7

33 1 0
                                    



Kini sudah masuk bulan ketiga Liana merasa Sehunnya berubah. Ia masih bertanya-tanya apa yang terjadi di balik perubahan Sehun yang menjadi seperti sekarang ini.

.

-

-

-

.


Liana kembali bangun dari istirahat singkatnya. Ia membuka mata perlahan-lahan dan melihat seorang pria dengan posisi yang sama dengannya berada di hadapannya. Pria itu tersenyum, sangat manis tapi entah kenapa Liana tidak bisa melihat mata pria itu.


" Hai " sapanya yang membuat Liana terdiam. Ini bukan untuk pertama kalinya Liana terbangun dan melihat senyuman itu. 


Karena Liana akan mendapat senyuman itu setiap pagi jika malamnya ia menangis ataupun bersedih.


Kemarin malam saat Liana sedang menyiapkan makanan yang diperintahkan oleh ibu mertuanya, suaminya pulang. 


Liana yang melihat Sehun pulang dalam keadaan tidak wajar segera membantu menuntunnya menuju kamar. Walaupun keadaan Liana sedang tidak sehat tapi ia tetap berusaha melayani suaminya. Dan entah bagaimana berawal, Sehun dan Liana akhirnya melakukan kewajibannya sebagai sepasang suami istri. 


Tapi sayangnya, Liana melakukan itu semua dengan hati yang rapuh, berbeda dengan Sehun yang merasa bahagia. Bagaimana tidak, jika kau sebagai seorang wanita harus melakukan hal itu bersama priamu tapi nama wanita lain yang disebutnya.


 Mungkin jika hanya sekedar itu, Liana masih akan menerimanya. Tapi nyatanya Sehun menyebut nama wanita lain sambil memeluk Liana yang dianggapnya wanita lain dalam bayangannya, lalu Sehun mendorongnya menjauh. Kemudian Sehun menamparnya, dan tanpa ampun mencengkram kedua pipi Liana hingga membuat wanita itu meringis kesakitan. 


Liana tentunya merasa sangat ketakutan, tapi dia tidak tahu harus melakukan apa. Yang ada dalam pikirannya hanyalah berusaha menjauh dari Sehun, tapi nyatanya Sehun justru membuat Liana terpojokkan di sudut kamarnya. 

" Se sehun .... sadarlah " ucap Liana ketakutan karena ia yakin suaminya masih dibawah emosi dan pengaruh alkohol.


" Kau, wanita bodoh. Seandainya aku bisa mengatakan ini dari awal, aku ingin kau mati. Tapi sayangnya tidak bisa, kau masih ku butuhkan " ucap Sehun menunjuk Liana dengan malas lalu menekan kuat kedua bahu Liana.


Setelah mengatakan kalimat itu, Sehun segera keluar dari kamarnya lalu memecahkan sebuah figura di depan kamarnya dengan ponselnya. Liana tidak tahu lagi kemana Sehun pergi, karena ia masih terkejut dengan semuanya yang terjadi. Pikiran dan perasaannya sedang bercampur-aduk. Otaknya mengulang kembali serangkaian peristiwa yang baru dialaminya. 


Liana keluar kamar untuk merapihkan pecahan figura yang berjatuhan ke lantai dan sekalian melepasnya dari dinding. Ingatannya kembali berputar pada serangkaian peristiwa. 

LIANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang