Beberapa minggu berlalu. Liburan semester sudah selesai. Tapi Hema masih belum pulang. Semenjak kepergian Hema ke Bangkok, dia jarang sekali menghubungiku. Hanya sesekali menanyakan kabar dan menanyakan hadiah apa yang aku inginkan ketika dia kembali. Tapi itu bukan hal yang aneh sebenarnya. Aku dan Hema memang sangat jarang berkomunikasi melalui ponsel. Kami biasa bicara secara langsung.
Ah, ya. Semenjak kejadian waktu itu dimana aku bilang suka ke Kirin, setiap kali aku jumpa dia atau lagi papasan, aku merasa Kirin menghindariku. Setiap kali aku ingin menyapanya, dia selalu lari untuk kabur dariku. Bahkan dalam jarak dekat sampai nggak bisa kabur pun dia bersikap seolah tidak mengenalku dengan mengabaikan sapaanku. Memangnya sekarang kata suka bisa berakibat seburuk itu ya?
"Bang!" ujarku pada Bang Darka yang lagi fokus menyetir mengantarku ke sekolah.
"Iya, Non?"
"Kalau aku bilang suka ke Abang, Abang marah, nggak?" sesaat aku bilang begitu Bang Darka hampir saja menabrakan mobil ke tiang listrik.
"Ma-maaf, Non. Saya kaget." terang Bang Darka setelah mobil kembali jalan dengan normal.
"Eh, iya, Bang."
"Non, kenapa tiba-tiba nanya gitu?"
"Nggak apa-apa, Bang. Aku cuma bilang suka aja ke temanku, tapi responnya dia kayak marah gitu ke aku. Sampai kalau jalan papasan dia kayak menghindar gitu dari aku." jelasku.
"Emang, Non, beneran suka sama dia?" tanya Darka dengan memberhentikan mobil di perlintasan seperti biasa.
"Iya, Bang. Aku--- nah itu dia orangnya, Bang." tunjukku pada Kirin yang keluar dari pagar dengan sepedanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
meet next bye [Completed]
Dla nastolatków[Completed] Bumi memiliki hukum, ketika seseorang dipertemukan, maka perpisahan adalah ujungnya. Copyright©votavato2019 All Right Reserved