Aku sudah memanggilnya tadi, tapi dia hanya menoleh sejenak dan kembali mengabaikanku. Ya... itu salahku karena seenaknya mengabil manga miliknya, mungkin dia kesal.
Aku tidak perlu minta maaf bukan?? Apapun milik musang kecilku adalah milikku seorang.
Kenapa?? Dia gadis menarik, aku mengetahuinya sebelum membawanya ke Port Mafia. Tidak... bukan karna dia memiliki kemampuan hebat, dia hanya punya kegigihan, ah, juga rasa kemanusiaan?? Entahlah, aku sendiri bingung bagaimana manusia menyebut rasa kemanusiaan itu.
Gadis itu... punya postur tubuh yang normal, bahkan kelewat biasa. Tiga ukuran tubuhnya tidak ada yang menonjol sama sekali. Jangan tanya kenapa aku mengetahuinya, aku tidak pernah menjamahnya.
Yah, manga yang kubaca sudah selesai. Ceritanya tidak terlalu menarik. Aku tidak paham kenapa dia masih membaca kisah bajak laut yang bahkan tidak ada di jaman sekarang. Itu terserah dia sebenarnya, manusia memang selalu tertarik pada hal-hal aneh ya.
Aku menaruh secara asal buku itu di meja dan meregangkan tubuhku. Mantel yang tadi tersampir di kursi terlihat sedikit kusut karena kusandari, aku mengambilnya dan beranjak untuk berdiri.
Dia masih mengabaikanku, bahkan sekarang dia sudah menyandarkan punggunya di kursi dan merosot perlahan. Aku memang ingat pernah menyuruhnya untuk bersantai saja jika di ruanganku, tapi tidak seharusnya dia mengabaikanku. Apalagi sekarang aku tidak bisa melihatnya karena tertutup sandaran kursi.
Aku berjalan perlahan, sebenarnya aku hendak pergi ke ruangan Mori untuk menyampaikan laporan yang tadi diselesaikan Chuuya. Yah... itu tugas Chuuya untuk menyelesaikannya 'kan? Lagipula Chuuya-lah yang maju menyerang lawan, aku hanya melihatnya sambil menyahuti omelannya yang tidak jelas.
Aku mendekat dan aku bisa melihat kepalanya yang bertekuk sehingga dagunya menempel di dada. Aku menjulurkan kepala sehingga musang kecilku menyadari kehadiranku dan kini dia sedang menatapku.
"Apa?" tanyanya ketus.
Wah, wah, seperti dugaanku, dia benar-benar kesal.
"Duduk." Kataku, dia memperlihatkan wajah penuh keheranan. Seakan dia mengatakan kalau dia sedang duduk. Tapi yang kumaksud adalah duduk dengan posisi yang benar, bukan seperti yang dilakukannya hingga dia terlihat seperti tenggelam di kursi itu.
Dia terlihat mengomel tanpa suara sambil memposisikan dirinya untuk duduk dengan benar. Hei, asal kau tahu, aku bisa mengetahui dari gerak bibirnya kalau dia sedang mengomel mengenaiku.
Tapi tingkahnya yang tetap menuruti perintahku walau sedang kesal, itu terlihat manis sekali dan itu membuatku diam-diam tersenyum, kurasa aku menyeringai.
Sudahlah.
Aku memutari kursi perlahan dan sekarang berdiri tepat di hadapannya. Aku membungkukkan badan sehingga kepalaku sejajar dengan kepalanya. Dia masih menatapku, tapi kepalanya secara perlahan mundur ke belakang.
Aku meraih rambutnya dan membuatnya berhenti untuk memundurkan kepalanya. Sebenarnya dia terlihat ingin menghajarku, tapi sepertinya dia menahannya. Terlihat sekali kalau dia menahan tangannya dia atas pahanya itu.
Aku tersenyum dan dia memaksakan dirinya untuk ikut tersenyum. Ingin rasanya aku mengacak rambutnya karena tingkahnya ini, ya... jika dia tidak sedang kesal.
Jadi saat ini aku mendekatkan kepalaku dan menaruhnya di pangkal lehernya. Dapat kurasakan kulit halusnya yang tidak terhalang apapun. Dia hanya memakai kaus berkerah lebar, dia bilang kalau hari ini akan panas. Padahal di ruangan ini ada AC, mungkin maksudnya di luar gedung yang mejadi markas Port Mafia ini.
Detik berikutnya, aku menggigit kulitnya perlahan dan membuat musang kecilku mengeluarkan suara pekikan kecil. kurasa dia memejamkan mata sekarang, aku dapat mengetahuinya ketika ibu jariku tidak sengaja menyentuh sudut matanya, tepatnya tanganku menahan sisi kepalanya agar dia tidak beringsut.
KAMU SEDANG MEMBACA
No Doubt
Cerita PendekDazai Osamu Sang eksekutif termuda Port Mafia Hanya karena kesalahan kecil, dia menahanku Plus alasan yang tidak jelas Kenapa tidak di biarkan saja kesalahan kecil ituuu!!!? Dazai x reader © Asagiri Kafka