Chapter 17: Ribut Troooz #2

41 1 0
                                    

Alya POV

   Setelah menunggu sekian lama, tepat pukul 18.30, Hana datang disusul dengan seorang pria yang jangkung, kurus, berkacamata, dan berpomade. Kira-kira usianya tiga puluhan.

   "Anak-anak, sebelum kita makan malam, ada sesuatu yang ingin Mr.Brandon sampaikan. Silahkan." Kata Hana sambil mempersilahkan Mr.Brandon untuk bicara.

   "Selamat malam anak-anak," Sapa Mr.Brandon.

   "Selamat malam," Sapa kami.

   "Saya Mr.Brandon, Wakil Kepala Asrama sekaligus guru ketertiban. Tadi sore saya dapat kabar dari penjaga sekaligus tukang kebun Taman Hening bahwa ada yang masuk ke Taman Hening tanpa izin. Saya minta mohon untuk anak tersebut mengaku sambil berdiri."

   Keheningan pun pecah disaat itu. Aku pun meminta Karen untuk membantuku telepati dengan Nino.

   "Nino, gimana nih? Kita ketahuan masuk tanpa izin. Aku takut kita dihukum." Kataku dengan khawatir.

   "Alya, gak usah khawatir. Everything is fine with me. Aku akan selalu ada di sisimu. Biar aku yang bantu semua masalahmu, karena masalahmu adalah masalahku juga." Kata Nino sambil menggenggam tanganku seolah-olah dia memberikan kepercayaannya padaku.

   Belum saja tiga puluh detik berlalu, Mr.Brandon langsung memukul meja yang ada di depannya. Sontak kami pun terkejut bukan main.

   "Mister minta kejujuran dan integritas kalian. Kalian sudah remaja, berarti bisa diajak untuk melaksanakan ketertiban yang berlaku. Mister hitung satu sampai lima, kalau tidak ada yang berdiri, maka mister akan," Belum juga Mr.Brandon menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba Nino memukul meja dan berdiri sambil menghadap Mr.Brandon.

   "Mr.Brandon, sayalah anak yang masuk tanpa izin ke Taman Hening!" Pasrah Nino.

   "Ck-ck-ck. Yang nasehatin yang kena marah. ANJ*NG LU." Umpat Fanya.

   "Fanya, diam!" Perintah Mr.Brandon.

   "Sekali lagi kamu bilang begitu, saya beri kamu hukuman." Lanjut Mr.Brandon.

   "Nino, benarkah kamu masuk ke Taman Hening tanpa izin?" Tanya Hana.

   Aku pun mengingat kalimat yang tadi Nino ucapkan, yaitu 'Aku akan selalu ada di sisimu '.

   "Nino, aku juga selalu ada di sisimu." Kataku dalam hati.

   "Nino, jawab!" Tegas Mr.Brandon.

   "Jadi tadi," Belum saja Nino menyelesaikan kalimatnya, aku pun langsung memukul meja dan berdiri menghadap Mr.Brandon.

   "Mr.Brandon, sayalah anak yang masuk tanpa izin ke Taman Hening!" Kataku membela Nino.

   Tiba-tiba, Jeremy dan yang lain berdiri bersamaan sambil mengatakan "Mr.Brandon, sayalah anak yang masuk tanpa izin ke Taman Hening!"

   Keheningan pun pecah di Kafe Antariksa. Karen pun menggunakan kekuatannya untuk telepati satu dengan yang lain.

   "Kok kalian ikut-ikutan? Kalian kan gak masuk ke sana." Bingung Nino.

   "Kita mau ngelindungin kalian berdua dari masalah ini." Kata March.

   "Siapa yang mister salahkan disini?" Teriak Mr.Brandon yang menghentikan telepati kami.

   "Kami mister." Jawab kami.

   "Jadi tuh kita main petak umpet terus pada misah kemana-mana. Salah satunya ya ke Taman Hening." Imbuh Rose.

   "Mister tahu sebenarnya siapa yang masuk kesana, tapi entah kenapa hati kalian tergerak untuk melindungi anak itu."

   "Apakah mister marah kepada kami?" Tanya Alvo.

   "Ya, mister sangat marah apabila kalian tidak mengaku masuk ke Taman Hening." Jawab Mr.Brandon.

   "Tapi mister sangat senang, karena,"

   "Mr.Brandon, ini sudah mau jam 18.45, dan anak-anak belum makan malam. Kita urus nanti saja." Potong Hana.

    "Kalau begitu, barisan yang ini ngantri dulu, disusul belakangnya."

    Saat mengantri, kepalaku terasa pusing. Beberapa detik kemudian rasa pusing itu hilang dalam sekejap. Di saat yang sama, tiba-tiba aku mendengar suara nampan jatuh dan suasana kafe menjadi hening (ya, beneran hening hingga suara jangkrik terdengar keras).

   "PRAAANG."

   "B*BI LU. BERSIHIN CEPET!" Teriak Fanya.

   "Kalo gak dibersihin nanti kita hajar." Imbuh Scarlet.

   "Eh, iya-iya." Tunduk Adora.

   Aku agak sedih dengan keadaan ini. Aku berpikir bahwa Fanya, Ashley, Adora, Scarlet, Vivian dan Naomi adalah geng penindas. Namun ternyata salah satu dari mereka ditindas. Akhirnya, kuberanikan diriku untuk membela Adora.

   Tiba-tiba Fanya mengamuk dan berseru, "BERSIHIN ANJ*NG!"

   "Fanya, hentikan!" Marahku sambil membantu Adora. Semua orang di kafe itu langsung melihatku karena hanya diriku yang berani menentang Fanya.

   "Apa lu nentang-nentang gua?" Sombong Fanya.

   "Udah deh berhenti nindas orang. Dimana rasa kemanusiaanmu terhadap orang?"

   "Eh lu ya, gak usah nentang Fanya. Kalo masih nentang, kita hajar elu." Ancam Scarlet.

   "Alya," panggil Nino.

   "udahan berantemnya. Jangan berantem lagi." Pintanya.

   "Gak Nino. Aku gak mau ada yang nindas lagi disini, dan,"

   "PLAAAK!"

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang