Chapter 11: Kamar Asrama #2

48 7 1
                                    

Selagi mereka berunding untuk  memilih siapa yang akan tidur di kasur yang lain dan pembagian lemari baju, aku lari menuju balkon dan memandangan langit dari sini. Selagi melihat langit, aku memikirkan bagaimana mereka (geng laki-laki) di kamar asrama mereka.

Nino POV

*Di depan kamar asrama*

   "Woy, ini kamarnya kan?" Tanya Io.

   "Kan kamar kita B01. Cuman beda 1 huruf sama geng cewe."

*kunci dimasukkin trus diputar*

   "NGIIIIIK..." Pintu pun kubuka.

   "Nino," panggil Jeremy.

   "Iy, napa?" Tanyaku pada Jeremy.

   "Kenapa-kenapa-kenapa-kenapa..." belum saja kalimat Jeremy selesai, tiba-tiba terdengar suara perempuan berteriak dari asrama perempuan.

   "KENAPA KAMARNYA BAGUS BGT!" Teriak seseorang dari sana.

   "Tunggu, itu bukannya suara," kata Steve terbata-bata

   "Ya, itu suaranya Alya. Dia paling gak bisa nahan teriakan." Kataku sambil masuk dan duduk di salah satu kasur.

   "Eh, aku kasurnya yg ini ya. Aku pengen deket balkon." Kataku sambil membuka lemari baju.

   "Belum aja berunding, udah ngambil duluan." Marah Io.

   "Ya udah lah. Kamu tidur disitu aja Nino." Lanjut Io sambil menyalakan radio.

   Setelah aku melihat isi lemari baju, aku langsung lari menuju balkon dan membuka pintu balkon. Dari sini, aku bisa melihat Arena Lunar, Perpustakaan Pijar, pokoknya semuanya.

   "NINOOOO!" Panggil seseorang dari arah asrama perempuan. Dan ternyata itu Alya.

   "INI AKU ALYA! KAMU DISITU TOH!" Teriaknya sambil melambaikan tangannya.

   "What?" Kataku dalam hati.

Alya POV

   "Alya, ngapain kamu teriak-teriak?" Tanya Karen dengan rasa marah berapi-api.

   "Ya, gapapa." Kataku sambil melambaikan tangan kepada Nino.

   "Alya, urat malumu putus?" Tanya Clarin dengan tatapan tajam.

   "Ehehhe, mungkin saja." Jawabku sambil melihat ke arah Nino.

Nino POV

   "Alya, kamu tuh bikin aku malu." Kataku dalam hati.

   "Nino, aku minta maaf. Aku tahu kalau aku bikin kamu malu. Tapi aku cuman mau nyapa kamu." Jawab Alya.

   "Loh, kok kamu bisa tau aku ngomong begitu?" Tanyaku terkejut.

   "Oh, aku dibantu Karen buat telepati. Kamu lupa ya pas di bis itu?"

   "Ah, aku baru inget." Kataku sambil mengingat kembali.

   "Eh, Nino. Aku mau bilang kalau..."

   "Bilang apa? Kasi tau aja. Kalau itu rahasia banget juga gapapa. Kan aku bisa nampung rahasia." Pintaku.

   "Nino sebenernya,"

   "Nino, katanya mau curhat." Panggil Alvo.

   "Eh, Alya. Maaf ya, aku mau ngobrol dulu sama mereka." Kataku pada Alya.

   "Oh, ok. Nanti kalau dibahas pas di Taman Bellatrix gapapa kan?" Tanya Alya.

   "Boleh. Sampai jumpa nanti!" Kataku pada Alya.

   "I miss you." Lanjutku.

   "I miss you too..." Ucap Alya sambil melambaikan tangan.

Alya POV

   "Eh, tadi napa gua bilang 'I miss you too' ya?" Tanyaku dalam hati.

   "Cie-cie... Jodoh kan gak kemana-mana." Kata Via sambil merapikan rambutnya.

   "Paan sih? Aku malah keceplosan." Bentakku dengan sabar.

   "Ehm-ehm..." Kata Via sambil menatapku dengan bahagia.

   Aku bingung kenapa mereka nge-ship aku dengan Nino. Padahal kita hanya sebatas sahabat. Bagaimana bisa lebih dari sahabat? Menurutku, kita gak bisa lebih dari sahabat. Kalau iya, bagaimana bisa terjadi?

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang