Semilir angin malam menghembuskan gorden jendela di kamar Abil yang nampak terbuka. Pelan-pelan angin mulai menyeruak ke dalam kamar lelaki yang tengah duduk di atas kasurnya itu. Merasa tubuhnya agak menggigil, dengan cepat ia loncat dari kasurnya hendak menuju jendela kamarnya.'Dubrak!'
Dasar yang namanya Abil, sehari tidak pecicilan mungkin tidak bisa. Baru saja loncat dari kasurnya, kaki Abil langsung tergelincir dengan mengakibatkan pantatnya duluan yang jatuh dilantai kamar.
"Adoh! Nikmat banget sumpah. Bokong gue, ya Allah sakit banget." Gerutunya dengan menahan sakit seraya mengelus bagian badannya yang terasa sakit.
Setelah bangun dengan susah payah, Abil segera menuju jendela kamarnya, berniat untuk menutup jendela. Baru meraih sisi kedua jendela hendak menutupnya, Abil dimanjakan dengah pemandangan di angkasa yang memperlihatkan banyak bintang berkelap-kerlip bak mata bidadari. Awan malampun nampak berarak-arak melintasi angkasa, sungguh pemandangan angkasa yang sangat indah. Akhirnya yang awalnya Abil hendak menutup jendela, ia urungkan niatnya dengan membukanya kembali membiarkan angin malam menghampiri tubuhnya yang kini sudah ia kenakan jaket. Berhubung kamarnya berada di lantai dua, jadi Abil bisa dengan leluasa menatap pemandangan di bawahnya.
"Ah, apa gue ngeditnya di sini aja ya?. Ya deh di sini aja." Gumamnya sendiri. Selanjutnya ia langsung berjalan mengambil camera dan laptopnya.
Abil berniat mengedit gambar-gambar yang ia ambil sore lalu untuk diuploatdnya di chanel youtube 'AbilAlan'---chanel youtube Abil--- [asli, ini author ngarang😂] sembari menikmati pemandangan malam dari jendela kamarnya.
Ketika tengah melihat-lihat lagi gambar yang ia ambil di alun-alun kota kemarin sore, Abil tak sengaja melihat gambar wanita bercadar yang ia potret. Membuat memorynya kembali mengembara mengingat mimpinya, walaupun sudah tidak bertemu dengan wanita itu di mimpinya tapi tetap saja Abil kepikiran dengan kalimat terakhir yang diucapkan wanita bercadar itu.
"Jika kamu sudah bertemu dengannya, perjuangankanlah dia. Dia sangat mencintaimu, bahkan hingga saat ini cintanya masih tumbuh dan suci untukmu." Kembali, kalimat itu terngiang di telinga Abil dan berhasil membuatnya gelisah.
'Sebenarnya siapa dia?'. Selalu itu yang Abil tanyakan pada hatinya sendiri, namun jawabannya nihil.
"Apa jangan-jangan cewek yang di alun-alun kemarin itu yang di maksud ya?. Kalau ia benar, berarti dia adik kelas semasa SMA dulu dong." Gumam Abil sembari memahami mimpinya.
Tapi seingat Abil, adik kelasnya tidak ada yang memakai cadar. Atau karena Abil saja yang memang tidak terlalu dekat dengan adik kelas jadi tidak tahu menahu?. Dan tentang gantungan itu, dengan segera Abil mengambilnya dari jaket yang ia kenakan sekarang. Ia tatap lekat gantungan itu, merasa bahwa ia pernah melihatnya. Kembali ia mencoba memutar memorinya kembali di masa putih abu-abunya, hingga akhirnya dia mengingat kejadian akan gantungan itu.
'Di hari Senin itu, kelas Abil nampak tidak kondusif. Guru yang ada di sekolahnya tengah mengadakan rapat dan hal itu bagaikan suatu kemenangan bagi siswa siswi di sekolahnya. Di seluruh penjuru sekolah terdengar sangat riuh. Abil yang ingin tidurpun memilih untuk keluar dari kelasnya mencari tempat yang pas untuk molor. Akhirnya ia memilih perpustakaan untuknya tidur, karena memang hanya perpustakaanlah yang suasananya selalu tenang. Ya iyalah, kan ada aturannya gak boleh ribut!
Melihat bangku kosong dengan satu siswi memakai hijab panjang, Abil segera menghampiri. Seketika merasa tertarik dengan gadis tersebut, berniat mengajaknya ngibrol.
"Ekhem. Assalamu'alaikum, ikut duduk boleh?" Salam Abil, dan rupanya hal itu membuat siswi tersebut kaget.
"Eh! Wa ... wa'alaikumussalam. Bo, boleh Kak." Jawabnya gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bidadari Impian
Teen FictionEntah ini hanya sekedar obsesiku atau dia memang benar adanya. -Muhammad Abil Arsalan. Sosok wanita bercadar yang pernah Abil temui ditaman kota membuatnya penasaran dengannya. Belum lagi dengan wanita bercadar itu yang selalu menjadi bunga tidurnya...