07. Be Alright

481 86 16
                                    

Through the storm and through the clouds
Bumps on the road and upside down now
I know it's hard, babe, to sleep at night
Don't you worry
'cause everything's gonna be alright

🌻🌻🌻🌻🌻

"UPAISSS!!!!" (Surprise)

Suara nyaring seorang gadis dengan pelafalan cadel khasnya langsung menyambut Lana begitu ia membuka pintu kamar. Gadis dengan tinggi setara dengan lututnya itu tampak cantik dengan sebuah dress berwarna coral pastel. Rambutnya dibiarkan tergerai. Seperti biasanya, gadis cilik ini memang tidak suka siapapun menata rambutnya. Paling banter juga hanya di pakaikan jepitan rambut. Digenggamannya terdapat dua bouquet bunga. Satu bouquet mawar berwarna putih, dan satu bouquet campuran mawar bewarna merah, merah muda, dan pink.

Lana sudah tau dengan jelas akan diberikan kepada siapa bouquet mawar putih di genggaman adiknya.

Gadis itu berjongkok, menyejajarkan tingginya dengan si kecil Biru.

"Cie Biyuuu, ini buat Kakak, ya?" Tanyanya jahil sambil pura-pura mau merebut bunga itu dari tangan Biru.

"No, Tata! Uat Mama Ta, ish!" Marahnya sambil menepis tangan Lana, membuat gelakan tawa Lana menyeruak nyaring. Bukan hanya Lana, kedua orang tuanya yang berdiri tepat di belakang Biru pun tidak kuasa menahan tawa mereka. Arya bahkan mengacak-acak rambut anaknya gemas, membuat Biru semakin risih. "Mami bilang juga bunganya simpen mobil aja Nak, diambil Kakak, tuh!" Kata Audi gemas. Sedangkan Biru semakin memicingkan matanya sengit ke arah Lana. Takut bunganya direbut oleh Kakak satu-satunya itu.

Mama Ta,

begitulah Si Cadel Biru memanggil seseorang yang Lana panggil Mama. Mama Ata.

Hari ini adalah hari ulang tahun mamanya, tentu saja Lana tidak lupa. Gadis itu bahkan sudah bersiap dengan setelan serba putihnya sejak pagi tadi. Padahal biasanya di hari sabtu seperti hari ini, ia lebih memilih memakai piyama hingga sore hari. Tapi khusus hari ini, semenjak pukul 8 pagi Lana sudah siap dengan dress berwarna putih dengan panjang tiga perempatnya. Menunggu ketiga orang ini datang menjemputnya.

Jika dulu Lana selalu merayakan ulang tahun mamanya sendirian, tanpa ditemani siapa-siapa, sekarang tidak lagi. Lana selalu merayakannya bersama dengan papa, juga maminya.

Dan tentu saja, Si Kecil Biru.

"Lana udah siap, kan?"

Lana mengangguk. Gadis itu melesat menuju tempat tidurnya untuk mengambil tasnya sebentar, mengunci pintu, lalu mengekor ketiga orang lainnya yang sudah jalan duluan di depannya.

Saat tiba di mobil orang tuanya, Biru sudah siap di kursi bayi miliknya, masih dengan memeluk kedua bouquet bunga. Memandang Lana yang baru mau masuk ke dalam mobil dengan sengit. Lana hanya tertawa menanggapinya. Dasar bocah ini. "Gak akan Kakak ambil Dek, yaampun lebay amat anak Bu Audi sama Pak Arya!" cibirnya sambil mencubit pipi Biru.

"AAAAAK TATAAAAAA! HUAAAA"

"Kak, jangan di gangguin terus adiknya.. jail, ah. Sini sini Nak, sama Mami yuk?" Audi membalikkan tubuhnya ke belakang untuk membawa Biru ke pangkuannya. Ia juga menyempatkan diri untuk mencubit tangan Lana gemas.

Audi sebal karena Lana selalu seperti itu. Menjahili adiknya sudah menjadi hobinya. Lana tidak akan menyerah sebelum melihat biru menangis. Tapi kalau sudah menangis, dirinya hanya cekikikan melihat adiknya. Sudah tau adiknya jika sudah menangis susah berhenti. "Udah nangis mah, gak tanggung jawab."

"Abisnya gemes ciiiii adik capa ciiiii!" Kini tangan Lana mencolek-colek lengan Biru, membuat gadis kecil itu menangis lebih kencang dari sebelumnya.

Kelana (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang