JB: 11

344 20 4
                                    

  Kedua kelopak itu akhirnya terbuka menunjukan bola mata coklat milik pemuda itu, para penghuni yang berada disana tidak berkedip beberapa saat. Rasa kejut dan terkesan masih ada di hati mereka sekarang. Dia telah mematahkan kemustahilan.

Satu pemuda yang lagi yang berada di sampingnya tak kalah terkejut. Matanya berbinar, air mata kebahagiaan akhirnya lolos dari matanya. Ia mengucap syukur berkali-kali, bahkan ia memeluk dokter dan satu persatu perawat yang ada di sana. Mereka lah saksi dari keajaiban itu.

Dokter segera mengambil senter untuk memeriksan mata pasiennya, mengecek nadi, detak jantung, dan semuanya tampak sangat normal. Walaupun kasus ini sering kali ia dapat namun menyangkut hidup dan mati seseorang adalah sebuah keajaiban. "Kamu bisa dengar saya?" Jojo mengangguk lemah tapi masih bisa terlihat jelas oleh yang lain. Jason sangat bahagia melihat pergerakkan adiknya, seakan ini semua mimpi. Adiknya kembali hidup.

●●●

   Audy tengah menyiapkan makan malam untuk dirinya dan suaminya. Sementar Joy, dia tau anak itu pasti akan menginap lagi dirumah sakit. Walau sudah di larang berapa kali pun, ia tidak akan mau mendengarkan. Jadi mau tidak mau ia dan Evan harus mengizinkannya. Lagi pula Valent dan Mika tidak keberatan juga. 

Makanan sudah hampir siap, Evan juga sudah menunggu dari tadi di meja makan ia tengah sibuk dengan laptopnya.

"Udah jadi." Audy membawa dua piring nasi goreng brokoli kesukaan Evan. "Bentar ya mi, ini udh mau kelar."

Audy memicingkan matanya. "Dilanjutin nanti aja ih, entar keburu dingin."

"Iya iya ini bntar lagi."

Audy menduduki kursi yang berhadapan dengan Evan. "Si Bima gimana?" Tanya Audy.

"Loh kok nanya papi, ya nanya Joy lah."

"Kan papi deket sama papanya Bima, masa kg tau."

"Mami kan juga dekat sama mam-"

"Hass suh suh udah." Audy memotong perkataan Evan, jika sudah seperti ini, ia yakin suaminya ini tengah sangat fokus dengan pekerjaannya jadi sangat suka membolak-balikan pembicaraan. Evan kembali larut dalam pekerjaannya. "Pi makan dulu."
Audy kembali mengingatkan dengan wajah tidak suka. Evan menyadari itu dan langsung menghentikan aktivitasnya. "Iyaa."

"Malam ini Joy nginep rumah sakit lagi?" Tanya Evan memecah keheningan.

"Iya, jadi keinget dulu pi."

Keduanya fokus dengan santapan mereka masing-masing.

"Masalalu suram, nggak usah di inget mi."

●●●

  Joy sudah terlelap sejak tadi di sofa. Sementara Mika dan Valent berada di samping brankar Bima. Valent mengenggam tangan putranya seakan memberi kekuatan, sebisa mungkin ia menahan air matanya agar tidak tumpah. Setelah sadar, Bima tidak bisa tidur walau tubuhnya sebenarnya terasa sangat lelah karena serangan yang melandanya berkali-kali.

Clek.. Pintu terbuka. Muncul dokter Raja yang kali ini tidak bersama para perawat. Tampangnya sangat lesu. Pasti akhir-akhir ini telah banyak masalah pasiennya yang harus ia lewati. Namun kali ini tak hanya sekedar pasien melainkan nyawa keponakannya sendiri. Mika segera menghampirinya. "Gimana Ja? kapan  operasinya?"

Dokter Raja hanya diam, yang lain tengah menunggu jawabannya. Semenjak dokter Raja memasuki ruangan Joy terbangun dari tidurnya. Kini fokusnya juga tertuju kepada dokter Raja. "Kenapa cuma diem?" Kini Valent yang bersuara.

Dokter Raja menghembuskan nafasnya pasrah. "Pendonornya...pendonornya udah sadar."

Semua yang berada di situ sempat tidak paham. "Maksud kamu?"

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang