08. Now We're Friend

81 35 72
                                    

Suasana sekolah hari ini sama seperti biasanya, tidak ada yang berbeda. Kim Ara datang lebih pagi hari ini, mungkin juga takut wajahnya dihafal oleh Paman Han jika terus-menerus terlambat.

Gadis itu hanya sibuk mengetuk meja dengan jemarinya sembari memasang kabel yang menghantarkan musik ke telinganya. Kala senggang, ia memang hanya melakukan itu.

Banyak orang yang berlalu-lalang, bahkan bersenda gurau dengan yang lainnya di dalam kelas. Sesungguhnya kelas itu tidak sepi. Hanya saja, Ara yang tidak ingin bergabung.

Bukan tidak ingin, mungkin takut untuk bergabung.

"Hyung, kita berpisah di sini, ya."

"Iya. Kalian belajarlah yang rajin. Sampai jumpa nanti!"

Dua laki-laki yang baru saja melambaikan tangannya itu langsung menuju kelas. Menghampiri tempatnya masing-masing. Salah satunya sempat mengangkat ujung bibirnya sebelum duduk di kursi. Namun, Ara sama sekali tidak menyadarinya karena gadis itu hanya berfokus pada ponselnya.

Ketenangan Ara terusik saat merasa ada yang menyentuh bahunya dari belakang. Lekas-lekas, ia melepas benda yang terpasang di telinganya dan menoleh.

"Eoh? Park Jihoon?" ucapnya. "Ada apa?"

Jihoon menggeleng. Ia sempat melihat ke kanan dan kiri, sekadar mengamati suasana kelas saat itu.

"Kau tidak ada niat untuk berkenalan dengan yang lain? Sejak tadi, kulihat kau hanya berdiam diri sendiri."

Ara mendeham. "Untuk apa? Aku, 'kan, sudah punya kau sebagai teman."

Mendengar ucapan Ara, Jihoon hanya terkekeh canggung dan mengusap tengkuknya. "Bukan begitu, maksudku yang lainnya. Biasanya perempuan suka mempunyai banyak teman, 'kan?"

"Iya, harusnya seperti itu, tapi aku tidak. Tepatnya, aku takut untuk bergaul."

Netra Ara teralihkan dari milik Jihoon. Gadis itu menunduk dan tersenyum tipis. "Terkadang orang-orang yang ada di dekatmu bisa berkata manis di depan, tapi ternyata dia hanya berpura-pura ... dan itu menakutkan. Aku lebih baik tidak kenal siapa pun daripada mengalami hal seperti itu."

"Kalau denganku? Apa tidak takut juga?" tanya Jihoon tiba-tiba. Pertanyaan yang tak mampu Ara tanggapi. Ia hanya terdiam menatap Jihoon sambil mengernyitkan dahi, seperti sedang memikirkan sesuatu.

Namun, Ara segera mengubah raut wajahnya. Membuang pikirannya jauh-jauh. Kejadian yang sempat dirasakannya ketika SMP membuat Ara menjadi seorang pemilih, pun berhati-hati.

Ara menggeleng. "Tidak, kau, 'kan temanku."

"Kau punya kenangan buruk? Sampai takut seperti itu."

"Ani. Aku tidak apa-apa. Lagi pula kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu?" tanya Ara sembari membenarkan posisi duduknya. Ia membalikkan tubuh sehingga Jihoon hanya melihat punggungnya saja sekarang.

"Hmm ... hanya ingin mengenalmu."

Refleks, Ara menolehkan kepalanya kembali dan menaikkan kedua alisnya. Sementara yang dilihatnya hanya mengangguk kemudian meletakkan tangan di bawah dagu.

"Kurasa masih banyak yang tidak kuketahui tentangmu sebagai seorang teman." Jihoon menyentuh dagunya berulang kali layaknya orang berpikir. "Kau punya waktu? Bagaimana kalau sepulang sekolah nanti kita pergi bersama?"

🔼🔽🔼

Jinyoung sedang sibuk dengan beberapa buku di hadapannya. Usai istirahat, ia harus menghadapi tes, tetapi masih banyak teori yang belum ia pahami. Sesekali lelaki itu menggaruk pelipisnya sambil berkomat-kamit.

Sementara itu, lelaki di sampingnya justru sibuk mengisi perut dengan makanan ringan. Ia memperhatikan Jinyoung sambil berkata, "Kemarin kuajak belajar bersama, tapi kau malah tidak mau. Sekarang kau repot sendiri. Makanya kau jangan tidur terus, Hyung."

Daehwi terkekeh, sedangkan Jinyoung hanya melihat wajahnya sekilas lalu kembali ke lembaran putih di atas meja.

"Hyung, aku lapar. Makanan ini tidak cukup membuatku kenyang." Daehwi mengelus-elus perutnya. "Kita ke kantin, yuk! Woojin hyung juga tadi sudah menghubungiku untuk ke sana."

"Lalu ini?" Jinyoung mengangkat bukunya hingga sejajar dengan wajah.

"Sudah, nanti aku ajarkan setelah makan," ujar Daehwi seraya beranjak. Ia meraih lengan Jinyoung dan mengangkatnya supaya lelaki itu cepat berdiri dan menemaninya pergi.

Aroma lezat makanan tersebar ke seluruh penjuru ruangan. Jinyoung dan Daehwi lebih dulu mengambil jatah makanannya kemudian mencari meja yang masih kosong. Kenyataannya mereka sampai sebelum kedua hyung-nya tiba.

Jinyoung belum menyentuh makanannya sampai Jihoon dan Woojin terlihat. Berbeda dengan Daehwi yang sudah menyantap beberapa suap lantaran lapar.

Tidak lama, orang yang ditunggu-tunggu itu datang. Jihoon, Woojin, dan ... seorang perempuan. Raut wajahnya menunjukkan kalau ia sedikit canggung bersama dengan dua laki-laki di dekatnya.

Daehwi menghentikan aktivitas makannya, sedangkan Jinyoung masih mengira-ngira siapa yang sedang bersama Jihoon dan Woojin. Ia seperti mengenalinya.

"Hyung, itu siapa?" tanya Daehwi, jari telunjuknya tepat terarah pada gadis di samping Jihoon.

"Temanku, temannya Woojin, dan teman kalian," ujar Jihoon sembari tersenyum. Ia menoleh ke sebelahnya dan memberi isyarat supaya perempuan itu mau memperkenalkan dirinya.

"Ah, namaku Kim Ara." Ia membungkuk kemudian tersenyum.

Daehwi mengangguk paham, apalagi setelah melihat seseorang di sampingnya tersenyum begitu lebar. Lelaki di sebelahnya seperti sedang tersihir, diam saja dan tidak mau mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Jihoon menarik kursinya, begitu pula dua orang yang juga datang bersamanya. "Aku sengaja mengajaknya ke sini karena Ara adalah anak baru dan dia temanku. Temanku adalah teman kalian juga, 'kan?"

"Benar, Ara kau tidak perlu canggung seperti itu. Biasa saja," ujar Woojin diselingi dengan kekehan karena tingkah Ara terlihat kikuk.

"Eung." Daehwi mengangguk sembari meraih kembali sendok makannya. "Aku senang bertemu denganmu, Noona. Semoga kita menjadi teman yang baik."

Membalas sambutan seperti itu, Ara menarik kedua ujung bibirnya ke atas. Namun, tidak lama ia memilih untuk menunduk. Ada beberapa alasan mengapa Ara merasa aneh.

Pertama, ini pertama kali di hidupnya ia bergaul hanya dengan sekumpulan laki-laki. Biasanya hanya Kyung Mi dan mereka sama-sama perempuan.

Kedua, bagaimana tidak nyaman kalau Ara bersama keempat lelaki itu seringkali menjadi pusat perhatian? Dua laki-laki populer ada di dekatnya sekarang, Jihoon dan Jinyoung. Para gadis pasti sekarang bertanya-tanya di dalam hatinya.

Ketiga, laki-laki di seberangnya terus-menerus menatap Ara sambil tersenyum. Ara tahu itu siapa, tapi itu hanya membuatnya merasa risih.

"Ya, Bae Jinyoung," panggil Jihoon. Ara refleks mengangkat kepalanya, sedangkan yang dipanggil hanya menaikkan kedua alisnya.

"Kau tidak mau bicara apa-apa? Kau tidak lelah tersenyum begitu terus dari tadi?"

Jinyoung mengerjapkan matanya berulang kali kemudian menggeleng. Lamunannya buyar dan tersadar kalau keempat orang di sekitarnya sedang melihat ke arahnya. "Ne, Hyung?"

The Memory of Us | PJH; BJY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang