9. Mantan Lagi Mantan Lagi

12 4 0
                                    

"Untung benjolan gue udah kempes kemaren pagi, kalo nggak kan bisa diomongin orang."

Arla menghempaskan tubuhnya di kasur, Elfa yang juga duduk di atasnya pun ikut terguncang karena tubuh Arla. Melihat itu, Arla langsung memelas di depan wajah Elfa.

"Nama kembarannya Faqih siapa? Lo udah dapat belum?" Tanya Elfa sambil tengkurap di samping Elfa.

"Gak tau nih, gue udah dari tadi ngestalk tapi gak ketemu-ketemu."

"Masa kan, Anang itu gak ngesave nomorku ternyata. Buktinya dia gak ada liat story wa ku, terus dia balas chatku juga lama lagi." Cerocos Arla sendiri sambil berguling-guling.

"Terus apa hubungannya nomor gak disave sama chat gak dibalas-balas."

"Tapi dulu tuh beda, dia langsung cepat balas chatku tapi sekarang nggak lagi." Arla terus tidak mau kalah.

"Berarti dia udah gak ada rasa lagi ke lo. Harusnya lo ikhlasin aja dia, lo juga terhindar dari dosa karena gak melanjutkan hubungan pacaran lo sama Anang. Lo itu harusnya bersyukur karena udah putusin Anang, cowok kaya' gitu ngapain disayang-sayang. Kalo mantan ya mantan."

Arla memutar bola matanya. "Tapi lo sama Faqih belum ngucapin kata putus dari 3 tahun lalu sampe' sekarang. Terus kemaren lo liat kembarannya Faqih kayak' histeris gitu."

"Intinya gue gak ada hubungan lagi sama dia dan gue gak mau pacaran lagi." Elfa bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar mandi.

Berarti gue harus bersyukur karena udah putusin Anang dan terhindar dari dosa. Oke, gue ingat kata-kata lo El. Batin Arla ketika Elfa sudah pergi dari hadapannya.

Ketika Arla bersama dengan Elfa barusan, Elfa sedang mengestalk kembaran mantannya itu. Bukannya ingin mengingat masa lalu yang kelam itu, tetapi wajah yang Elfa lihat kemarin itu betul-betul mirip dengan mantannya, Faqih.

Elfa sempat berpikir kalau itu sepupunya, namun Faqih hanya mempunyai sepupu perempuan dan itu pun masih anak-anak.

Sedangkan Arla berpikir kalau itu saudara kembarnya. Karena berdasarkan bentuk wajah, rambut, dan beberapa bagian lainnya sangatlah mirip.

***

Waktu itu Putri pernah bilang pada Dila kalau dia akan memutuskan pacarnya yang bernama Dimas itu. Selain jarak tempat tinggal Putri sekarang dan Dimas sangatlah jauh, mereka pun tidak tau apa tujuan pacaran yang telah dilakukan itu.

"Tapi gue udah pacaran sama Dimas 2 tahun lebih." Ucap Putri waktu itu dan didengarkan oleh Dila secara khidmat, walaupun Dila sedang mendengarkan musik menggunakan headshet.

Dila sudah lama menjomblo, dia ingin sekali merasakan pacaran untuk yang ketiga kalinya—terakhir Dila pacaran waktu kelas 6 SD. Tetapi dia masih sadar, mencari cowok yang setia pada zaman ini sangatlah susah. Apalagi uang masih minta sama orang tua, kan repot kalau misalkan mau jalan terus si cowok lagi bokek.

Ceklek ...

Dila membuka selimut yang sedari tadi dia gunakan untuk menutupi seluruh tubuhnya, posisinya saat ini yaitu memojok di sudut dinding—karena letak kasurnya berada di sudut dinding.

"Kenapa woi! Pasti ngayalin Jungkok." Sindir Putri dan menaruh tas selempangnya di atas meja.

"Lo habis dari mana, pulang-pulang gak bawa makanan."

"Udah kenyang."

"Ya gue laper bego, emang perut situ aja yang perlu diisi, sudah jalan gak bilang-bilang main kenyang aja itu perut."

"Mendingan lo ke sebelah, mereka masak samyang. Udah ah, gue mau nyelesain masalah gue sama Dimas."

Dila masih tetap stay pada posisinya yang menyudut.

"Kalo gue lempar laptop." Ucap Dila.

"Kalo laptopnya lo lempar, lo gak bisa liat Jungkok dong."

"Gue lemparnya pake' laptop lo kok, biar lo gak bisa liat drakor lagi."

"Ya gue pake' laptop lo nontonnya, kok repot."

"IH, BACOT!"

***

Elfa mempersilahkan Dila untuk masuk ke dalam. Belum sempat Dila berbicara, Elfa sudah memberikan sebuah mangkuk berisikan samyang yang warnanya benar-benar menggoda.

"Buat gue?" Tanya Dila tidak percaya.

"Iya, tadi gue masak 5 bungkus. Niatnya mau kasih ke lo, eh taunya lo datang sendiri ke sini."

Dila tidak peduli mau masak berapa bungkus dan mau diberikan ke dia atau tidak, intinya dia sangat lapar sekarang.

"Ada nasi gak?"

"Tuh di wakul."

Elfa seperti melihat ayam kelaparan. Suapan demi suapan yang masuk ke dalam mulut Dila membuat Elfa menganga. Dia tidak menyangka kalau temannya selapar itu.

"Aku di sini untuk kamu... jangan pernah berpikir tuk meninggalkanku... sendiri tanpa kamu... ouwouwo...  aku di sini untuk kamu... jangan pernah berpikir tuk pergi dariku... walau hanya sesaat... ku tak bisa hidup tanpa dirimu..."

"Suara sapa sih itu." Tanya Dila di sela-sela makannya, dia juga tampak mengambil dan membuang napas karena kepedasan.

"Itu suara alien mimpi ketemu jodoh sambil ngorok. Gue ambilin minum ya."

Dila mengangguk dan Elfa pergi menuju kamar untuk mengambil sebotol air mineral.

"Mulut lo gak bisa diam kah!" Marah Elfa dan melempar bantal hingga terkena bahu Arla.

"Gue ngayal kalo gue meluk Angga Yunanda, habis itu diajak nikah, terus bulan madunya di australia."

"Iyuh, gak banget."

Arla mendengus dan keluar kamar. Elfa juga megekorinya di belakang sambil membawa sebotol air mineral.

"Eh, ada Dila." Sapa Arla dan membuat dila tersedak.

"Uhuk uhuk, minum mana minum." Dila memegangi lehernya, dia tersedak samyang yang pedas itu.

Elfa segera cepat-cepat memberikan air dan langsung diteguk oleh Putri hingga habis.

"Keselek Dil?" Taya Arla.

"Ya iyalah, udah tau nanya!"

***

Dila masih berada di tempat Arla dan Elfa hingga mau maghrib seperti saat ini. Dia pun lupa kalau sejak pagi tadi belum mandi, karena keasyikan nonton Jungkok hingga berakhir menceritakan Faqih dengan Elfa di sini.

Awalnya Arla tidak ingin mendengarkan pembicaraan mereka berdua dan memilih masuk ke dalam kamar untuk tidur sebentar. Namun itu semua hanya bullshitnya Arla, dia malah menguping dari balik dinding, entah apa yang dipkirkannya.

"Faqih di mana sekarang?" Tanya Dila mulai penasaran. Sedari tadi Elfa terus membicarakan Faqih, sampai-sampai dila tidak mendapatkan bagian untuk mengeluarkan suara sedikit pun.

"Di banjar, 2 tahun yang lalu dia bilang mau ke sini tapi bote."

Elfa memgangkat bahunya lalu menurunkannya kembali, mengingat-ingat mantan itu sangatlah membuat hati resah. Kalau saja dia tidak pacaran dulu, hal ini mungkin tidak akan terjadi.

Tok tok tok ...

"Woi, Dila! Lo belum mandi, cepat pulang, keburu air yang gue rebus dingin tuh, soalnya air yang di bak dingin banget."

Elfa dan Dila saling tatap, itu betul Putri yang ngomong atau bukan?

Sedangkan Arla yang menguping dari balik dinding terkejut sekejut-kejutnya. Suara teriakan menyuruh Dila mandi berhasil membuat yang mendengarnya bertanya-tanya.

Habis makan toa' apa suara cempreng banget, gue di kamar padahal, dilapisi pake dinding juga masih aja nembus. Batin Arla sambil mengusap dadanya.

Sakarim KakelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang