LS 8

1.2K 189 49
                                    

Selamat Membaca~~~~


Naruto yang tengah tertidur diatas ranjangnya tampak gelisah, dahi dan sekujur tubuhnya basah akan keringat. Kepalanya bergerak kesana-kemari, napasnya yang memburu, dan cengkeraman kuat diselimutnya itu tidak membuatnya bangun. Mimpinya seakan terlalu kuat menariknya kedalam dan bermain peran sebagai Putri Raja.

"Ibunda~~~" Gumannya.

Gluduk...

Gluduk...

Ctar...

Hujan deras diluar sana membuat tidur Naruto semakin gelisah. Ingin sekali Naruto terbangun, tapi dadanya seperti dihantam oleh beton tak kasat mata. Mencegahnya untuk mendapatkan kesadarannya dan tetap terlarut dalam mimpi yang semakin mencekiknya dari hari ke hari.

... ... ... ... ...

Rombongan Ratu dan Putri bungsunya sedikit terhadang akan kemunculan seorang wanita bertudung yang baru saja keluar dari Istana Api, kediaman Raja Uzu. Wanita berpakaian hitam itu membuka tudungnya dan menunduk memberi hormat. Alangkah terkejut bagi Putri melihat matanya yang seputih salju.

Apa dia buta?

Ratu membungkukkan kepalanya singkat menghormati. Putri yang masih bertanya-tanya manatap keduanya bingung.

"Putriku, dia adalah ahli bintang dan nujum di Kerajaan Uzu, Shion."

"Yang Mulia Putri..." Serunya dan netra seputih saljunya itu terlihat kosong seperti menerawang jauh diikuti dengan langit yang menghitam, angin berhembus sedikit kencang. Putri beserta dayang yang mengikuti sedikit panik, sementara Ratu memejamkan matanya tenang.

Ada apa ini?

"Ibunda... ada apa? Kenapa langit tiba-tiba mendung?" Ratu tidak menghiraukan rengekan putrinya.

"Ibunda... apakah kita tidak segera masuk? Angin berhembus sangat kencang. Dayang... Antarkan Ibunda masuk kedalam." Serunya.

"Tidak... Tunggulah sebentar lagi." Ucap Ratu pelan sembari menatap putrinya lembut.

"Ibunda..." Seperti Putri Raja yang penurut, dia berdiam dan sesekali melirik kea rah Cenayang Shion.

"Putri... Anda memiliki takdir besar. Sayang, kau harus pergi demi melindungi orang tersayangmu disini. Tapi Dewa menggantikan dirimu yang lain." Ucapnya tenang namun memberikan aura yang menekan.

"Putri... Saat semua bintang berjajar segaris, saat bulan memerah bagai darah, Anda dihadapkan oleh dua buah pilihan. Pilihan yang akan menjadi penentu nasip seluruh Negeri di Tanah Timur."

"Lalu, kedatangan satu lembar kertas akan menggiringmu dalam sumur kehancuran atau kemakmuran."

"Hanya wanita yang terlahir dengan tanda Feniks yang mampu mendampingi Sang Naga. Itu dirimu, tapi bukan dirimu."

Shion terduduk dan bersujud dihadapan Ratu yang sudah meneteskan airmatanya.

"Hamba pantas mati, Yang Mulia Ratu."

Sang Putri berang, dengan nada tinggi dia menghardik Cenayang Shion yang tengah berlutut diatas tanah yang kotor.

"Apa maksudmu?!!! Lancang sekali."

Ctarr...

Gluduk...

Jderrr...

Blarr...

"Hahh... hah... hah..."

Gluduk... Jder... Bresss... Zraaasshhhh...

LEGENDA SELIR KE-13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang