Chapter 9: Makan Siang Pertama di Asrama

73 7 7
                                    

Sesampainya di depan Kafe Antariksa, aku mencium banyak bau makanan yang sedang naik daun. Saat masuk ke dalam Kafe Antariksa, aku melihat ada seratus (pokoknya gk bisa dihitung) makanan yang sudah tersedia di meja makan. Disana, sudah ada 20 meja makan dan satu meja makan ada 12 kursi.

   "Sebentar lagi kita akan makan." Kata Hana sambil menyuruh kami diam.

   "Disini juga ada pembagian meja makan. Hari ini dan 3 hari kedepan, kalian bebas duduk dimana saja, tetapi setelahnya kalian akan duduk dengan kelompok yang sudah kami pilih."

   Aku pun duduk di kursi disusul sahabat-sahabatku. Tiba-tiba, Nino meminta izin untuk duduk di kursi bersama sahabatnya.

   "Alya," panggil Nino.

   "Perkenalkan ini Jeremy, Dickon, dan Io."

   Tiba-tiba, Jeremy memberikan tangannya kepadaku.

   "Hai,"katanya.

   "Namaku Jeremiah Axuilus Dalorn. Panggil aku Jeremy." sambungnya.

   "Eh, namaku Dickon Sacrux Armound. Nama panggilanku Dickon."

   "Kalau aku Io Craven Castelár."

   "Eits..." potongku.

   "Kenapa kalian hanya memperkenalkan diri padaku saja. Kenapa tidak dengan mereka yang duduk disampingku?"

   "Maaf, ini semua dimulai Jeremy." Tuduh Dickon.

   "Paan sih? Harusnya kalian jangan ikutin aku." Bentak Jeremy.

   "Tolong jangan bertengkar." Pintaku dengan sangat.

   "Mereka sudah menunggu untuk diperkenalkan. Jangan buat mereka marah."

   "Baiklah Alya." Ucap Jeremy, Dickon, dan Io.

   "Ehm, hai. Seperti yang kalian dengar tadi namaku Jeremiah Axuilus Dalorn. Panggil aku Jeremy."

   "Kalau aku Dickon Sacrux Armound. Panggil aku Dickon."

   "Jangan lupa, namaku Io Craven Castelár. Panggilnya Io. I-o. Bukan 'Iya', tapi 'Io'."

   Kami langsung berbicara tentang masa-masa sebelum masuk asrama.

   "TING... TING..." Terdengar dentingan lonceng kecil dari tempat pengambilan makanan.

   "Sebelum kita makan siang, akan ada sambutan dari kepala asrama kita. Beri tepuk tangan untuk Lady Ava."

   Tepuk tangan langsung membanjiri Kafe Antariksa disusul dengan naiknya Lady Ava ke panggung kecil.

   "Terimakasih Hana. Selamat pagi siswa-siswi Asrama Bulan dan Bintang beserta dengan para pendamping. Nama saya Lady Ava, dan saya menjabat sebagai kepala asrama. Terimakasih atas kepercayaan kalian karena telah memilih asrama ini sebagai tempat kalian belajar. Bla-bla-bla-bla-bla..."

   Selama Lady Ava memberi sambutan, aku tidak sepenuhnya memperhatikan ucapannya, namun ada beberapa kata yang membuatku terkejut, semisal 'penunggu danau', dan 'Puri Betelgeuse'. Beberapa kata itu seperti memberi kode kepadaku bahwa semua itu memiliki hubungan yang mengarah pada suatu tempat, yaitu asrama ini.

   "Bla-bla-bla-bla. Atas perhatiannya, kami pihak sekolah mengucapkan terima kasih." Itulah beberapa kalimat terakhir Lady Ava sebelum makan.

   "Beri tepuk tangan lagi untuk Lady Ava." Ucap Hana sambil menyuruh diam (jangan bersuara selain suara tepuk tangan).

   "Sebelum mengambil makan siang disini, aku akan memberikan peraturan selama di Kafe Antariksa. Yang pertama adalah duduk di tempat yang sudah dipilih oleh pihak sekolah. Kedua, dilarang berlari-lari atau berbuat usil selama di Kafe Antariksa. Ketiga, tidak membawa buku ke dalam Kafe Antariksa, terlebih itu buku perpustakaan. Keempat, tata cara makan harus ditaati. Apabila kalian melanggar salah satu dari peraturan tersebut, maka kalian akan diberi hukuman."

   Setelah sambutan dari Lady Ava dan basa-basi tentang tata cara makan dari Hana, aku langsung berbaris di depan meja makanan. Disitu ada penjaga kantin yang memberikan makanan padaku dan dibagi dengan rata. Setelah mengambil makanan, aku langsung duduk disusul dengan sahabat-sahabatku.

   "Selamat makan!" Ucap kami.

   Setelah mengucapkan selamat makan, aku langsumakan dengan lahap seolah-olah seperti orang yang belum makan sebulan.

   "Alya," panggil Rose.

   "Kamu kok makan lahap banget?" Tanya Rose.

   "Oh, aku kalau makan selalu begitu. Anehnya lagi, aku selalu nambah kalau makan." Jawabku.

   "Emangnya nambah sampai berapa?" Tanya Io.

   "Terakhir kali sampai 9 porsi." Jawabku sambil melahap makanan dengan cepat.

   "HAAAAH?" Teriak mereka kecuali Nino.

   "Kalian baru tau? Alya aja udah ngalahin aku pas ronde makan kelas 5." Kata Nino sambil mengunyah makanan di mulutnya.

   "Jadi, pas ronde makan itu kita harus bisa makan maksimal 10 porsi. Aku kalah karena aku cuman bisa makan 7 porsi, sementara Alya makan sampai 9 porsi. Pas dia mau makan porsi ke-10, dia udh mual jadinya dia cuman bisa makan 9 porsi."

   "Oke, tapi kan itu udh banyak banget. Aku aja pikir kamu tuh kurus karena kamu makannya dikit. Eh, ternyata banyak banget." Ungkap Via dengan pasrah.

   "Eh, daripada ngomongin gituan, mendingan makan deh, soalnya kan kita mulai makan jam 12.30, pasti kita selesai jam 13.40. Berarti 15 menit lagi dong." Kata Karen sambil memegang jam sakunya.

   "Time is everything." Lanjut Karen.

   "Anjay." Kata Dickon lalu keselek.

   "Nah lo kumat keselek batu nisan." Kataku sambil tertawa lepas tanpa henti.

   "Alya, nanti kamu juga kumat lho." Kata March sambil memotong steak.

   "Hahahhaha... Oke-oke aku udh berhenti ketawa deh." Kataku sambil meminum jus jeruk.

   Di Kafe Antariksa, aku berpikir bahwa memiliki banyak teman berarti memiliki banyak cerita yang akan tersampaikan.

   "Alya," panggil wanita tua itu lagi.

   "Aku ada disekitarmu. Kau tak tau aku ada dimana, tapi yang pasti aku ada disekitarmu." Lanjut wanita tua itu.

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang