Pagi ini tidak seperti biasanya, langit terlihat masih gelap tidak ada satupun awan terlihat. Dan sesuai perkiraan pagi ini akan turun hujan.
Membuat para penghuni di penjuru kota tidak betah beranjak dari tempat mereka terlelap. Beberapa ada yang sudah siap untuk memulai hari, namun beberapa juga ada yang masih bermalas-malasan.
Di dekat pusat kota, terdapat banyak bangunan-bangun yang menjulang. Kota pun semakin ramai. Tak banyak yang ingin tinggal dikota, namun mereka tidak bisa berbuat banyak.
Karena orang-orang yang dapat tinggal jauh dari keramaian hanya orang-orang yang beruntung. Seperti rumah-rumah yang dekat dengan perbukitan, sawah, kebun, dan lain-lain yang dekat dengan alam. Daerah-daerah itulah yang sangat sulit didapat. Bahkan jika orang-orang tersebut adalah orang yang mampu.
•••
Gadis itu masih setia dibalik selimutnya. Mimpi indah sepertinya masih ia rasakan. Sementara itu ada lelaki di ambang pintu yang menatapnya gemas, diam-diam ia ikut tersenyum.
"Ini anak gue kenapa senyum-senyum sendiri." Ujar lelaki itu saat melihat sang istri datang.
"Biasakan pi, sering nonton yang enggak benar." Sang istri sibuk membukakan jendela untuk mendapatkan tambahan udara dan cahaya dari luar.
Lantas lelaki itu membulatkan matanya saat mendengar perkataan sang istri. "Ehh? emang iya?"
"Ya iya kan itu anak kamu, makanya otaknya sama-sama nggak bener."
Lelaki itu sedikit terkekeh mendengar celotehan sang istri. "Loh kan bikinnya bareng mi, jadi juga anak kamu dong." Bantahnya tidak terima. Lalu wanita yang sudah mengisi hari-harinya selama 17 tahun itu hanya memutarkan kedua bola matanya.
Kerusuhan seperti ini sering terjadi dikeluarga mereka, Evan dan Audy. Namun justru hal inilah yang akan menciptakan kenyamanan diantara mereka.
Dari awal pernikahan mereka sudah sepakat untuk tidak mengubah apapun, gaya bicara maupun sikap. Hal itu juga diterapkan kepada putri mereka, dan mungkin juga pada cucu-cucu mereka kelak.
Audy memandang jam yang melekat di dinding, "Aduh pi! Udah jam segini, entar kita telat."
"Oh iya." Tanpa menunggu lama ia langsung membangunkan putrinya.
"AWW!" Gadis itu meringis, lantas mengelus bibirnya yang tiba-tiba terasa keram.
"Lagian kamu ngapain sih? Buruan siap-siap."
"Ya kan udah tau aku lagi tidur! masih nanya lagi."
"Iya tidur sambil senyum-senyum? enggak waras."
"Tapi kan nggak usah di cubit bisa kan??"
"Orang tadi bibir lo monyong-monyong juga kok, gue cium baru tau rasa lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen Fiction🌏 biru13: Mari mampir dulu, bersedih bersama. 💅 Joy Seorang gadis yang hidup dikeluarga yang terbilang tidak normal. Bukan karena adanya banyak kekurangan, namun justru sebaliknya. Kasih sayang orangtua selalu dilimpahkan kepadanya dengan cara ya...