✔️Part-2

1K 49 1
                                    

Aku baru tahu ternyata di luar sedang hujan deras. Aku rasa hari ini akan hujan seharian dilihat dari langitnya yang seperti tidak memungkinkan untuk cerah kembali. Dan menurut ramalan cuaca juga begitu ketika aku melihat di ponsel pintarku barusan.

"Mari, Non," Bang Darka membukakan pintu mobil untukku. Usia bang Darka hanya enam tahun lebih tua dariku. Setelah tamat SMA, bang Darka tidak melanjutkan pendidikannya. Dia lebih memilih bekerja untuk ayah -waktu masih ada- karena ayah sempat menyelamatkan nyawa mamanya bang Darka. Hanya itu sekilas tentang bang Darka yang kutahu, sopir yang dulunya sering mengantar jemput ayah.

Mobil melaju dengan kecepatan sedang. Jam masih menunjukan pukul setengah enam pagi. Aku rasa aku tidak akan terlambat.

Jalanan begitu lengang. Rute dari rumah ke sekolahku tidak melewati lampu merah. Jadi semuanya lancar tanpa hambatan.

Kualihkan pandanganku dari buku novel yang sejak tadi kubaca ke jendela. Ada titik jejak air hujan di kaca yang membuat jarak pandang keluar tidak begitu jelas. Tapi aku masih dapat melihatnya.

Ckit!

Tiba-tiba bang Darka menghentikan mobil. Aku langsung melihat ke depan juga ada mobil yang berhenti mendadak. Aku penasaran.

"Kenapa, Bang?" kutanya bang Darka yang duduk di sampingku.

"Biasa bebek nyebrang." sahut bang Darka dengan santai. Seharusnya aku sudah tahu hal ini. Meski tidak sering terjadi, tapi diperlintasan di dekat sini memang sering ada kemungkinan ratusan bebek yang menyeberang. Tentunya ada pemiliknya juga yang membantu agar para bebek itu tidak keluar dari jalurnya.

Aku pun kembali mengalihkan pandangku ke samping jendela. Menatap pada sebuah rumah sederhana yang ada di pinggir jalan.

meet next bye [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang