Chapter 10: Kamar Asrama #1

54 5 3
                                    

Setelah makan siang di Kafe Antariksa, Hana mengumumkan pembagian ruang asrama.

   "Sebentar lagi aku akan mengumumkan pembagian kamar asrama." Kata Hana yang langsung membuat keadaan menjadi diam.

   Masing-masing kamar diisi enam orang. Asrama perempuan di samping Perpustakaan Pijar, dan asrama laki-laki disamping Arena Lunar. Baiklah, aku mulai yang perempuan. Kamar A01. Alya dengan Rose, Clarin, Via, March, dan Karen."

   "Yay, kita barengan." Ucap kami berenam bersamaan.

   "Kamar A02. Fanya dengan Ashley, Adora, Scarlet, Vivian dan Naomi. Kamar A03, Kamar A04, Kamar A05,..."

   Selama pembagian kamar perempuan, aku merasa ada sesuatu yang janggal. Entah kenapa, setiap kali nama teman-temanku disebut, pasti mataku selalu melihat ke arah orang yang sama, yaitu Fanya. Setiap kali aku melihatnya, pasti temannya yang lain akan menutupinya sehingga tidak ada satupun yang melihatnya. Mungkinkah dia memiliki kekuatan jahat? Atau apakah dia yang selama ini membuat aura jadi-jadian selama?

   "Baiklah, yang berikutnya asrama laki-laki."

   Pikiranku tentang hal-hal buruk Fanya hilang setelah Hana mengatakan pembagian asrama laki-laki.

   "Kamar B01. Nino dengan Alvo, Steve, Jeremy, Dickon, dan Io. Kamar B02, Kamar B03, Kamar B04, Kamar B05,..."

   Setelah pembagian asrama, semua langsung ribut dan berlalu-lalang mencari teman sekamar.

   "Yay, kita sekamar." Ucap Clarin dengan bahagia.

   "Udah gitu kita dapet balkon. Itu adalah hal terindah dalam hidupku." Potongku sambil mencubit kulitku.

   "Guys," panggil Hana sambil menenangkan keadaan.

   "Nanti sebelum jam 18.30, kalian sudah harus di Kafe Antariksa. Lalu, kita akan pergi ke Hutan Calliope untuk api unggun." Kata Hana sambil menunjuk ke arah hutan.

   "Pakai lengan panjang jangan lupa. Soalnya dingin sama banyak nyamuk." Tambah Hana.

   "Alya," panggil Nino.

   "Nanti, jam 4 main yuk ke Taman Bellatrix." Lanjutnya sambil memegang telapak tanganku.

   "Whoa what?" Bingungku sambil berusaha melepaskan tangannya dengan pelan-pelan.

   "Ya, mainnya bareng sahabatmu dan sahabatku juga." Katanya sambil melepaskan tangannya dariku.

   "Oh oke deh. Sampai jumpa jam 4 nanti." Kataku pada geng laki-laki itu.

   "Bye!" Kata Nino sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.

Nino POV

*Setelah berpisah dari geng cewek*

   "Alvo," panggilku.

   "Aku mau curhat sama kamu." Lanjutku.

   "Hah? Mau curhat? Sama Alya aja." Bantah Alvo.

   "Masa sama cewek?" Tanyaku balik.

   "Ya, gpp lah. Kau tahu? Pandangan cewek dan cowok tuh beda, makanya ngomong aja sama Alya. Dia kan baik sama kamu, gak mungkin dia nolak buat diajak bicara." Jawab Steve sambil menggigit kukunya.

   "Daripada begini, gimana kalau kamu sharing ke kita aja? Kan kita temenmu, eh maksudku sahabatmu." Tanya Jeremy.

   "Hmmm... Oke deh, tapi nanti di kamar aja." Jawabku.

Alya POV

*Sesampainya di depan kamar asrama*

   "Alya, ini kan ruang kita?" Tanya March.

   "Ya iyalah. Kan kamar kita A01. Masa lupa sih." Kata Rose nyolot.

   "Yang ditanya siapa, yang jawab siapa." Kata March sambil ngegas.

   "Oke, ini dia kamar kita." Kataku sambil memasukkan kunci kedalam lubang kunci.

*kuncinya dimasukkin, trus diputar*

   "NGIIIIIIK..." Pintu pun terbuka. Ada cahaya masuk yang membuat mataku silau, tiba-tiba...

   "AAAAAA!" Teriak kami terkejut (tapi gk bikin brisik).

   "Ini, inikah kamar kita?" Tanya Clarin terkejut.

   "Iya, tapi kenapa-kenapa-kenapa..." Kata Via terbata-bata.

   "KENAPA KAMARNYA BAGUS BGT!" Teriakku yang memecah keadaan lorong asrama menjadi sangat sepi.

   "Alya, jaga suaramu." Pinta Karen.

   "Oh, sorry. Kan saya memang tak pernah bisa dikondisikan." Kataku sambil masuk ke dalam kamar.

   "Nah kalau begitu," kata Via sambil berpikir (ya iyalah).

   "Siapa yang akan tidur disini? Di dekat balkon?" Tanya Via sambil menunjuk ke kasur tersebut.

   "Ehm, kalau Alya?" Tanya Clarin padaku.

   "Serius? Kok tau aku pengen disitu?" Tanyaku sambil berlari menuju balkon.

   "Udh ketauan. Di jalan tadi kamu ngomongin tentang balkon terus-menerus. Kamu disana aja. Biar kita milih sendiri." Jawab March.

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang