Chapter 16: Ribut Troooz #1

25 1 0
                                    

Alya POV

*Kafe Antariksa*

   "Eh, kita duduk dimana?" Tanya Rose.

   "Ya dikursi lah." Jawab Dickon.

   "Ih, bukan. Maksudku tuh duduk di kursi mana." Kata Rose sambil membenarkan.

   "Kalau duduk di kursi ini gimana?" Potong Io.

   "Oke lah." Jawab Rose.

   Saat Clarin mau duduk di kursi, tiba-tiba seseorang menarik kursinya sehingga dia jatuh ke lantai.

   "Siapa sih yang narik kursiku?" Tanya Clarin sambil merintih kesakitan.

   "Sini aku bantu berdiri." Tawar Dickon.

   "Oh, makasih." Ucap Clarin.

   "Heh kalian!" Potong orang yang tadi menarik kursi Clarin.

   "Ini kursinya gue ama geng gua. Hush pergi sana." Lanjut orang itu.

   "Fanya, tapi kan," Kata Clarin.

   "Oh, jadi kamu yang namanya Fanya, anak berandalan itu ya?" Potongku dengan nada tinggi.

   "Iya, semua orang tau gue, dan kalian semua harus tunduk ama gue." Bentak Fanya.

   "Dan asal tau aja ya kalian para babu, siapapun yang nentang gua, gua hajar." Lanjutnya.

   "Heh, tapi ini kan bukan kursinya kamu." Geramku.

   "BODO AMAT ANJ*NG!" Bentak Fanya.

   "Sabar Alya, sabar. Jangan sampe kamu ikut-ikutan ngomong kata kasar." Kataku dalam hati.

   "Alya, mendingan kita cari kursi lain deh." Bisik Nino.

   "Ya udah, oke." Jawabku pada Nino.

   "Karena aku gak suka pertengkaran, aku akan cabut." Kataku pada Fanya.

   "Idih, cemen lo." Sindir Fanya.

   "Fanya, kamu boleh bilang aku sama temen-temenku tuh cemen, babu, ataupun bahasa kasar lainnya, tapi yang pasti kita itu gak malu-maluin orang tua kita." Sindirku balik.

   "Argh, awas lo Alya. Nanti gua bales lo." Ancam Fanya

   Setelah menemukan kursi yang jauh dari Fanya dan gengnya, kami pun duduk.

   "Alya, maksudmu malu-maluin orang tua tuh apa?" Tanya March

   "Kamu belum tahu ya? Fanya alias Dusya Valeska Tasha adalah anak yang bisa dibilang nakal. Terus, dia itu bisa menjadi apa saja. Mulai dari tukang bully, pemalak, pembacok, sampai penjudi. Otomatis itu udah bikin orang tuanya malu. Bukan cuman orang tuanya, tapi juga keluarga besarnya. "Jawabku sambil memainkan rambutku.

   "Kok aneh sih?" Bingung March.

   "Eh, tapi kalian tahu Dilan gk? Nah, Fanya tuh sama kayak Dilan, tapi bedanya dia gk ngerayu orang pake puisi dan sejenisnya, tapi dia ikut geng motor alias Gangster." Potong Alvo.

   "Parahnya lagi, dia pernah hajar 150 orang hingga sekarat. Dan dia ngehajarnya tuh cuman tangan kosong alias pake tangan doang." Imbuh Jeremy.

   "Orang tuanya kan malu, tapi emangnya bener ya kalau orang tuanya juga Gangster?" Tanya Rose.

   "Itu benar. Orang tuanya tuh  Gangster yang paling ditakuti di dunia. Jumlah anggotanya kira-kira seratus ribu orang. Memang anggotanya bisa dibilang dikit, tapi sikap bengis mereka sangat menakutkan." Jawab Steve.

   "Eh gais, kok kita malah ngegibahin orang ya? Kan ngegibahin orang gak baik." Potong Via.

   "Gak tahu nih. Tapi yang pasti kita udah tahu latar belakangnya Fanya, dan hal apa aja yang perlu kita hindari dari Fanya." Jawab Nino.

   Sambil menunggu jam 18.30, aku berbicara pada Nino.

   "Nino, tentang di Taman Hening tadi, apa kita gk ketahuan masuk tanpa izin?"

   "Semoga saja tidak. Eh, kamu bawa mawarnya  gk?" Tanya Nino.

   "Bawa kok. Nih," Kataku sambil memberikan setangkai bunga mawar yang tadi dipetik Nino.

   "Eh, kok mawarnya gak layu? Harusnya udah ada warna coklat pudarnya." Bingung Nino.

   "Tapi mana ada mawar abadi?" Bingungku.

   Saat kami kebingungan dengan mawar ini, tiba-tiba terdengar suara nenek tua itu lagi di telingaku dan Nino.

   "Alya, Nino, awas kalian. Akan kubalaskan dendam adikku ini." Ancam nenek tua itu.

Nino POV

   "Alya, kamu dengar nenek tua itu lagi gak?" Tanyaku gelisah.

   "Iyalah, kalau kamu denger suaranya, ya pasti aku juga denger suaranya. Tapi kok suaranya lebih serak daripada tadi pagi ya?" Bingung Alya

   "Mungkin belum minum obat," candaku.

   "Ah, kamu ini. Dari dulu kamu tuh suka ngelawak, tapi anehnya cuman aku yang ketawa." Kata Alya sambil menepuk pundakku.

   Kenapa nenek tua itu menerorku dan Alya? Kenapa harus kami berdua? Apa maksud dari teror ini? Pesan apa yang ingin disampaikan orang itu? Ada apa dengan diriku sebenarnya?

   Jangan-jangan...

Asrama Bulan dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang