17. Feel Different

34 10 19
                                    

Ara melangkahkan kakinya pelan. Menggenggam erat kedua tali tasnya, Ara membuang napas sebelum memasuki ruang kelas. Sehari berlalu dan gadis itu berharap kalau semuanya seolah melupakan hari kemarin.

Kedua matanya terbuka lebar saat melihat laki-laki bertubuh tinggi yang ia kenali ada di dekat mejanya. Ia tampak sedang berbicara dengan teman sekelas Ara yang tidak lain dan tidak bukan adalah sahabatnya.

"Eoh? Bae Jinyoung?"

Suara gadis itu membuat Jinyoung menolehkan kepalanya.

"Noona? Kau sudah datang rupanya." Jinyoung melebarkan senyumnya seraya berjalan menghampiri Ara.

"Kau sedang apa di sini?" tanya Ara. Gadis itu memang ingin menemui Jinyoung hari ini, tapi tidak tahu kalau ternyata mereka bertemu secara tidak sengaja.

Lelaki yang diajaknya bicara itu menyodorkan sesuatu ke hadapan Ara. "Untukmu. Aku ingin memberikannya kemarin, tapi ternyata tidak sempat."

Akibat pengakuan tanpa rencana yang dilakukan oleh Jinyoung tempo hari---juga jawaban tidak terduga dari Ara---apa yang dipikirkan oleh Jinyoun tidak berjalan semestinya.

Ara mengambilnya sambil tersenyum kecil. "Ah, gomawo. Soal kemarin, aku minta maaf."

Bukan menanggapi dengan hal lain, laki-laki murid musik itu justru terkekeh. "Berapa banyak kata maaf lagi yang akan kau ucapkan? Sudah cukup aku mendengarnya kemarin saja."

"Maaf---Ah, maksudku aku mau menjelaskan apa yang terjadi kemarin."

Jinyoung bergeleng. "Tidak perlu. Kau pergi dengan tidak mengatakan apa pun selain kata maaf, aku sudah tau apa artinya."

Gadis itu mendesis sembari menggaruk pelipisnya. "Jadi, aku baru bertemu denganmu beberapa kali. Baru mengenalmu. Sejujurnya aku sedikit terkejut dan tidak bisa mengatakan apa pun selain itu, bahkan menjelaskannya kepadamu. Aku mau kau tahu kalau ini bukan berarti aku membencimu. Kau seseorang yang baik dan perhatian, tidak alasan untukku tidak menyukaimu. Aku menyukainya, tapi sebatas sahabat. Kau ... bisa menerimanya?"

Rasanya Jinyoung ingin menenggelamkan kepala saja hingga ia tidak lagi merasa malu bertemu dengan Ara. Namun, apa kata menyerah bisa semudah itu menghalangi niatnya? Sesudah menunduk beberapa saat, lelaki itu tersenyum.

"Tapi aku tetap mau dekat denganmu. Bagaimana kalau kita anggap saja kemarin tidak terjadi apa-apa? Setuju?"

"Hmm ... baiklah."

Jinyoung menjentikkan jarinya kemudian melambaikan tangan. "Kalau begitu, sampai nanti Noona!"

"Ne...," balas Ara yang dengan canggungnya membalas lambaian tangan Jinyoung.

Sementara itu, dari arah kurimsi tempatnya duduk, seseorang sedang memperhatikan Ara. Itu Park Jihoon, yang memandangi gadis itu lebih intens daripada biasanya. Semua karena Jihoon teringat tentang perkataan Youra semalam usai mereka menonton film.

"Jihoon-ah, kau sering berbicara dengan Ara, tapi kau sadar tidak sih?" tanya Youra tiba-tiba kemudian menyeruput habis minuman di tangannya.

Jihoon menaikkan salah satu alisnya. "Sadar apa? Apa maksudmu?"

"Kau tidak merasa kalau wajahnya tidak asing?"

"Ya, wajahnya sudah tidak asing lagi memang untukku karena aku sudah kenal dan cukup dekat dengannya," tanggap Jihoon santai.

"Ish." Youra mengerling. "Apa aku pernah melihatnya di Busan? Satu sekolah dengan kita mungkin? Ah, aku tidak bisa mengingatnya."

"Tidak tahu. Lagi pula memang ada berapa banyak orang yang mau pindah dari Busan ke Seoul hanya untuk melanjutkan sekolahnya? Kau tidak perlu banyak tahu atau curiga dengannya," jelas Jihoon sembari berlalu.

Youra berlari kecil dan memelankan langkah kakinya ketika sudah sejajar dengan Jihoon. "Jelas perlu! Aku harus tahu seperti apa lawanku."

Lelaki di sampingnya mendecak. "Jangan terus berbicara omong kosong."

"Jinjja. Coba kau perhatikan lagi anak itu."

Jihoon refleks mengerjapkan matanya dan sedikit memundurkan tubuh ketika sadar kalau seseorang yang sejak tadi dilihatnya sudah ada di hadapannya. Bahkan juga sedang menatap heran Jihoon. Lantas, Ara mendeham.

"Jihoon ... ada apa?" Ara beralih duduk.

"Oh ... emm ... tidak, tidak apa-apa." Jihoon segera menunduk dan menyibukkan diri dengan buku yang ada di atas meja. "Kau sudah bertemu Jinyoung, 'kan? Anak itu dari tadi bertanya terus kapan kau akan datang."

Ara mengangguk. "Sudah, tadi. Kurasa kau juga melihatnya. Kau dan Jinyoung, tidak apa-apa, 'kan? Aku merasa tidak---"

"Baiklah kalau sudah bertemu." Jihoon sengaja menghindari perbincangan itu. Tepatnya, ia memang tidak ingin terlalu banyak bicara dengan Ara. Tidak lagi membuat Jinyoung kecewa untuk kedua kalinya.

"Aku merasa tidak enak dan sama sekali tidak berniat untuk---"

Dengan masih fokus terhadap lembaran-lembaran buku di depannya. Jihoon menyela pembicaraan Ara, lagi-lagi tanpa melihat wajahnya. "Aku sedang belajar, Ara."

"Mengganggu pertemanan kalian dengan hadirnya aku," lanjut Ara dengan volume suara yang lebih kecil kemudian gadis itu memutar tubuh dan menghadap ke depan kelas.

Ia menghela napas. Melipat salah satu lengannya di atas meja, sementara yang satunya memangku dagu. Ara memanyunkan bibirnya.

"Hanya aku yang merasa atau Jihoon jadi berbeda hari ini?"

The Memory of Us | PJH; BJY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang