Sudah 3 hari hujan tak kunjung redup, baru saja berhenti dimalam hari namun kembali mengguyur kota keesokannya.
Pemuda itu masih saja memandangi luar melalui kaca jendela kamarnya, memang itu sudah seperti hobinya menatap jendela. Sambil memikirkan dan membayangkan banyak hal tanpa berniat melakukan sesuatu yang lain.
Karena sudah pasti orang tuanya tidak akan mengizinkannya. Ini hari ke-3 Bima tinggal dirumah barunya. Ia sudah mulai beradaptasi, walaupun hanya menetap di rumah.
Tapi kemaren ia sempat keliling kompleks bersama ayahnya sebentar. Di belakang rumahnya terdapat sawah dan kebun jagung yang spertinya akan siap panen.
Jika dilihat dari balkony belakang akan terlihat seperti lautan hijau. Sedangkan didepan rumahnya terdapat rumah yang menyerupai rumahnya hanya berbeda pada warna tembok depannya.
Kata warga-warga sekitar ada danau juga yang tak jauh dari sini. Sayangnya kemaren mereka tidak sempat mampir dan memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka di lain waktu. Dan sekarang ia kembali hanya menetap di rumah.
Rasanya sudah seperti biasa dan tidak ada yang berubah, hanya berdiam diri di rumah dan tidak memilikki teman bicara yang seumuran dengannya.
Terkadang ia sering diajak bicara dengan kedua orang tuanya dan para asisten. Namun, setelah itu mereka harus melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing, dan alhasil ia kesepian lagi.
Namun bukan inilah yang ia inginkan, ia ingin seperti anak-anak normal lain yang bisa menghabiskan waktu mereka diluar, bersekolah, bebas melakukan apa saja yang mereka inginkan.
Tidak seperti dirinya yang diharuskan untuk beristirahat sepanjang waktu, dan tidak boleh melakukan aktivitas yang berat. Ditambah lagi orang tuanya yang selalu melarangnya untuk melakukan ini maupun itu. Walaupun ia tau sebenarnya itu yang terbaik untuknya, tetapi terkadang ia juga merasa hidupnya ini tak adil.
Sampai hening kini terpecah karena suara ketukan pintu.
tok tok...
Bima tersadar dari lamunannya dan menoleh kearah pintu. "Ya."
Clek
"Papa boleh masuk?" Mika membuka pintu setengah lalu mendongakkan kepalanya.
"Boleh." Bima mengangguk.
Satu hal yang ia lihat dari raut wajah ayahnya yang terlihat murung. "Kenapa pa?"
Mika hanya diam, tanpa berniat untuk menjawab. Hanya saja ia belum siap. Tetapi walaupun ia tidak menjawab pun Bima sudah bisa menebak. "Kenapa lagi? " Bima kembali bertanya.
"Nggak pa-pa. Papa cuma mau lihat keadaan kamu." Bohong Mika.
Bima hanya diam lalu kembali menatap luar. Ternyata benar dugaannya, pasti ini menyangkut kondisinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen Fiction🌏 biru13: Mari mampir dulu, bersedih bersama. 💅 Joy Seorang gadis yang hidup dikeluarga yang terbilang tidak normal. Bukan karena adanya banyak kekurangan, namun justru sebaliknya. Kasih sayang orangtua selalu dilimpahkan kepadanya dengan cara ya...