JB: 12

194 18 4
                                    


Bima tak habis pikir dengan gadis yang ia bopong sekarang, dapat tercium bau alkoh yang sangat menyengat. "Mami kamu khawatir nyariin kamu tau."

Yang di ajak bicara tidak mengubris entah berapa botol yang sudah ia habiskan sehingga beberapa indranya hampir tidak berfungsi. Jangan pun berbicara, mendengar Bima bicara saja tidak jelas.

Setelah Bima mendapat kabar dari Audy bahawa Joy sampai tengah malam ini belum pulang, ia langsung bergegas mencari gadis itu yang seharusnya itu dilarang.

Bisa di bilang sekarang Bima sedang dalam pelarian dari rumah sakit. Ia sudah menyiapkan mentalnya di marahi besar-besaran oleh Mika.

hoek

Joy menepuk punggung Bima mengisyaratkan ingin di turunkan. Lelaki itu sempat kebingungan lalu dengan cepat menurunkannya.

Setelah itu Joy langsung langsung berlari ke rerumputan dan memuntahkan isi perutnya "Bim gue nggak bisa pulang sekarng hoekk."

Tak tau harus berbuat apa, Bima mengusap punggung belakang Joy agar gadis itu bisa bernafas dengan baik. Tak berapa lama, Joy berhentu muntah lalu terhuyung ke belakang dan untung saja Bima dengan sergap menahannya.

"Gue nggak mau pulang dulu." Pinta Joy dengan lirih, air matanya keluar, Joy menangis.

Bima pun tak punya pilihan lain, ia memutuskan menelpon Joko untuk menjemputnya sekarang juga, setelah memberitahu lokasinya.

Kepala Joy di sandarkan ke pundak Bima, mata gadis itu masih tepejam. Pipinya berubah lebih merona karena mabuk. Sesekali Bima menoleh kearah gadis itu memastikan jika ia dalam posisi nyaman.

Lalu ia menatap luar jendela, di lihat jalanan tak begitu ramai mungkin karna sekarang sudah larut malam. Tiba-tiba jantungnya berdegup tak karuan lagi, membuat ia menekan dada kirinya dan nafasnya mulai terengah-engah.

Joko yang sedang mnyetir melirik anak majikannya dari kaca mobil. "Mas Bima nggak papa?" tanya lelaki itu dengan nada khawatir. Bima hanya mengangguk.

Sebenarnya tanpa bertanya pun Joko sudah tau ia tak baik-baik saja. Tadi saat Joko baru saja sampai untuk menjemput mereka, ia sudah mengatakan akan langsung mengantar Bima ke rumah sakit lalu ia akan mengatar Joy pulang kerumanya, namun Bima terus ngotot tidak mau. Akhirnya ia menurut saja.

Sekarang tujuan Bima adalah rumah Amel teman dekat Joy, karena ia mengingat Joy tam ingin pulang ke rumah jadi ia menghubungi Amel. Dan untung saja orang tua Amel sedang berada di luar kota sekarang, jadi Joy bisa menginap disana.

Bagaimana Bima bisa mengenal Amel? sebenarnya beberapa tahun ini Joy jadi dekat kembali dengan teman-teman lamanya, ya termasuk juga Jason. Jadi otomatis Joy memperkenalkan Bima kepada mereka.

Mobil mereka sudah sampai di area perumahan, mereka tinggal harus mencari letak rumah Amel. Dan setelah mengikuti rute lokasi map akhirnya mereka melihat seorang gadis sudah berdiri di depan pagar sambil memainkan ponselnnya.

Amel langsung menoleh ke arah mobil di depannya. "Hai Bim." sapa Amel sambil melambaikan tangan

Bima lantas membuka jendela mobilnya. "Hai."

Setelah itu Joko turun lalu membantu Bima mengangkat Joy, Amel mendekat turut membantu, lalu gadis itu langsung cemberut sambil menutup hidungnya karena bau alkohol. "Gila ni bocah."

"Lu balik aja Bim, nanti Joy gue yang urusin." Sekarang Amel yang mengambil alih membopong Joy. Ia sudah melihat wajah Bima yang sudah sangat pucat.

Lelaki itu tersenyum simpul. "Ya udah kalo gitu makasih ya."

"Santai bro."

Bima dan Joko pun kembali ke dalam mobil. Setelah mobil mulai melaju, Amel lantas masuk ke dalam rumahnya bersama Joy.

***

Lelaki dengan jas putih itu menyilangkan kedua kakinya dengan mata terpejam, di samping bangkar rumah sakit. "Om Raja." Pemuda yang berada di atas brangkar rumah sakit itu bersuara.

Karena Raja tidur dalam posisi duduk, sehingga memudahkannya langsung terbangun. Ia menggeliat lalu mengusap matanya agar penglihatannya lebih fokus.

"Kamu udah nggak ada yang sakit?" Tanyanya sambil membenarkan cannula yang terpasang di hidung Bima. Anak itu pun mengangguk dengan mantap.

Semalam setelah mengantar Joy ke rumah Amel, Bima langsung menuju rumah sakit. Pertahanannya sejak tadi runtuh, Jantungnya bedegup kencang sampai sakit, sesekali ia juga merintih dengan nafas terengah-engah.

Joko panik, sangat panik ia bahkan menjadi tidak fokus menyetir. Bertahun-tahun ia melihat anak majikannya seperti ini, namun tetap saja ia tidak pernah akan terbiasa. Setiap kali Bima kambuh, rasanya sangat memilukan mendengar rintihannya.

"Mas tahan bentar lagi." Hanya itu yang bisa ia katakan saat situasinya begini.

Sesampainya di rumah sakit, tanpa menunggu lama Joko langsung membopong tubuh Bima yang sudah sekarat. Jika tadi Joy yang Bima bopong terbaring lemah, sekarang anak itu sendiri yang terbaring sangat lemah.

Nafasnya terdengar satu-satu, bibirnya sudah membiru rambutnya juga basah karna keringat. Joko menangis sejadi-jadinya. Biarlah orang-orang menatapnya aneh karena memilikki bada L-men.

Raja di buat kejut saat mendengar salah satu suster berkata keponakannya masuk IGD. Ia pun langsung buru-buru ke sana melihat kondisi Bima. Padahal ia baru akan bersiap-siap pulang kerumah.

Begitu ia sampai di IGD terlihat seorang dokter muda tengah melakukan CPR, dibantu oleh beberapa perawat. Raja langsung mendekat dan benar saja itu Bima, keponakannya. Bagaimana anak ini bisa kabur? Dan kini kondisinya keritis.

Ia langsung menyuruh mereka minggir dan mengambil alih melakukan CPR. Setelah itu ia mennyuruh beberapa perawat untuk segara menyiapkan ruang operasi. Bima harus menjalankan operasi kecil karena ada sedikit masalah. Walaupun hanya operasi kecil namun tetap saja beresiko tinggi.

Setelah itu Bima di pindahkan ke ruang ICU. Bima tak bisa dengan mudah bergerak karena kabel-kabel yang menempel di dadanya. Ia melihat ada luka jahitan kecil baru di dada bagian kirinya, pantes saja terasa perih.

"Mama sama ayah dimana?" tanya Bima seperti berbisik namun masih terdengar oleh Raja. "om suruh mereka pulang kemaren, udah 3 hari mereka nggak pulang-pulang. Kamunya sih tidur kelamaan."

Ternyata sudah selama itu ia tak sadarkan diri. Tiba-tiba terpintas dipikirannya tentang Joy, bagaimana keadaan gadis itu sekarang setelah terakhir kali Bima melihatnya mabuk berat.

"Kemaren kenapa pake kabur segala." Raja melipat kedua tangannya di depan dada. 

Bima menoleh ke arah omnya yang sedang menatapnya dengan tatapan membunuh. Membuat ia tak berani menoleh lagi.

"Sebenarnya om sudah tau dari Joko, cuma mau denger penjelasan kamu aja."

Bima lantas menggeleng tak mau berbicara. Bukannya ia takut mengatakan yang sebenarnya, tapi sekarang memang ia masih kesulitan untuk berbicara karna deru nafasnya yang masih sesak.

Lelaki yang duduk di samping nya pun memicingkan matanya. "Ya sudah kalo kamu nggak mau cerita. Tapi om salut sama kamu," ucap Raja sambil menepuk bahu Bima membuat anak itu kebingungan.

***

Hello readers! yay update lagi. semangat online classnya!

Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang