pak Bayu, dosen killer di kampus Abil.

"Ada tugas buat kalian, berhubung Bu Maira gak dateng jadi saya yang ngasih tugas. Kalian harus tulis tentang apa saja yang harus disiapkan seorang penulis sebelum membuat karya sastranya, contohnya novel," ujar dosen berkumis itu seperti kereta api. Tanpa salam, tanpa kata pembuka langsung saja ngasih tugas.

Abil terlihat santai melihat tingkah dosen killer itu, sedangkan Iqbal menelan ludahnya kasar.

"Mampus! Gue lupa lagi tentang ilmu kepenulisan," ujar Iqbal sambil menepuk jidatnya sendiri.

"Elah, loe udah tua ya? Kan baru kemarin Bu Maira ngasih materi itu," jawab Abil dengan masih santai.

"Ah! Iya, gue lupa hehehe."

Bidadari ImpianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang