Prolog

143 10 13
                                    

SENJA

•••

Jam pelajaran ketiga dan keempat hari ini membuatku kembali bersemangat setelah tadi mengantuk karena pelajaran bahasa Indonesia. Aku duduk di bangku nomor dua dari depan-tempat favoritku.

Selang beberapa menit usai bel pergantian pelajaran berbunyi nyaring, guru pelajaran IPS memasuki kelas dengan membawa tas yang biasanya berisi laptop serta beberapa buku. Aku memperbaiki posisi dudukku-duduk tegap, tangan terlipat manis di atas meja, serta menyiapkan bolpoin dan buku catatan.

"Pagi semua." sapa Pak Antoni sembari mengeluarkan laptopnya. Tampaknya hari ini kami akan belajar melalui power point.

"Pagi Pak." jawab kami serempak.

"Hari ini kita akan mempelajari perjuangan pahlawan Indonesia dalam melawan penjajah. Tolong simak dengan baik."

Kami mengangguk. Aku sangat antusias dengan materi IPS kali ini. Aku sangat menyukai materi sejarah. Bagiku belajar sejarah seperti membaca sebuah dongeng yang akan membuatku terlarut ke dalamnya.

Layar televisi telah menampilkan gambar perjuangan pahlawan melawan penjajah. Suaranya sangat keras, sepertinya sampai kelas sebelah bisa terdengar.

Bola mataku fokus menatap tayangan power point, kudengarkan dengan baik setiap penjelasan yang dijelaskan dalam power point. Tanganku bergerak untuk menulis beberapa hal penting atau inti dari beberapa peristiwa perjuangan pahlawan.

Beberapa temanku sudah menguap bosan, padahal satu jam pelajaran saja belum. Berbeda denganku yang sama sekali tidak merasa bosan mau selama apapun materi sejarah berlangsung.

"Ja, nanti nyontek ya catatannya. Aku males nyatet." Silfi-teman sebangkuku mengguncang pelan bahuku dan memasang wajah memelas agar aku mau meminjamkan catatanku padanya.

Konsentrasiku terganggu. Kebiasaan Silfi memang selalu saja mengganggu diriku saat berkonsentrasi.

"Boleh ya Ja, plis." dia memohon.

"Hmm."

•••

Satu jam pelajaran-empat puluh menit, cukup untuk menyelesaikan power point perjuangan pahlawan Indonesia melawan penjajah. Catatanku penuh dua lembar kertas. Kini Silfa sedang menyalin catatanku sembari menggerutu tidak jelas.

Aku tertawa melihat tingkah lucu Silfa, "Kenapa sih Sil?"

"Pelajarannya bikin ngantuk, catatannya segudang. Males banget aku." Silfa mengerucutkan bibirnya. Dia menulis dengan asal. Tulisannya acak-acakkan. Sebegitu tidak sukakah dia pada sejarah? Lucu sekali Silfa.

"Senja, ayo maju, jelaskan kembali secara singkat power point yang telah Bapak tampilkan barusan. Bisa Senja?" suara Pak Antoni membuat tawaku berhenti.

"Eh, maju Pak?" aku menggaruk kepala kikuk.

"Iya, ayo Senja. Mungkin ada temanmu yang belum paham isi power point tadi."

Aku menghela napas panjang. Ini sudah menjadi kebiasaan, setiap Pak Antoni menampilkan power point pelajaran sejarah, pasti diriku disuruh untuk kembali menjelaskan kepada teman-teman. Kata Pak Antoni, aku itu junior teacher pelajaran sejarah di kelas ini.

Aku beranjak dari tempat duduk dan maju mendekati papan tulis. Perlahan kembali kujelaskan ringkasan tentang perjuangan pahlawan Indonesia melawan penjajah.

Dua puluh menit aku selesai menjelaskan semuanya. Seisi kelas bertepuk tangan, begitu juga Pak Antoni. Aku tidak yakin teman-temanku paham pada apa yang kujelaskan, tapi setidaknya aku menjelaskannya secara lebih singkat namun mudah untuk dipahami.

"Terimakasih Senja, kamu dapat nilai tambahan lagi, selamat." Pak Antoni tersenyum ramah. Dua jempolnya diarahkan padaku.

"Terimakasih juga Pak."

Terkadang diandalkan dan dipuji oleh guru tidak selamanya membuat kita senang. Aku sudah merasakannya. Beberapa teman yang tidak suka padaku, menatapku dengan sinis, seolah tidak suka aku dipuji oleh Pak Antoni.

Aku kembali menuju bangku, melirik Silfi yang ternyata belum selesai menyalin rangkumanku.

"Ja, ajarin aku dong biar bisa kaya kamu." ucap Silfa.

Aku terkekeh, "Ajarin gimana?"

"Biar pinter sejarah Ja."

"Aku bukan pengajar Silfa, aku pelajar. Kalo kamu diajarin, minta sama Pak Antoni aja sana."

"Jahat ya kamu!" Silfa menutup buku catatannya. Aktivitas menulisnya berhenti. Dia juga menggeser bukuku. Silfa marah dan aku hanya bisa tertawa.

•••


Beberapa hari terakhir,aku merasa ada yang janggal dalam diriku.

Apaaa????
Kepoo??
😂😂😂

Saat pelajaran sejarah,lebih tepatnya saat dijelaskan tentang perjuangan-perjuangan pahlawan melawan penjajah,aku seolah bisa mendengar kegaduhan suara pertempuran,suara jerit ketakutan,teriak tawa kemenangan,tangis kesedihan dan banyak lagi.

Sebenarnya apa yang terjadi padaku?
Apa itu hanya sebatas HALUSINASI-ku?
Tapi aku betulan mendengarnya dalam alam sadar.

Setiap hari aku coba memecahkan misteri ini.
Aku mencoba beberapa kemungkinan.

Pertama,yaa mungkin hanya suara dvd atau semacamnya.

Dua,mungkin halusinasiku sudah berada di batas tingkat tinggi.

Tapi masih tetap saja janggal.
Mana mungkin ada suara dvd macam itu?
Aku juga tidak sedang berhalu.

Ini sulit,pada siapa aku harus berkonsultasi?

Aku terpaksa memendamnya seorang diri,biarlah hanya aku dan Tuhan yang tau.

💛


Gaesssss......kalian suka ceritanyaaaaa???

Vote dan Coment lo yaaaaa👍

SENJA✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang