"Aku sendiri tidak tahu siapa sebenarnya dia, hanya tahu kalau dari sepasang tangannya bisa keluar sesuatu mirip serat sutra dari ulat sutra!"
Dari gendongannya dikeluarkan sebuah bungkusan dan dibukanya, di dalam bungkusan berisi segumpal serat dari ulat sutra.
Benda itu diambil dari mayat-mayat orang dunia persilatan yang dibawa ke Bu-tong-pai.
Begitu Pei-pei melihat gumpalan itu, sikapnya terlihat aneh. Dia melihat ke sana-kemari, akhir-nya dia pun bertanya:
"Kau datang untuk mencari kakakku?"
Wan Fei-yang terpaku, dia benar-benar merasa aneh, bisa tepat dan kebetulan.
"Selain kakakmu apakah ada orang yang menguasai ilmu ini?"
Kemudian dia balik bertanya:
"Ada apa kau mencarinya?"
"Pertama, aku harus yakin apakah dia adalah orang yang sedang kucari, kalau bukan, tidak ada masalah apa pun!"
"Dia berada di sini!"
"Apakah kau bisa membawaku menemuinya?"
"Mengapa tidak?" tangan Pei-pei masuk ke dalam genggaman tangan Wan Fei-yang, "setelah bertemu dengan kakakku lalu bertemu dengan ayahku, masalah kita ini harus diberitahukan kepada mereka!"
Wan Fei-yang selain ingin tertawa dia juga merasa bersalah, karena dia sedang memperalat Pei-pei.
Akhirnya dia mengambil keputusan, setelah yakin orang itu adalah orang yang dicarinya, dia akan menjelaskan semuanya kepada Pei-pei.
Tempat di mana Beng To tinggal di daerah ini juga, tidak banyak barang tapi kulit binatang banyak tergantung di dinding gua.
Gua ini memberi kesan kasar dan terbuka, sampai dia melihat ada laba-laba.
Semua laba-laba itu bersembunyi di bawah kulit-kulit binatang itu, setiap ekor besarnya sebesar kepalan tangan manusia. Wan Fei-yang tidak sengaja melihat ke bawah kulit binatang itu, hatinya terus bergetar. Dia menyibak kulit binatang itu dan di bawahnya ternyata banyak laba-laba.
Dia tidak memegang labah-labah itu maka tidak ada reaksi apa pun, tapi hatinya terasa dingin.
Pei-pei seperti sudah tahu ada laba-laba di sana dan tidak terlihat heran. Pei-pei malah merasa aneh dengan reaksi Wan Fei-yang.
"Apa ini?" tentu saja Wan Fei-yang bukan tidak pernah melihat laba-laba tapi dia tetap bertanya.
"Apakah di Tionggoan tidak ada laba-laba?"
Wan Fei-yang terpaku:
"Bukan tidak ada hanya saja tidak sebesar ini, apakah memang ada laba-laba sebesar ini?"
Pei-pei menggelengkan kepala:
"Mereka sengaja dipilih sebagai bibit Ku, diberi makan Kim-can (ulat sutra emas) dan kaki seribu, maka mereka tumbuh menjadi besar seperti ini!"
"Bibit Ku?" Wan Fei-yang teringat apa yang dikatakan Kouw-bok.
"Apakah kau tahu apa itu bibit Ku?"
"Aku pernah mendengarnya, apakah kakakmu memelihara guna-guna dan bisa menaruh guna-guna juga?"
"Dia tidak begitu mengerti. Laba-laba ini dipelihara oleh Suhu, ini benda yang harus dipakai saat sedang berlatih ilmu!" Pei-pei seperti tidak tahu ada bahaya.
Wan Fei-yang tidak merasa aneh, dia percaya pada Pei-pei karena dia masih polos dan tidak berniat jahat, dia juga mengerti Pei-pei tumbuh di lingkungan seperti ini maka memelihara guna-guna atau membubuhkan guna-guna adalah hal wajar bukan sesuatu yang jahat, maka dia tidak menyangka bahwa bibit guna-guna itu menakutkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembalinya Ilmu Ulat Sutra (Huang Ying)
General FictionCatatan Penulis (Huang Ying) Beberapa tahun yang lalu aku pernah menulis sebuah buku berjudul 'Tian-can Pian' (Pendekar Ulat Sutra) sebenarnya strukturnya sangat padat. Tapi ketika ingin menyusun kembali menjadi sebuah film, setelah mengurangi dan m...