Sabtu pagi dengan langit yang mendung. Sepertinya akan turun hujan seharian.
Tadinya aku masih jadi kepompong dibalik selimut yang lumayan tebal saking dinginnya, dan mengantuk. Namun, panggilan ibu membuatku terusik. Ibu bilang ia tidak mau sarapan kalau bukan Lingga yang nyuapin. Aku menghela napas berat. Rasa kantuk dan dingin yang tadi menyerangku kini meluap tergantikan dengan rasa sakit didalam sana.
Aku mendorong kursi roda ibu menuju ruangan dengan dinding kaca menghadap ke taman belakang rumah. Disini kami bisa lihat jelas jejak hujan membasahi dedaunan pada tanaman yang diurus ibu.
_______________________
Merasa bosan, aku pergi keluar dengan sepedaku. Aku berniat buat jalan-jalan sekitar area tempat tinggalku.
Dengan cukup santai aku mengayuh pedal sepedaku.
Di tengah perjalanan aku melihat sekumpulan orang mengitari sesuatu. Seperti sedang menonton pertunjukan dadakan.
Kira-kira apa, ya?
Kuparkirkan sepedaku ke samping pohon yang tidak jauh dari situ dengan tidak lupa kukunci dahulu.
Aku kemudian bergerak mendekat ke kerumunan orang.
Deg!
Itu bukan suara jantung yang tiba-tiba mulai berdebaran kencang. Melainkan suara jantung yang mencelos dalam beberapa saat. Rasanya seperti kita melihat pertama kali sesuatu yang menakjubkan. Ya, tapi itu untuk satu detik pertama. Detik berikutnya barulah jantungku berpacu merasakan keterpesonaannya akan suatu objek yang dilihat. Oke, ini lebay. Abaikan saja.
Kirin.
Ya, cewek itu.
Yang aku lihat sekarang.
Dia ngedance di jalanan. Atau... dalam bahasa kerennya itu dance public. Bukan hanya dia, tapi ada lima temannya juga. Dan yang menarik perhatianku cuma Kirin doang. Karena kurasa dia berbeda dari yang lainnya. Kirin terlihat seperti... bias yang sering kutonton dilayar enam inciku. Sumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
meet next bye [Completed]
Novela Juvenil[Completed] Bumi memiliki hukum, ketika seseorang dipertemukan, maka perpisahan adalah ujungnya. Copyright©votavato2019 All Right Reserved