24. Then, Where Is She?

32 6 1
                                    

Sudah beberapa hari ini Ara tidak terlihat sama sekali di sekolah. Biasanya, kursi yang terletak di depan meja Jihoon selalu terisi, tapi sekarang tidak. Suasana terasa berbeda, menjadi lebih sepi.

"Jihoon, kenapa kau diam saja sejak tadi?" tanya Woojin sembari menepuk bahu Jihoon.

Lelaki yang diajaknya bicara itu menoleh kemudian menggeleng. "Ada apa?"

"Tidak, hanya mengajakmu ke kantin. Mau ikut?"

Jihoon hanya menjawab dengan dehaman. Sepanjang jalan, lelaki itu terus terdiam. Pikirannya tidak karuan. Terakhir kali bertemu dengan Ara adalah ketika gadis itu dipermalukan oleh Youra. Setelahnya, ia tidak melihat Ara lagi.

Ada rasa menyesal dalam diri Jihoon mengapa ia sama sekali tidak ingin berbicara dengan Ara saat itu. Bahkan membiarkan Ara melihat Jihoon sebagai laki-laki payah. Ia memang punya kenangan buruk dengan Ara dan tidak pernah menyangka akan bertemu dengannya lagi dengan cara seperti ini. Sulit dipercaya.

"Hyung!" panggil Daehwi sembari mengangkat tangannya. Memberi petunjuk di mana keberadaannya dengan Jinyoung.

Sudah seperti biasanya, mereka selalu makan bersama ketika jam istirahat. Namun, perbedaannya sekarang ini hanyalah tidak ada sosok Ara di dekat mereka. Gadis itu benar-benar menghilang tanpa ada yang tahu di mana ia berada.

"Ara Noona?" Jinyoung memiringkan kepalanya. Mencoba melihat ke belakang mereka yang baru datang. "Tidak masuk lagi?"

Baik Woojin maupun Jihoon hanya menggeleng.

"Berarti sudah dua hari belakangan ini dia tidak masuk?" timpal Daehwi.

Jinyoung memangku dagu kemudian menghela napas. "Kejadian kemarin mungkin benar-benar membuat hatinya sedih. Sampai-sampai Noona takut untuk masuk ke sekolah dan bertemu yang lain."

Jinyoung benar dan Jihoon jelas mengetahuinya. Perkataan Jinyoung hanya ditanggapi dengan anggukan.

"Sudah kuputuskan aku akan mencari Noona ke rumahnya," ujar Jinyoung dengan mantap. Ia mengepalkan tangannya disertai dengan wajah yang terlihat serius.

Sementara itu, tiga sahabatnya hanya memandang Jinyoung dengan heran, juga sedikit terkejut.

Daehwi terkekeh sembari menggelengkan kepala. "Mana bisa? Jangankan untuk bertemu dia, kau bahkan tidak tahu dia tinggal di mana."

"Aku tahu!" tukas Jinyoung. "Aku pernah mengantar Ara Noona ke rumahnya waktu sakit kemarin."

"Ne?!" respon Daehwi dan Woojin secara bersamaan.

"Diam-diam tanpa sepengetahuan kita, kau sudah tahu banyak tentang Ara, ya?" ledek Woojin kemudian menepuk-nepuk pucuk kepala Jinyoung.

Daehwi menyetujui perkataan Woojin dengan anggukan. "Jinyoung Hyung benar-benar serius kali ini."

Mendengar ledekan-ledekan itu, Jihoon juga ikut tersenyum tipis. Benar bahwa Jinyoung sangat menyukai Ara. Ia harus lebih menjaga perasaannya untuk tidak jatuh hati pada gadis itu.

"Ah, sudahlah. Aku berkata serius untuk datang ke rumahnya," ujar Jinyoung menyudahi segala ledekan yang dilakukan sahabatnya. "Ada yang mau ikut? Temani aku, nanti sore."

"Tidak, aku mau istirahat dulu sebelum nanti kita akan latihan," tolak Woojin.

"Oh, iya hari ini ada latihan. Kenapa kau malah mau pergi, Hyung? Ingat, sebentar lagi kita harus comeback," kata Daehwi mengingatkan.

Jinyoung tersenyum kemudian beranjak dari kursinya. "Sebentar saja dan kupastikan sudah kembali saat latihan mau dimulai. Jadi, ada yang mau ikut?"

"Aku akan menemanimu," tanggap Jihoon. Lelaki yang sedang melipat tangannya itu akhirnya ikut bicara. Sejak tadi memang hanya Jihoon yang tidak banyak menanggapi.

"Sudah kuduga," balas Jinyoung sembari terkekeh.

Jihoon menyandarkan punggungnya di kursi dan menggaruk pelipisnya asal. Ia salah tingkah, mungkin.

"Sebagai teman yang baik, aku juga harus tahu kondisinya."

Anggukan kepala Jinyoung mengakhiri pembicaraan mereka. Lelaki itu melangkah pergi untuk mengambil makanannya.

🔼🔽🔼

Rumah yang berukuran cukup luas berdiri kokoh di depan dua laki-laki yang masih mengenakan seragam sekolah. Satu di antaranya bergerak maju mendekati pagar rumah dan menekan tombol bel.

Selang berapa lama, seorang wanita keluar dari dalam rumah. Menyapa mereka yang sedang berdiri dengan senyuman ramah. Jihoon dan Jinyoung membungkukkan tubuhnya kemudian tersenyum.

"Kami temannya Ara," ucap Jihoon. "Saya Jihoon dan ini Jinyoung."

Wanita itu mengangguk. "Kalian mencari Ara?"

"Iya, Bibi. Sudah beberapa hari Noona tidak masuk sekolah, jadi kami khawatir," jawab Jinyoung. Lelaki itu tanpa sadar melongok ke dalam dan berusaha mencari Ara.

"Ara tidak ada. Ia memang sedang pergi menginap di rumah temannya, tapi tidak di dekat sini. Di Busan."

"Busan?" tanya Jihoon bingung.

Jinyoung yang mendengarnya juga ikut heran. "Berapa lama, Bibi?"

Ibunya Ara hanya berdeham. "Ara bahkan tidak bilang, tapi sepertinya tidak akan lama. Dia hanya bilang kalau ingin menenangkan diri sejenak. Kalau Bibi boleh tahu, memang ada apa dengan Ara di sekolah?"

"Ah, itu. Pasti karena---" Perkataan Jinyoung dihentikan oleh Jihoon. Jihoon sengaja menyikut lengan Jinyoung supaya laki-laki itu tidak berkata apa-apa.

"Tidak ada apa-apa, Bibi. Semua baik-baik saja. Kalau begitu, kami permisi. Terima kasih." Jihoon berpamitan kemudian mengajak Jinyoung segera pergi dari sana.

Setelah ibunya Ara benar-benar sudah masuk ke dalam rumah dan Jihoon sudah menjauh, laki-laki itu baru berbicara lagi.

Jinyoung terus saja menggerutu. "Kenapa tidak diberitahu yang sebenarnya saja, Hyung? Orang tua Noona kan juga perlu tahu."

"Tidak seperti itu. Hanya membuat orang tua Ara sedih dan banyak berpikir buruk tentang anaknya nanti. Biar nanti Ara sendiri yang cerita saja. Sudah, ayo kita kembali sekarang. Setengah jam lagi mau mulai latihan," ajak Jihoon.

Laki-laki di sebelahnya hanya mengangguk dan mengikuti Jihoon yang sudah lebih dulu berjalan di depannya.

Busan? Sepertinya aku tahu, batin Jihoon sambil melengos pergi.

The Memory of Us | PJH; BJY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang