Chapter 18: Trauma Pahit

33 4 5
                                    

"PLAAAK!"

Nino POV

   "Alya," seruku sedih.

   Aku melihat darah segar mengalir dari mulut Alya. Tatapan sedih sembari bisikan melingkupi ruangan itu. Dan semua mata tertuju pada darah Alya, bukannya Alya.

   Fanya pun terkejut, "Ah, mengapa darahmu-"

   "Ya, aku tahu itu. Di beberapa saat warna darahku biru tua, dan yang kamu lihat memanglah biru tua." Kata Alya sambil membersihkan darah yang mengalir di bibirnya dengan tisu.

Fanya POV

   "Fanya, kita harus pergi. Lu kan tau ini pertanda buruk buat lu." Peringat Vivian sambil menarik tanganku.

   "Makanya, gue mau pergi ini." Kataku ketakutan. Awalnya, aku berpikir bahwa Alya adalah anak yang sok pemberani, tapi ternyata dia adalah anak yang memang menjadi pertanda buruk bagi diriku dan juga orang disekitarku.

   "Fanya," panggil Alya.

   "Apabila kamu masih menindas besok atau besoknya lagi; ingatlah, bahwa aku akan selalu mengawasimu." Ancam Alya lalu pergi kembali ke antriannya disusul Adora. Aku langsung lari terbirit-birit meninggalkan Kafe Antariksa disusul yang lain.

   "Benarkah itu dia?" Pikirku ketakutan.

Nino POV

   "Alya, kok bisa sih kamu nentang Fanya, kan dia gangster, tapi kok penakut?" Tanya March.

   "Sebenarnya aku agak takut, tapi dianya yang lebih takut; jadi aku tinggal memantapkan rasa beraniku, lalu begitu deh."

   "Makan skuy," Potong Alvo, mengambil makanan sebanyak-banyaknya, lalu kembali ke kursi.

   "Tapi kan pipiku masih sakit," Keluh Alya lalu mengelus-elus pipinya.

   "Sini, biar aku yang bawa ke UKS." Ajak Jeremy.

   "Oh, oke," jawab Alya.

   "Nino, tumben gak nemenin Alya," Potong Steve.

   "Oh, gak tau nih males beli truk." Jawabku asal-asalan.

   "Heh?" Bingung Steve.

Alya POV

   *Di UKS*

   "Eh yang ini kan UKS nya?" Tanyaku sambil menyalakan lampu UKS.

   "Iya. Eh, disini kok gak ada orang?"

   "Gak tau deh. Biasanya kan kalau UKS buka pasti lampunya nyala dan pintunya gak dikunci. Tapi kok ini UKS tutup tapi gak dikunci pintunya?"

   "Mungkin buat jaga-jaga kalau ada yang tiba-tiba sakit kek kamu."

   "Kamu duduk disini biar aku yg cari obatnya." Kata Jeremy tergesa-gesa.

   Selama aku menunggu Jeremy, aku kembali mengingat kejadian saat aku mengancam Fanya.

   "Apabila kamu masih menindas besok atau besoknya lagi; ingatlah, bahwa aku akan selalu mengawasimu." Kata-kata itu selalu ada di telingaku. Aku tak ingat apa yang terjadi saat perkelahian tersebut terjadi. Saat perkelahian tadi, aku merasa ada seseorang yang mengendalikanku. Mataku benar-benar melihat kejadian itu namun bukan jiwaku yang menggerakan ragaku. 

   "Nih obatnya," Kata Jeremy.

   "Oke," kataku.

   "Yang sakit dimananya?" Tanya 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang