3. Tengah Malam

18 8 0
                                    

Arla dan Elfa kini telah tinggal di kos-kosan yang orang tua mereka maksud. Mau tidak mau mereka harus menerima, meskipun sedikit ada rasa takut tinggal di kos-kosan ini.

Pasalnya, kos-kosan ini isi dalamnya bukannya sempit dan hanya berbentuk kotak. Tetapi ada satu kamar tidur, ruang tamu, dan kamar mandi, kalau dapur tidak ada. Apakah karena dapur tidak ada, lalu disebut dengan kos-kosan? Ini terlalu aneh dan sangat tidak nyambung sepertinya.

Tidak terasa besok sudah masuk sekolah. 3 minggu libur rasanya hanya sehari saja. Elfa menyiapkan barang-barang yang akan dibawa untuk hari pertama masuk sekolah di SMK besok.

Oh, iya, Arla dan Elfa diterima di SMK Angkasa Yudha, mereka mengambi jurusan perkantoran. Urutan mereka hanya selisih 1 saja. Artinya, nama mereka atas bawah. Arla juga sebenarnya tidak niat untuk masuk di sekolah itu. Selain cowoknya sedikit, sekolah itu bukan sekolah yang dingin-inginkan Arla.

Sejak siang tadi, Arla sangat tidak semangat dalam melakukan sesuatu. Makan saja harus diingatkan Elfa, diambilkan pula. Barang-barang untuk besok juga Elfa yang siapkan.

Arla menarik selimut dan akan hendak tidur. "Gue tidur duluan, makasih udah disiapin barang-barang buat besok. Nanti gue traktir makan KFC."

"Lo kenapa sih, murung terus dari tadi." Elfa menarik selimut yang akan dipakai Arla. Sedangkan Arla diam saja dengan posisi yang tidak berubah.

"Kalau gue sekolah di situ, gue bakalan semangat gak?"

"In syaa Allah, lo semangat deh."

"Hem,"

Elfa telah selesai menyiapkan barang yang akan dibawa besok. Saatnya untuk memejamkan mata dan berlabuh ke alam mimpi. Elfa melihat ke arah jam dinding yang tergantung.

"Astagfirullah." teriak Arla membuat Elfa kaget.

"Apa sih?!"

"Kita belum solat isya, untung lo liat jam."

"Lah terus."

"Ini sudah jam 10 Elfa, kita belum solat isya."

Elfa naik ke atas kasur dan bersikap bobo manis yang dibuat-buat. "Gue lagi kedatangan tamu, jadi gak usah ganggu gue."

Arla melempar bantal ke arah wajah Elfa dan bergegas pergi ke kamar mandi.

"Dasar gila!"

***

Jam 12 malam.

"La, temanin gue berak dong." Elfa mengguncang-guncang bahu Arla yang sedang tertidur pulas di sampingnya.

"Hem,"

"Temanin gue ke kamar mandi. Bentar aja ya."

Arla berbalik ke belakang menghadap Elfa. Matanya masih setengah terpejam-pejam. "Gue liatin dari sini."

"Kamar mandinya kan di sana La, gimana sih."

"Lo udah gede masih takut sama hantu? Takut sama wewe gombel, sama pocong? Kalo lo takut yang ada mereka malah datang." entah sadar atau tidak sadar, Arla mengoceh panjang lebar dengan mata terpejam.

Akhirnya Elfa pergi sendiri. Tidak jauh sebenarnya jarak kamar mandi itu dengan kamar, cukup hanya dengan 5 langkah saja sudah sampai. Ini Elfa yang alay atau dia penakut?

Sebelumnya Elfa meraih handphonenya di atas nakas. Dia membuka aplikasi musik dan memutarnya nyaring-nyaring. Saking takutnya, dia berpikir kalau dengan cara seperti itu setan-setan akan pergi menjauh karena bising. Apalagi dengan kotoran-kotoran bau yang keluar dari lubang anusnya. Setan pasti akan kebauan dan akan pergi menjauh.

Sakarim KakelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang