Gadis berambut pirang sedang merogoh isi tas sambil tidak menghentikan langkah kakinya. Ia terus merutuk sepanjang jalan karena ulah kakaknya. Lagi dan lagi, jadwal yang terlalu sibuk membuatnya tidak punya banyak waktu seperti dulu kala dan Youra tidak menyukainya.
"Memang satu jam keluar saja tidak bisa? Aku hanya minta oppa menemaniku ke toko buku, huh."
Usai menemukan ponsel dari dalam tas, Youra mencari kontak nama sahabatnya. "Yerin. Aku minta ditemani dia saja, mumpung tidak jauh dari sini juga."
Jemarinya asyik bermain di atas layar sampai suara yang dikenalnya berhasil mengalihkan fokus Youra. Seorang laki-laki setinggi 173 cm dan perempuan di dekatnya. Mereka terlihat akrab, tapi Youra tidak menyukainya.
"Park Jihoon dan murid baru itu? Yang benar saja?" gerutu Youra. Penglihatannya tidak mungkin salah dengan mengira seseorang yang sedang digendong oleh Jihoon adalah perempuan yang baru beberapa hari ini masuk ke kelasnya.
Gadis itu berhenti sejenak dan sedikit bersembunyi supaya mereka tidak menyadari keberadaannya. Sampai Jihoon dan Ara keluar dari area taman, barulah Youra keluar.
"Apa dia juga alasan Jihoon jadi tidak suka menanggapiku akhir-akhir ini?" tebak Youra. Gadis itu mengentakkan kaki asal sembari mendengkus. "Mau bermain-main denganku rupanya kau, Ara?"
Kang Youra sudah mengenal Jihoon sejak awal masuk SMA dan satu tahun belakangan ini ia menghabiskan waktunya untuk lebih dekat dengan laki-laki itu. Ia menyukai Jihoon. Ia melakukan apa pun yang bisa mencuri perhatian Jihoon, tapi semuanya tidak berjalan mulus. Laki-laki itu sering mengabaikannya. Namun, ketika Jihoon menjadi satu grup dengan Daniel---kakak Youra---hubungan keduanya menjadi lebih baik. Tak heran kalau gadis itu sering meminta bantuan Kang Daniel sebagai tim sukses percintaannya dengan Jihoon.
"Aku yang susah payah mencari perhatian Jihoon selama satu tahun kalah dengan Ara yang baru muncul beberapa hari lalu di hadapannya? Aaaa oppaaa!" rengek Youra sambil memanyunkan bibirnya.
Benda persegi panjang yang masih ada di tangannya itu ia angkat hingga sejajar dengan muka. Youra memutuskan untuk memberi tahu apa yang dilihatnya barusan kepada kakaknya. Meski Youra menyukai Jihoon dan tahu apa yang dilakukan ini akan membuat laki-laki itu ditegur oleh kakaknya---dan mungkin anggota lain, tetap saja ia tidak ingin Ara bisa merebut posisinya.
"Kalau aku yang bicara, kau pasti tidak akan mendengarkan. Jadi, biar oppa saja."
🔼🔽🔼
Sudah setengah perjalanan dan Ara masih menutup mulutnya untuk bicara. Atau lebih tepatnya ia sedang menyembunyikan debaran jantung yang tidak biasa? Jihoon berhasil membuat Ara merasakan hal itu lagi.
Ara mengerti adalah sebuah kesalahan menyukai laki-laki seperti Jihoon. Orang yang sudah membuatnya kecewa di masa lalu. Orang yang sudah ia buang jauh-jauh dari pikirannya, tapi malah Ara yang menghampiri Jihoon lagi akibat sebuah ide gila. Iya, ia dan Kyung Mi yang membuat ide itu. Tepatnya, Kyung Mi yang lebih banyak berperan. Sekarang gadis itu juga yang harus bertanggung jawab kalau perasaan Ara terhadap Jihoon muncul lagi.
Sudah kuduga, ini bukan ide yang baik. Ini seperti bukan diriku sendiri.
Bunyi ponsel Jihoon membuyarkan lamunan Ara, juga menghentikan langkah kaki lelaki itu.
"Ah, maaf, aku mau mengangkat telepon. Kau bisa turun dulu? Atau kakimu masih sakit?" tanya Jihoon.
"Ne?" respon Ara saat Jihoon melirik sedikit ke belakang. "Ah, iya, iya."
Ara bertingkah sesuai yang dikatakan oleh Jihoon. Berdiri di sampingnya dan memperhatikan lelaki yang sedang sibuk dengan ponsel genggamnya.
"Ne, Hyung?"
"Apa? Kenapa kau tiba-tiba memintaku untuk segera ke sana? Bukannya masih ada setengah jam lagi sebelum mulai?"
"Kau ini kenapa sih mengubah jadwal seenaknya saja?"
"Iya, iya, aku ke sana sekarang."
Setelahnya, Jihoon menghela napas. Dilihatnya Ara masih berdiri di sampingnya sambil memperhatikan dirinya dengan penuh tanya.
"Teman-temanmu? Tidak apa, aku bisa pulang sendiri," ujar Ara sambil menggerak-gerakkan kakinya. "Tidak sakit lagi. Kau lihat, 'kan?"
"Benar? Tapi laki-laki macam apa aku membiarkanmu pulang sendiri padahal aku yang membawamu pergi ke sini?"
"Eoh?" Baru kali ini aku mendengar ucapan Jihoon seperti itu apalagi ... untukku? "Ani, ani, gwenchana."
Ara menggeleng kemudian mundur beberapa langkah sehingga ia sekarang berhadapan di belakang Jihoon. Kedua tangannya ia letakkan di punggung lelaki itu. Tanpa basa-basi, Ara mendorong Jihoon dan menuntunnya supaya segera menghampiri teman-temannya yang sudah menunggu.
"Kau pulang saja, aku akan jaga diri baik-baik dan sampai ke rumah dengan selamat!" ujar Ara untuk memastikan Jihoon.
"Iya, iya, baiklah." Lelaki itu sengaja menahan diri supaya Ara tidak lagi mendorongnya. Tubuhnya berbalik. "Hati-hati dan jangan sampai ceroboh seperti tadi."
Ara mengangguk dan tersenyum. "Annyeong!" ucapnya sambil melambaikan tangan.
"Sampai bertemu lagi besok!" Lambaian tangan Ara dibalas oleh Jihoon.
Laki-laki itu beralih pergi, sementara Ara masih memperhatikannya dari tempat ia berdiri. Sebuah senyuman terulas di wajahnya. "Terima kasih, Jihoon, untuk hari ini saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Memory of Us | PJH; BJY ✔
Fanfiction[COMPLETED] Kim Ara, gadis pindahan dari Busan yang baru memasuki sekolah seni ternama di Seoul. Kehadirannya berhasil mencuri hati dua pria tampan, Park Jihoon dan Bae Jinyoung. Namun, bukan tanpa alasan Ara memilih sekolah tersebut dari sekian ba...