✔️Part-22

357 37 2
                                    

Waktu berlalu. Tidak terasa sudah mau lima bulan aku diperlakukan tidak manusiawi oleh semua orang yang ada di sekolah. Juga di rumah. Kirin juga tidak lagi pernah bertegur sapa denganku. Kami seperti dua orang yang tidak pernah saling kenal.

Luka-luka di tubuhku tidak pernah sembuh. Selalu ada luka yang baru setelah luka yang lama. Ibu selalu memukuliku. Dia selalu bilang, kalau yang lebih pantas hidup itu Lingga, bukan aku.

Air mataku tetap kering. Sesakit apapun yang aku rasakan. Pipiku tidak pernah basah lagi.

Padahal, aku ingin sekali menangis.
Setidaknya kupikir... air mata dapat membuat hatiku sedikit lebih lega.
Tapi... aku bisa apa?

______

Hari ini sepulang dari sekolah aku pergi ke sebuah gedung yang masih dalam tahap pembangunan. Tidak ada pekerja. Karena mereka bekerja hingga pukul 4 sore saja. Sungguh kebijakan yang mulia, karena biasanya kuli bangunan akan dipekerjakan nyaris 24jam nonstop.

Aku membawa beberapa kaleng soda.

Aku duduk di tepian dengan kaki yang menjuntai. Aku tahu, aku bisa saja jatuh suatu waktu jika tidak hati-hati. Aku berada di ketinggian 70 lantai. Semua orang terlihat kecil di bawah sana.

Aku jadi teringat masalahku. Terlihat kecil namun kenyataan yang sebenarnya lebih besar.

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAGGHHHHHHH!!!!"
Aku berteriak setelah dari sekian lama aku memendam.

Hangat. Ada perasaan hangat sesaat aku berteriak.

meet next bye [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang