"Daehwi," panggil seseorang yang dengan sengaja menekan kencang satu tuts berwarna putih. Ia memalingkan wajahnya.
Laki-laki yang baru saja disebut namanya itu menoleh. Menghentikan gerakan jemarinya di atas kumpulan tuts monokrom. Ia memangku dagu kemudian mendeham.
"Menurutmu, aku ini bagaimana?"
Daehwi mengerutkan dahi. "Jinyoung Hyung? Hyung adalah teman yang baik. Hyung sudah kuanggap sebagai kakak sendiri. Hmm ... tidak, deh. Bukan hanya Hyung, tapi yang lain juga. Aku menyayangi Hyung~"
Laki-laki itu membentangkan tangannya dan tersenyum lebar. Bergerak mendekati Jinyoung, tapi Jinyoung segera mendorong tubuh Daehwi supaya menjauh.
"Ya, ya! Kau sedang apa?" Jinyoung menoleh ke kanan dan kiri usai Daehwi bertingkah seperti itu di dalam kelas, tepatnya ruang musik. "Bukan itu. Apa aku terlihat buruk? Sampai-sampai dia lari dariku?"
"Buruk?" Daehwi mengangkat salah satu alisnya kemudian melipat tangan di depan dada. "Kau yang selalu jadi pusat perhatian para gadis, kau sebut kalau kau buruk? Tapi memangnya 'dia' itu siapa?"
"Ara noona."
"Heol, jangan bilang kau...." Daehwi menutup mulutnya.
"Baru saja mengatakan kalau aku menyukainya," lanjut Jinyoung kemudian menghela napas. Kedua sudut matanya terlihat menurun.
Daehwi mendekat. Mendaratkan telapak tangan ke bahu Jinyoung. "Lalu dia lari? Tidak mengatakan apa pun?"
"Mianhae, katanya."
Lelaki di depannya itu menjentikkan jari. Dengan wajah yang yakin, Daehwi berkata, "Sudah pasti dia menolakmu kalau begitu. Menyerah sajalah kau, Hyung. Nanti aku kenalkan dengan perempuan lain."
"Apa-apaan? Tidak mau, tidak. Ini baru percobaan pertama, 'kan? Kenapa tidak aku coba mendekatkan diri dengannya lagi. Beberapa orang juga butuh waktu lama untuk merasa nyaman," elak Jinyoung. Jemarinya bergerak pelan menekan beberapa tuts di hadapannya asal.
Daehwi memutar bola matanya malas. "Lalu kenapa kau meminta pendapatku?"
"Kan aku cuma bertanya apa aku cukup buruk atau tidak. Bukannya meminta kau meledekku."
"Aih, Hyung, jinjja ... Kau tidak buruk, hanya butuh usaha lebih. Hwaiting!" Daehwi menggepal tangan dan mengangkatnya tinggi-tinggi sembari tersenyum.
"Huah, kenapa percintaan begitu sulit?" keluh Jinyoung kemudian memangku dagu.
"Karena kau terus memikirkannya. Kau hanya perlu melakukan apa yang harus kau lakukan, bukan terus membebani pikiranmu. Lalu, apa ada yang perlu kubantu, Hyung?"
"Ajari aku apa yang harus aku lakukan," ucap Jinyoung mantap.
"Kau sungguh-sungguh, Hyung," tanggap Daehwi sambil terkekeh, "kalau begitu, kita mulai dari mana?"
🔼🔽🔼
Setelah apa yang terjadi di aula, Jihoon terlihat lebih pendiam terhadap Ara. Biasanya mereka sering mengobrol di dalam kelas, tapi tadi tidak. Bahkan Woojin sampai bingung melihat kedua temannya itu.
Jihoon menjauh, menghindari kesalahpahaman yang kesekian kalinya antara dia dan Jinyoung. Namun, rasanya Ara juga salah paham dengan kedekatan dirinya. Alasan lain, ia tidak mau Ara mengira kalau Jihoon menyukainya dan gadis itu jadi berharap lebih.
Lelaki itu sudah sampai di asrama, mengunci dirinya di kamar seorang diri. Ia hanya menyangga kepala dengan lengannya kemudian menatap langit-langit. Sampai terdengar suara pesan masuk dari ponsel di sampingnya, ia baru tersadar dari lamunannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memory of Us | PJH; BJY ✔
Fanfiction[COMPLETED] Kim Ara, gadis pindahan dari Busan yang baru memasuki sekolah seni ternama di Seoul. Kehadirannya berhasil mencuri hati dua pria tampan, Park Jihoon dan Bae Jinyoung. Namun, bukan tanpa alasan Ara memilih sekolah tersebut dari sekian ba...