LS 10

1.1K 154 19
                                    



"Yugao... Kira-kira apa ya yang sedang dilakukan Ayame sekarang? Apa kau tidak merindukannya? Rasanya ada yang kurang tanpa adanya Ayame di pernikahanku." Tatapan antusias Yugao berubah sendi mengingat saudara seperjuangan dalam melayani Tuan Putri harus pergi bersama Jenderal Hatake entah tujuan apa mereka sebenarnya.

"Hamba tidak tahu, Putri. Jika hamba cenanyang Shion dari Istana Bintang mungkin hamba sudah memberi tahu Anda. Dan saya sangat merindukan kakak Ayame." Balas Yugao sembari menggelung rambut junjungannya dengan telaten.

"Kita hanya bisa menunggu dan menyambutnya jika Ayame kembali ke Istana Matahari, memasak bersama dan menyulam bersama seperti biasa bertiga lagi." Yugao mengangguk cepat dengan wajah berbinar bahagia.

"Putri, tusuk rambut terakhir ini begitu mengagumkan. Berukir kupu-kupu yang anggun sangat cocok dengan anda. Jenderal Yamato benar-benar menikahi Anda secara nyata, Putri." Pipi Sang Putri bersemu merah mendengar candaan dari dayang kecilnya. Dia sudah tidak sabar menanti untuk berganti status menjadi istri seorang Jenderal.

.

.

.

"Jenderal Yamato... Bawalah pergi putriku. Lindungi dia... lindungi dia apapun yang terjadi. Berjanjilah kau harus melindungi putriku dengan nyawamu. Jenderal Tenzou akan menyusul satu langkah dibelakangmu." Jenderal besar itu mengangguk.

"Hamba menerima perintah, Yang Mulia."

Tanpa menoleh kebelakang, Jenderal Yamato naik keatas pelana dan mendudukkan dirinya dibelakang Putri. Dia akan menjadi tameng pertama jika sewaktu-waktu ada panah melesat dari arah belakang. Dia juga tidak mau menanggung resiko apabila membawa Putri dengan kereta, terlalu mencolok.

"Hya..."

Kuda coklat gelap gagah besar itu melesat menjauhi Istana menuju barat diikuti lima ratus pasukan berkuda untuk mengawal Sang Putri. Air mata yang tumpah tersapu oleh angin. Putri Kerajaan Uzushiogakure harus meninggalkan Istana apapun yang terjadi. Melewati tebing curam dengan jalan terjal harus mereka lalui berdua. Putri itu tidak berani membuka mata karena jurang membentang di samping kirinya. Dirinya hanya bisa berdoa dan percaya jika Sang Jenderal kepercayaan ayahnya juga calon suaminya itu untuk membawa dia entah kemana.

Jenderal Yamato sudah yakin jika jalan yang dia tempuh bersama Putri adalah jalan pintas teraman untuk keluar dari wilayah Uzushiogakure.

Tapi... semua itu hanyalah angan belaka tatkala keluar dari tebing curam. Dia dihadang oleh sekelompok orang berpakaian hitam. Manik hazelnya berkilat merah ketika tahu siapa yang menghadangnya. Jenderal Yamato turun dari kudanya dan mengeluarkan pedangnya.

"Hayate... Antar Istriku ke Istana di Utara. Lindungi dengan nyawamu."

"Baik." Bawahannya yang bernama Hayate itu membungkuk dan mengambil tali kekang kuda yang dinaiki oleh Sang Putri.

"Jenderal kau tidak mungkin meninggalkanku di hari pernikahan kita, kan?" Panik Sang Putri, namun Jenderal Yamato hanya tersenyum dan mengelus punggung telapak tangannya. Kemudian, Jenderal Yamato mengambil Binyeo dari rambut calon istrinya.

"AKu akan mengembalikannya dan ini adalah janjiku untuk kembali padamu, istriku." Sang Putri semakin hancur, airmatanya mengalir bagaikan sungai meluap di musim penghujan.

"Berkudalah tanpa menoleh kebelakang. Selamat jalan dan hati-hati." Jenderal Yamato memukul keras kudanya hingga kuda Sang Putri berlari kencang meninggalkanya bersama empat ratus prajurit untuk menahan pasukan yang menghadangnya.

LEGENDA SELIR KE-13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang