Pagi ini tidak kalah mencengangkan dari hari kemarin. Ketika aku sarapan di dapur aku menemukan beberapa surat pengunduran diri dari para pekerja di rumahku. Tidak terkecuali bang Darka juga turut berhenti. Perawat yang tadinya merawat ibu ada lima orang sekarang cuma satu. Nyaris semua orang yang bekerja di rumahku mengundurkan diri dengan alasan yang sama. Mereka tidak ingin bekerja pada orang yang derajatnya lebih hina dari seekor binatang haram. Mereka merasa jijik serumah denganku.
Untuk pertama kalinya aku merindukan air mataku.
Aku tidak melakukan apa-apa tapi kenapa rasanya aku barusaja melakukan kesalahan yang merugikan seluruh orang yang ada di bumi?
Tuhan, apa salahku?
Drrrttt..
Ponselku bergetar menandakan chat masuk.
DASAR ANJING! LO NGGAK PANTAS HIDUP!
Tidak.
Mengapa ada orang setega ini? Bahkan dia adalah sahabatku sendiri.
Hema. Dia barusaja mengirimkan chat berisi kalimat itu padaku.Sakit. Bolehkah aku menangis?
_________
Seperti hari kemarin. Pandangan itu. Cibiran, hinaan, hujatan dilontarkan padaku dari aku menginjakan kaki dari depan gerbang. Ah, ya, karena mulai hari ini Bang Darka tidak ada lagi. Aku jadi menyetir sendiri.
Aku melihat Hema berjalan melewati lapangan basket. Tapi sebelum sempat kupanggil, Hema melihatku kemudian meludah begitu saja sambil melihat jijik padaku.
"Sesungguhnya kamu sudah dilaknat sama Tuhan. Mending bunuh diri aja biar semuanya selesai." ujar seseorang dengan berlalu melewatiku. Aku tidak bisa melihat mukanya.
Bunuh diri?
Apa aku harus seputus asa itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
meet next bye [Completed]
Teen Fiction[Completed] Bumi memiliki hukum, ketika seseorang dipertemukan, maka perpisahan adalah ujungnya. Copyright©votavato2019 All Right Reserved