Parts of me were made by you
And planets keep their distance too
The moon's got a grip on the seaAnd you're gonna live forever in me
I guarantee, it's your destiny🌻🌻🌻🌻🌻
Desiran angin mengalun seirama. Hembusan kemcangnya memaksa masuk ke sela-sela pakaian, menusuk tulang. Dingin. Tidak peduli di musim apapun, malamnya Bandung akan selalu sedingin ini. Membuat orang-orang bergidik dan memeluk dirinya sendiri sebagai usaha menghangatkan tubuh masing-masing.
Terkadang kedua telapak tangan juga dengan sengaja digosok satu sama lain, sehingga saat keduanya mulai terasa panas dapat di tempelkan ke kedua pipi untuk membantu sedikit menghangatkan tubuh.
Sama dengan apa yang baru saja dilakukan oleh gadis berumur 24 tahun tersebut. Kedua tangannya masih di gosok ke satu sama lain. Berharap kehangatan akan datang secepatnya.
Gadis itu duduk dengan kaki terlantang di atas rumput. Di atas bukit, menghadap ke arah lautan cahaya yang membutakan. Lautan cahaya yang membuat bintang enggan muncul.
"Nih, jaket."
Sebuah jaket berwarna abu-abu terulur tepat di hadapannya.
"Jaket siapa?"
"It's yours."
Lana mengangkat sebelah alisnya. Bingung. Jaket ini tidak terlihat seperti jaket miliknya. Seingat Lana, ia bahkan tidak membawa jaket sama sekali. Jangankan jaket, dompet yang tergolong penting saja lupa di bawanya.
"I bought it for you. Oleh-oleh."
Di ambilnya jaket itu dari tangan Raka, langsung ia pakaikan ke tubuhnya yang memang sejak tadi kedinginan. Angin malam Kota Bandung memang sangat jahat.
"Harusnya udah saya kasih ke kamu begitu saya pulang dari Cambridge." Ucap Raka dengan sedikit kekehan di akhir kalimatnya.
Jaket ini memang Raka belikan khusus untuk Lana. Saat perjalanannya ke Edinburgh di cuti musim panas, Raka tidak sengaja menemukan sebuah toko jaket yang juga melakukan produksi jaket sendiri. Mereka menerima pesanan sesuai desain yang pembeli inginkan. Jadilah Raka memutuskan untuk membeli satu untuknya, juga satu untuk Lana.
"Here, your name is written on it."
Raka menunjukkan resleting jaketnya, menunjukkannya pada Lana. Benar saja, di resletingnya terdapat ukiran nama Kelana.
Saat si pemilik toko apa yang Raka ingin lakukan kepada jaketnya, lelaki tua yang Raka ingat namanya Mr. Dante itu memberi sedikit saran kepadanya. Ia sudah tau Raka ingin memberikan jaket itu kepada seorang wanita, rupanya. Katanya, "small, but meaningful." Lalu ia menyarankan agar si jaket di buat polos tanpa bordir apapun yang menjadi ciri, lalu menambahkan aksen ciri di resletingnya. Mr. Dante bahkan menyarankan Raka untuk membeli satu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu disamakan, dengan warna berbeda pun tidak masalah.
Karena cirinya ada di bagian terkecil, juga terpenting dalam jaket itu.
Resleting.
"My name's logo is also written on yours."
Lana langsung mengangkat resletingnya, melihat ukiran di resleting itu lamat-lamat. Memandangi lambang alfa terukir disana, dengan sebuah bintang kecil di sisi kanan atasnya. Alfataraka. Alfa, bermata bintang.
"It's kinda cute!" Kata Lana sambil tertawa ringan.
Obrolan mereka mengalir begitu saja. Dari sekedar jaket, topik obrolan mereka berpindah ke negara mana saja yang Raka kunjungi untuk mengisi harinya setelah di wisuda. Raka pernah menyusuri Sungai Donao untuk menikmati indahnya kota-kota di Eropa yang terhubung olehnya. Raka juga bercerita tentang pengalamannya bekerja paruh untuk menambah pundi-pundi rupiah di rekeningnya. Agar tidak terlalu banyak meminta dari keluarga di Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelana (On Hold)
FanficJejak, tanda, alur cerita, dan Kelana. Since April 2019.