04. Almost Do

510 79 9
                                    

And I just wanna tell you
It takes everything in me not to call you.
And I wish I could run to you.
And I hope you know that every time I don't
I almost do.

🌻🌻🌻🌻🌻

Pada sebuah garis waktu yang merangkak maju, akan ada saatnya kau bertemu dengan satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya. Kemudian, satu orang tersebut akan menjadi bagian terbesar dalam agendamu. Dan hatimu takkan memberikan pilihan apapun kecuali jatuh cinta, biarpun logika terus berkata bahwa resiko jatuh cinta adalah terjerembab di dasar nestapa.

Lana menutup buku berjudul Garis Waktu karya Fiersa Besari itu dengan malas. Padahal ia baru saja membaca bagian pertamanya, tapi mood-nya membaca seakan terjun ke jurang dengan sendirinya. Ntah kenapa, tapi sederet kalimat yang dibacanya dari bagian pertama malah semakin mengingatkannya pada sosok Raka.

Satu orang yang mengubah hidupmu untuk selamanya.

Gadis itu menukar buku yang telah ia tutup rapi dengan ponselnya yang tergeletak di nakas. Membuka aplikasi pesan singkat yang baru saja di tutupnya. Haruskah Lana balas? Atau Lana abaikan? Atau mungkin haruskah ia setidaknya membuka dan membaca pesan singkat itu?

Lelaki yang mengganggu pikirannya beberapa menit terakhir.

Lelaki itu mengirimkan beberapa pesan singkat yang bahkan tidak bisa Lana buka. Bukan tidak bisa, tapi tidak mau.

Alfataraka Putra Soeharsono. Gelombang otaknya, orang yang telah mengubah seluruh hidup Lana, yang mungkin akan bertahan selamanya.

Tanpa Lana sadari, pertemuan pertamanya dengan seorang Alfataraka berhasil menjadi sebuah titik balik di dalam hidupnya. Lana yang selalu mengalah akan apapun, selalu menyampingkan kehidupannya di bandingkan milik orang lain, berubah menjadi sosok yang sama sekali tidak ingin kalah jika itu dengan Raka. Hatinya yang tertutup perlahan mulai terbuka. Emosinya, kesakitannya, sulitnya, bebannya, mulai ia bagi dengan Raka secara perlahan. Sedikit demi sedikit, namun dengan pasti menetapkan Raka sebagai tempatnya bergantung.

Banyak hal terjadi setelah Lana bertemu Raka. Mulai dari kejadian menyenangkan yang mengendap sebagai kenangan manis di otaknya, sampai yang terburuk—yang mengajarinya proses menuju dewasa..

Raka adalah salah satu dari semua alasannya sembuh dari anxiety disorder yang sudah lama ia derita. Alasannya untuk dapat berjalan lagi seperti biasa setelah dinyatakan lumpuh. Alasan mengapa Lana ingin hidup lebih baik.

Lalu kenapa dulu Lana melepasnya?

Orang yang tepat tidak selamanya datang di waktu yang tepat. Ntah seberapa berharganya Raka bagi Lana, jika kehadirannya malah bertepatan dengan waktu yang tidak tepat, hubungan mereka tidak akan berjalan baik. Lana saat itu masih dihantui rasa bersalahnya atas kematian Kaisar, belum lagi keadaannya yang belum sepenuhnya pulih dari koma membuat ketakutan dalam dirinya menggunung.

Takut kondisinya membebani Raka, takut perilakunya menyakiti Raka, dan yang paling penting.. Lana takut segala kurangnya menjadikan Lana tidak cukup untuk ada di samping Raka.

"Untuk kamu, untuk kita. Kita butuh waktu buat sembuhin diri sendiri, lalu bertemu lagi saat semuanya udah baik-baik aja." Lana tersenyum miring ketika kalimat itu datang memenuhi otaknya. Kalimat yang selalu membuatmya yakin jika melepaskan Raka adalah pilihan terbaik. Kalimat yang membuat Lana sama sekali tidak gusar akan kepergian Raka.

Lana meyakini bahwa sejauh apapun Raka melangkah, mereka akan "bertemu lagi saat semuanya udah baik-baik aja."

Tapi ternyata kenyataan tidak semudah apa yang dikatakan.

Kelana (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang