Pagi hari, di luar gua kabut tampak masih tebal, tapi matahari sudah masuk melalui sela-sela, seperti tiang cahaya yang keluar dari kabut tebal. Suasana terasa misterius.
Di dalam gua penuh dengan bebatuan berbentuk aneh, bebatuan itu adalah batuan stalaktit. Cahaya matahari yang menyinari batuan stalaktit, menimbulkan pantulan sinar berwarna-warni.
Semakin masuk ke dalam, sinar matahari semakin sulit masuk dan suasana pun semakin gelap, batu pun semakin kehilangan warna cerahnya, memang masih ada sedikit cahaya yang masuk tapi cahaya itu membuat orang teringat pada pedang, golok, dan tombak yang tajam juga dingin.
Gua itu besar, banyak jalan lorong-lorongnya, cahaya matahari membantu orang melihat arah, tapi tetap saja membuat orang merasa gua ini sangat dalam dan jauh.
Di tengah-tengah gua terdapat sebuah kolam besar, di kolam terdapat banyak batu stalaktit yang muncul dari air, terlihat tajam dan lancip, membuat kolam itu terlihat jadi sangat berbahaya.
Di tengah-tengah kolam terdapat batu besar sebesar 3-4 meter muncul ke permukaan kolam. Itu hanya satu per tiga dari tiang batu yang menyambung ke atas gua, entah mengapa tiang itu patah sekitar 3-4 meter.
Seorang yang berpenampilan aneh sedang duduk bersila di atas batu itu. Orang itu memang aneh, sekujur tubuhnya di bungkus benda seperti benang tenun, maka tidak bisa terlihat jelas bagaimana wajahnya.
Benda seperti benang tenun itu berwarna abu keputihan, memancarkan sinar aneh, banyak benang yang melewati kolam secara horisontal dan menyambung ke batu-batu stalaktit yang berada di sekeliling kolam.
Melihat keadaan itu, akan membuat siapa pun berkesan, dia seperti sebuah patung yang ada di kuil yang sudah lama tidak dibersihkan. Sampai-sampai seluruh tubuhnya tertutup oleh sarang laba-laba dan debu.
Benang-benang itu memang seperti sarang laba-laba, melihat benang itu terkumpul begitu banyak, entah berapa lama laba-laba harus menganyam sarangnya? Di tubuh seseorang melilit begitu banyak jaring sarang laba-laba, butuh berapa lama waktu untuk menjalinnya?
Tapi di sekeliling tidak terlihat ada laba-laba, selain orang itu tidak ada makhluk hidup lainnya.
Mungkin orang itu pun belum tentu masih hidup karena dia hanya duduk bersila, tidak pernah bergerak sedikit pun.
Tidak ada angin, air kolam terlihat seperti mati, tidak ada riak air. Batu stalaktit yang ada di dalam gua pun tidak meneteskan air.
Di dalam gua tidak terdengar suara sedikit pun, begitu hening seperti mati. Tapi keheningan ini tiba-tiba dikejutkan oleh suara gemuruh, kerasnya benar-benar seperti suara guntur, entah datang dari mana suara itu, hanya terdengar gemanya sekali-sekali, seperti datang dari semua penjuru.
Gua pun tergetar dan bergoyang air kolam mulai terlihat ada riak, ada air muncrat.
Batu stalaktit yang ada di dalam gua seperti akan hancur, terputus lalu terjatuh.
Suara gemuruh itu tidak besar juga tidak kecil, tapi datang secara berturut-turut, setiap kali suara itu keluar sepertinya sama besar, tapi karena itu adalah gema maka terdengar semakin keras.
Orang yang duduk bersila di atas batu itu seperti tidak terpengaruh oleh suara itu.
Kalau bukan karena dia tuli pasti dia sudah terbiasa dengan suara itu, atau dia memang sudah mati, sehingga tidak ada perasaan apa pun.
Suara gemuruh berbunyi terus kemudian bertambah dengan suara lain. Suara itu seperti suara orang mengutuk.
Munculnya suara itu membuat gua ini terasa diliputi hawa jahat. Kemudian suara ke tiga muncul seperti ada sekelompok ulat sutra yang sedang merebut daun arben sebagai makanan, seperti juga banyak serangga sedang merayap.
Bersamaan itu dari batu stalaktit yang berada ditengah kolam bermunculan banyak titik hitam, semakin lama semakin banyak, titik-titik hitam itu terus bergerak. Setelah dilihat dengan teliti ternyata titik-titik itu adalah laba-laba hitam sebesar kepalan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra (Huang Ying)
General FictionCatatan Penulis (Huang Ying) Beberapa tahun yang lalu aku pernah menulis sebuah buku berjudul 'Tian-can Pian' (Pendekar Ulat Sutra) sebenarnya strukturnya sangat padat. Tapi ketika ingin menyusun kembali menjadi sebuah film, setelah mengurangi dan m...