Sejak pagi tadi, Dila selalu melihat Arla yang tersenyum-senyum sendiri. Kedua alisnya mengangkat ke atas dan bibirnya melengkung panjang. Padahal dia hanya menatap langit-langit kelas.
"Di atas itu ada siapa sih emangnya, lo senyum-senyum begitu terus dari tadi. Gak capek tuh bibir?" Cibir Dila.
Arla tidak menghiraukan.
"Eh, lo tau gak yang namanya Kak Farel? Dia keren banget kalo main gitar." Ucap Putri dan melakukan hal yang sama dengan Arla, dia tersenyum-senyum sendiri.
Dan sekarang giliran Elfa.
"Nama kembarannya Faqih, lo tau gak? Ternyata namanya Arfan!" Sama, Elfa juga tersenyum-senyum sendiri.
Dila menggaruk lehernya yang terhalang oleh jilbab. Dia geleng-geleng kepala keheranan, teman-temannya seperti sudah tidak waras. "Tadi pagi kalian sarapan apa sih, sarapan kembang mayat ya?"
"Lo gak tau apa, kan gue sarapan pake' telor tadi. Yang bikin kan lo, malah keasinan 'parah' lagi." Ucap Putri menekankan kata 'parah'.
"Buru-buru tau, siapa yang nyuruh lo gak bangunin gue tadi?"
"Idih, minta dibangunin, bangun sendiri dong jangan bisanya cuma liat Jungkok aja."
Dila memajukan bibir. Di saat itu juga, guru yang mengajar jam ke tiga-menggantikan jam ke dua-masuk ke dalam kelas. Tetapi Arla dan Elfa masih saja tersenyum-senyum sendiri.
***
"Aduh Bapaknya itu mana sih?!"
Ketika pergi ke koperasi waktu istirahat pertama tadi, mereka berempat disuruh oleh guru untuk mengantar tumpukan lembar kertas yang lumayan banyak.
Dila yang mengetahui itu, dia langsung lari menuju kelas meninggalkan Arla, Elfa, dan Putri yang menampilkan wajah malas.
"Nama Bapaknya itu bukannya yang nelpon kita itu ya?" Tanya Arla pada Elfa.
"Oh, si Bapak Indra ya."
"Nah iya, betul Bapak itu kan?"
Seorang laki-laki bertubuh tinggi menghambat jalan mereka, dia tengah membawa sekotak kardus, sepertinya kardus itu lumayan berat.
"Ini kalian disuruh sama Ibu Hafira kan?"
Tidak ada yang menjawab, hanya gelengan kepala saja yang tampak.
"Ibu yang pake' cadar?"
Mereka bertiga mengangguk.
"Kalau gitu kalian taruh di piket aja ya." Jawab laki-laki itu-orang yang mereka cari.
Akhirnya mereka putar balik lagi menuju ke piket. Kalau dipikir-pikir mereka sudah berjalan dari koperasi ke ruang guru yang ada di lantai atas. Setelah sampai di ruang guru, ternyata tidak ada orang sama sekali. Alhasil mereka pergi turun ke bawah menuju ruang guru yang ke dua, ternyata hasilnya pun sama.
"Iya, taruh di sini aja."
"Pak ini buat apa ya, kok banyak banget?" Tanya Putri yang sudah kelelahan.
"Ini berkas-berkas penting yang harus saya urus, soalnya saya mau pindah ngajar."
"Oh ..." jawab mereka serempak.
Pindah ngajar aja harus ngurusin berkas segini banyak ya. Batin Elfa sambil geleng-geleng kepala.
Capeknya bolak-balik naik tangga, sekalinya disuruh taro' di piket. Batin Arla sedikit kesal.
Kalo dilihat-lihat ini Bapak ganteng juga meskipun suka nyuruh-nyuruh. Batin Putri.
Nah, loh?
![](https://img.wattpad.com/cover/183342168-288-k234772.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Sakarim Kakel
HumorHIATUS !!! "Itu mirip mantan gue." -Elfa "Kan itu gulungan yang pake jaket ping." -Arla "Montana datang, montana datang." -Dila "Ihh kakak imut, tapi gue udah punya pacar." -Putri