Pagi-pagi para asisten sudah bangun untuk belanja di pasar. Sementara itu, Valen sibuk menyiapkan semua perlengkapan didapur untuk memasak nanti.Sambil menunggu para asisten, ia menyiapkan sarapan untuk suami dan putranya. Keduanya langsung menuju meja makan.
"Ini yah, mama mau mandi dulu siap-siap mau masak." Valen tersenyum menatap keduanya lalu langsung menuju kamar.
Bima menatap ayahnya. "Bukannya harusnya masak dulu ya." Evan tertawa kecil. "Kamu tau sendiri kan mama kamu gimana." Bima ikut tertawa.
Selang beberapa jam mereka sudah mulai menyiapkan bumbu-bumbu dan bahan-bahan yang lain untuk dimasak. Ditengah-tengah kesibukkan mereka, Valen bercerita tentang keluarganya kepada para asisten begitupun sebaliknya.
Ia juga melontarkan beberapa candaan agar suasana menjadi lebih baik. Hingga akhirnya, sudah sekitar 5 jam mereka habiskan waktu di dapur.
Makanan sudah hampir terhidang semua. Valen masih memastikan jika ada yang kurang. "Mba, itu tolong bikinin minuman dinginnya. Sama minta tolong Jose beliin kelapa muda di warung buat bikin es buah."
"Eh iya baik bu."
Bianca langsung bergegas mencari Jose. "Jos! Di suruh ibu, tolong beliin kelapa muda di warung."
"Oke, berapa mb?" Tanya Jose sebelum beranjak pergi.
"BUK! KELAPANYA BELI BERAPA?"
"Ehh mba jangan teriak-teriak entar mas Bima denger!" Joko langsung menepis Bianca.
Bianca menyengir. "Maaf, lupa."Lalu tiba-tiba Mika datang dengan membawa 2 pisau tajam yang berukaran panjang dan besar. Hal itu cukup mebuat Bianca, Jose, dan Joko terdiam.
Mereka langsung mundur beberapa langkah. Takut-takut jika saja sang majikan menyerang mereka. "Beli 3 aja kata ibu." Ujar Mika
"Sama ini entar sekalian dibukain kelapanya Jos." Lalu ia menyodorkan 2 pisau tersebut kehadapan mereka. Lantas mereka sempat terlonjak, tetapi urung setelah mendengar perkataan Mika untuk membukakan kelapanya.
"Baik pak." Jose langsung berlalu melaksanakan tugasnya, Bianca kembali menuju dapur, sementar Joko tidak tau lagi harus kemana. Akhirnya ia memutuskan untuk menemui Bima. Karena ia memang sebagai bodyguard dan juga sudah seperti teman laki-laki itu.
●●●
Joy tak habis pikir dengan apa yang telah maminya perbuat. Sejak tadi ia diharuskan untuk duduk berjam-berjam agar mukanya dapat di makeup.
Jelas ini sangat menjadi masalah baginya. Selain karena ia tidak suka di makeup, ia juga merasa tidak pantas. "Udah mi jangan tebel-tebel." Joy menggerutu tak suka.
"Apa sih baru sebentar juga."
"Tapi jangan tebel-tebel." Joy melipat kedua tangannya di depan dada.
"Ini tuh nggak tebel."
"Ya udah buruan, Joy pegel dari tadi kepalanya kayak gini."
"Ya makanya lo diem jangan banyak gerak."
Sebenarnya tadi ia berniat untuk berpura-pura tidur, agar tidak datang ke acara itu. Tetapi ternyata sang mami sudah mengetahui niatnya terlebih dahulu dan kembali mengingatkan ancaman sang papi. "Entar nggak dikasih uang jajan ya!"
Sungguh menjengkelkan.Ditambah sekarang ia harus di pakaikan makeup oleh maminya yang hampir 2 jam lebih tidak kunjung selesai. Bagaimana tidak, setiap sudah hampir selesai, Joy selalu saja berniat untuk menghapus makeup nya dan jelas sang mami tidak akan menyerah untuk memoleskan itu kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Us
Teen Fiction🌏 biru13: Mari mampir dulu, bersedih bersama. 💅 Joy Seorang gadis yang hidup dikeluarga yang terbilang tidak normal. Bukan karena adanya banyak kekurangan, namun justru sebaliknya. Kasih sayang orangtua selalu dilimpahkan kepadanya dengan cara ya...