Chapter 5: Perjalanan Menuju Asrama #3

88 7 10
                                    

"Alya, apa yang kau lakukan?" Tanya March kesal.

Belum juga aku menjawab pertanyaan mereka, aku telah mengangkat seisi danau ke udara dan mereka terkejut bukan main.

"Alya, ini tidak mungkin." Kata Nino sambil tidak percaya.

"Seharusnya kau mengangkat air sebesar itu sangat berat. Apakah kau tidak keberatan mengangkat air sebanyak itu?" Tanya Nino.

"Sedikit berat, tapi aku akan membuat kalian lebih terkejut." Jawabku sambil mengangkat air lebih tinggi.

Aku pun membuat sebuah menara dari air setinggi menara kantoran biasa. Saat kubuat airnya menjadi menara, aku juga mengubah warna airnya yang semula warna hijau tua menjadi biru muda.

Setelah mereka puas dengan apa yang kubuat, aku lepaskan air danau itu dan airnya langsung masuk ke dalam danau tanpa cipratan.

"Alya, jadi kamu itu..." Kata Nino terbata-bata.

"Kamu itu apa?"Tanyaku ke Nino.

"Aku tidak bisa mengatakannya sekarang. Nanti saja di asrama." Jawab Nino dengan panik.

Sebelum kami pergi kembali ke bis, aku membekukan air danau untuk sementara waktu, baru berlari ke tempat bis itu berhenti. Kami pun berlari dengan cepat, namun ternyata bis itu sudah pergi meninggalkan kami.

"Ah, elah." Keluh Steve.

"Kan jadi ketinggalan bis." Sambungnya.

"Alya, ini semua salah kamu tau." Marah Karen.

"Kan kita jadi ketinggalan bis." Lanjut Clarin.

"Kalian gak ngerti apa yang kulakukan." Jawabku dengan sabar.

"Tapi sekarang kita harus ke danau tadi. Karena disitulah jalan kita menuju bis."

Kami berlari lagi menuju danau dan berdiri di tengah danau.

"Sekarang apa yang kamu mau Alya?" Keluh Alvo.

"Aku akan membawa kalian kembali ke bis." Jawabku dengan gugup.

"Tanpa berjalan kaki?" Tanya Rose.

"Iya, tapi kalian harus membuat lingkaran dan aku akan berdiri di tengah lingkaran." Jawabku sambil berpikir.

"Ingat, sekarang tutup mata kalian. Bayangin kalian lagi ada di bis itu. Bayangin hal itu."

Disaat aku menyuruh mereka untuk membayangkan itu, aku meminta penunggu danau itu. Tanpa basa-basi, penunggu danau itu menteleportasikan kami ke dalam bis.

"Alya," panggil penunggu danau tersebut.

"Aku berikan jam saku ini padamu. Berikan itu pada Karen, maka Karen akan menemukan kekuatan sejatinya." Lanjut penunggu danau.

"Pasti, akan kuberikan." Sahutku.

"Guys, sekarang buka mata kalian dan," Belum saja aku selesaikan kalimatku, tiba-tiba ada sebuah lubang warna ungu muncul dibawah kaki kami.

"Alya, ingat pesanku baik-baik. Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi." Kata penunggu danau dengan tenang.

"Pasti. Pasti." Jawabku serius.

Kami masuk kedalam lubang itu dan lubang itu menuju dalam bis.

"GUBRAK!"

Akhirnya kami masuk didalam bis namun saling menindih satu sama lain (jadi tuh lubangnya di di bagian atas bis jadi kyk jatuh gitu).

"Kalian dari mana?" Tanya Hana.

"Eh, gak bisa diceritain. Terlalu panjang." Jawab Alvo.

"Bukan waktunya untuk membicarakan itu, tapi waktunya untuk menolong kami." Sambung Steve sambil merintih kesakitan.

Setelah kami diobati, Hana mengatakan,

"Anak-anak, sebentar lagi kita akan sampai ke asrama. Siap-siap turun ya..."

"Lah, kalau gitu, ngapain kita naik bis?" Teriak aku dan sahabat-sahabatku dengan terkejut.

"Mendingan tadi langsung ke asrama aja." Sahut Via.

"Ya, jangan salahkan aku. Dia yang teleportasiin." Jawabku dengan bingung.

"Dia itu siapa?" Tanya Clarin.

"Nanti saja di asrama."

Menurutku, hari ini adalah hari terhebat dalam hidupku. Tapi, saat aku di bis (setelah jatuh tadi), aku merasa ada aura jahat disekitarku. Aku tak tahu dari mana asalnya tapi yang pasti itu ada di bis ini.

"Alya," panggil seseorang dari belakang.

"Masih ingatkah kamu dengan aku?" Tanya orang itu.

Aku pun menengok ke belakang dan hanya ada sahabat-sahabatku yang kelelahan. Tidak mungkin itu suaranya mereka, soalnya suaranya seperti suara wanita tua. Tapi siapa? Jangan-jangan...

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang